Depok, 28 Oktober 2025 – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menjadi salah satu perguruan tinggi yang dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Visitasi Riset Lanskap Inklusi Disabilitas di Perguruan Tinggi Indonesia. Kegiatan ini merupakan bagian dari riset kolaboratif bertajuk The Landscape of Disability-Inclusion in Higher Education Institutions in Indonesia yang digagas oleh i-DEA Hub (Indonesia Disability-Inclusion for Education and Accessibility), hasil kerja sama antara Telkom University dan Lancaster University, Inggris, dengan dukungan pendanaan dari British Council melalui program UK-Indonesia Disability Inclusion Partnerships Grant.
Visitasi yang diterima di Ruang Rapat B206A ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan praktik baik, tantangan, serta potensi pengembangan layanan inklusi disabilitas di perguruan tinggi Indonesia. Riset ini tidak dimaksudkan untuk memberikan penilaian atau peringkat, melainkan untuk menghadirkan potret faktual mengenai kondisi dan upaya nyata perguruan tinggi dalam mewujudkan pendidikan tinggi yang inklusif dan berkeadilan. Selaras dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) terutama tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas), ke-10 (Mengurangi Kesenjangan), dan ke-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), pelaksanaan visitasi di FKM UI menunjukkan komitmen fakultas dalam mendukung pengembangan sistem pendidikan tinggi yang ramah bagi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.
Pelaksanaan visitasi di kampus UI Depok dihadiri oleh tim i-DEA Hub, perwakilan Komisi Nasional Disabilitas (KND), serta pimpinan dan sivitas akademika UI, termasuk FKM UI sebagai tuan rumah. Rangkaian kegiatan meliputi sesi pembukaan dan sambutan, sosialisasi instrumen survei riset, Focus Group Discussion (FGD) bersama dosen dan staf, wawancara mahasiswa penyandang disabilitas, serta peninjauan fasilitas kampus yang mendukung aksesibilitas dan layanan disabilitas.
Dalam sambutannya, Direktur Kesejahteraan Kampus dan Kepala Kantor Keselamatan Universitas Indonesia, Mila Tejamaya, S.Si., MOHS., Ph.D., memaparkan perkembangan layanan disabilitas di UI dari periode sebelum pandemi COVID-19 hingga pasca pandemi tahun 2025. Ia menjelaskan bahwa UI terus berupaya memperkuat kebijakan dan sistem layanan yang mendukung kebutuhan mahasiswa dan staf penyandang disabilitas. “Sejak sebelum pandemi, layanan disabilitas di UI telah mengalami transformasi besar. Kini, pasca pandemi, UI semakin menegaskan posisinya sebagai kampus yang inklusif,” ujarnya. Mila Tejamaya, Ph.D., juga menyoroti kontribusi aktif fakultas-fakultas di UI, termasuk FKM UI, dalam pengembangan sarana dan prasarana ramah kelompok rentan. “FKM UI bahkan menjadi fakultas pertama di Indonesia yang meraih penghargaan dari KemenPAN-RB sebagai Unit Penyelenggara Pelayanan Publik (UPP) terbaik penyedia sarana dan prasarana pelayanan publik ramah kelompok rentan,” tambahnya.
 Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Milla Herdayati, S.K.M., M.Si., menegaskan bahwa penghargaan tersebut menjadi bukti nyata komitmen FKM UI dalam membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan setara bagi semua sivitas akademika. “FKM UI telah menyiapkan berbagai sarana yang mendukung aktivitas akademik dan non-akademik bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus, termasuk aksesibilitas fisik, fasilitas penunjang belajar, dan layanan konseling yang ramah disabilitas,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Milla Herdayati, S.K.M., M.Si., menegaskan bahwa penghargaan tersebut menjadi bukti nyata komitmen FKM UI dalam membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan setara bagi semua sivitas akademika. “FKM UI telah menyiapkan berbagai sarana yang mendukung aktivitas akademik dan non-akademik bagi mahasiswa dengan kebutuhan khusus, termasuk aksesibilitas fisik, fasilitas penunjang belajar, dan layanan konseling yang ramah disabilitas,” jelasnya.
 Dari sisi unit pendukung mahasiswa, Riza dari Vocation Wellness Center Program Pendidikan Vokasi UI turut berbagi pengalaman dalam memberikan edukasi dan layanan rutin kepada komunitas penyandang disabilitas. Ia menjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan pusat layanan tersebut selalu melibatkan mahasiswa agar kesadaran dan empati terhadap isu disabilitas tumbuh secara berkelanjutan di lingkungan kampus.
Dari sisi unit pendukung mahasiswa, Riza dari Vocation Wellness Center Program Pendidikan Vokasi UI turut berbagi pengalaman dalam memberikan edukasi dan layanan rutin kepada komunitas penyandang disabilitas. Ia menjelaskan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan pusat layanan tersebut selalu melibatkan mahasiswa agar kesadaran dan empati terhadap isu disabilitas tumbuh secara berkelanjutan di lingkungan kampus.
 Eka Prastama Widiyanta, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) yang hadir juga menyampaikan apresiasi terhadap komitmen UI dalam upaya sistematis mewujudkan layanan pendidikan tinggi yang inklusif. “Kami tidak hanya memantau, tetapi juga belajar dari praktik baik perguruan tinggi seperti UI. Banyak penyandang disabilitas di Indonesia belum dapat mengenyam pendidikan tinggi karena minimnya fasilitas yang mendukung. Kami berharap UI semakin dikenal sebagai universitas yang inklusif dan menjadi teladan nasional,” ujar Eka.
Eka Prastama Widiyanta, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) yang hadir juga menyampaikan apresiasi terhadap komitmen UI dalam upaya sistematis mewujudkan layanan pendidikan tinggi yang inklusif. “Kami tidak hanya memantau, tetapi juga belajar dari praktik baik perguruan tinggi seperti UI. Banyak penyandang disabilitas di Indonesia belum dapat mengenyam pendidikan tinggi karena minimnya fasilitas yang mendukung. Kami berharap UI semakin dikenal sebagai universitas yang inklusif dan menjadi teladan nasional,” ujar Eka.
 Dalam sesi diskusi, salah satu Guru Besar UI, Prof. Frieda Mangunsong, menyampaikan pandangannya mengenai pengembangan Universal Design for Learning (UDL) di kampus. Ia menjelaskan bahwa UI beberapa kali memperoleh hibah riset untuk pengembangan layanan disabilitas dan project-based learning. “Pendekatan ini tidak hanya untuk penyandang disabilitas, tetapi juga bagi semua mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda, sehingga potensi belajar mereka dapat berkembang secara merata,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, salah satu Guru Besar UI, Prof. Frieda Mangunsong, menyampaikan pandangannya mengenai pengembangan Universal Design for Learning (UDL) di kampus. Ia menjelaskan bahwa UI beberapa kali memperoleh hibah riset untuk pengembangan layanan disabilitas dan project-based learning. “Pendekatan ini tidak hanya untuk penyandang disabilitas, tetapi juga bagi semua mahasiswa dengan gaya belajar yang berbeda, sehingga potensi belajar mereka dapat berkembang secara merata,” ujarnya.
 Tim Telkom University sebagai mitra utama riset i-DEA Hub menjelaskan bahwa kegiatan visitasi ini bertujuan mengumpulkan data lapangan melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pemangku kepentingan di perguruan tinggi. Hasilnya akan menjadi dasar penyusunan rekomendasi kebijakan berbasis bukti bagi pengembangan praktik inklusi di pendidikan tinggi Indonesia. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang menggali tantangan dan strategi dalam membangun kampus inklusif. Salah satu isu utama yang diangkat adalah keterbatasan sumber daya manusia dan finansial yang menjadi tantangan umum bagi perguruan tinggi dalam menjaga keberlanjutan program inklusi.
Tim Telkom University sebagai mitra utama riset i-DEA Hub menjelaskan bahwa kegiatan visitasi ini bertujuan mengumpulkan data lapangan melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pemangku kepentingan di perguruan tinggi. Hasilnya akan menjadi dasar penyusunan rekomendasi kebijakan berbasis bukti bagi pengembangan praktik inklusi di pendidikan tinggi Indonesia. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang menggali tantangan dan strategi dalam membangun kampus inklusif. Salah satu isu utama yang diangkat adalah keterbatasan sumber daya manusia dan finansial yang menjadi tantangan umum bagi perguruan tinggi dalam menjaga keberlanjutan program inklusi.
Partisipasi FKM UI dalam riset nasional ini menegaskan posisi fakultas sebagai pionir dalam pengembangan kebijakan dan praktik pendidikan inklusif. Melalui kolaborasi dengan berbagai mitra, FKM UI berkomitmen untuk terus memperkuat fasilitas, kebijakan, dan budaya akademik yang menghormati keberagaman serta menjamin kesetaraan kesempatan bagi seluruh sivitas akademika. “Kami percaya bahwa inklusivitas bukan hanya kebijakan, tetapi juga nilai yang harus hidup dalam setiap aktivitas akademik dan sosial di kampus,” tutup Dr. Milla Herdayati. (wrk)


