Pada Jumat, 14 Juni 2024, Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali menyelenggarakan kuliah tamu yang membahas literasi iklan dalam pencegahan obesitas di kalangan anak-anak. Diselenggarakan secara daring, kuliah ini dimoderatori oleh dr. Fathimah S. Sigit, Ph.D., yang merupakan dosen Departemen Gizi FKM UI, dan menghadirkan Dr. Aruni Gallage, dosen dari Departemen Kedokteran Komunitas di University of Colombo, Sri Lanka, sebagai pembicara utama. Mengusung topik “Unraveling Current Issues Related to Obesity”, mahasiswa S1 dan S2 Gizi FKM UI mendapatkan wawasan mendalam mengenai literasi iklan makanan pada anak-anak dan dampaknya terhadap pola makan serta risiko obesitas.
“Literasi iklan makanan adalah bagian integral dari literasi media, yang berbeda dari literasi nutrisi, literasi kesehatan, atau literasi makanan,” ujar Dr. Aruni. Sebagai keterampilan hidup yang penting, literasi iklan mengajarkan kemampuan untuk memahami iklan dengan kritis, sebuah kemampuan yang ia sebut sebagai “AD smartness”. Anak-anak dengan literasi iklan yang baik akan mampu melihat iklan dengan mata kritis, mengenali taktik persuasi yang digunakan, dan memahami tujuan sebenarnya dari iklan tersebut, yaitu untuk mendorong konsumsi produk dan seringkali tanpa mempertimbangkan dampak kesehatan.
Dr. Aruni mengidentifikasi berbagai taktik periklanan yang sering digunakan untuk menarik perhatian anak-anak. Strategi-strategi tersebut termasuk pengulangan iklan yang sama untuk membangun daya ingat, demonstrasi produk secara langsung dalam iklan yang memperkuat kepercayaan dan daya tarik, serta menampilkan produk yang populer di kalangan anak-anak, sehingga dapat memicu keinginan anak untuk mengikuti tren. Humor juga digunakan secara efektif dalam iklan untuk menangkap perhatian dan meningkatkan daya tarik. Sementara itu, taktik pemberian hadiah sebagai insentif juga umum digunakan untuk memancing minat anak-anak terhadap produk tersebut. Studi yang dilakukan pada anak-anak di negara-negara barat menunjukkan bahwa meskipun mereka dapat mengenali iklan, memahami niat menjual di balik iklan masih merupakan tantangan, terutama bagi anak-anak yang lebih muda. Menariknya, Dr. Aruni mencatat bahwa bagi anak-anak di Asia, kemampuan ini berkembang pada usia yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak di negara-negara barat. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan budaya dan perkembangan dalam memahami iklan.
Iklan makanan seringkali mendorong konsumsi makanan yang tidak sehat, yang dapat memicu tingginya tingkat obesitas di kalangan anak-anak. Pola makan yang dipengaruhi oleh iklan makanan tidak sehat berkontribusi pada peningkatan asupan gula, lemak, dan kalori yang berlebihan. Anak-anak yang terpapar iklan makanan cenderung menginginkan dan mengonsumsi produk tersebut tanpa mempertimbangkan kandungan nutrisinya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi pengaruh negatif tersebut, terdapat dua pendekatan utama yang dipaparkan Dr. Aruni. Pertama, regulasi eksternal yang melibatkan penegakan hukum terhadap perusahaan periklanan dan penerapan mekanisme regulasi mandiri dalam perusahaan untuk memastikan iklan yang lebih etis. Kedua, peningkatan literasi iklan di kalangan anak-anak sebagai regulasi internal. Melalui peningkatkan literasi iklan, anak-anak dapat belajar untuk mengenali dan mengkritisi taktik periklanan, sehingga mereka menjadi lebih bijak dalam menanggapi iklan yang dilihat. Literasi ini memungkinkan mereka memilih opsi makanan dan minuman yang lebih sehat dengan informasi gizi yang jelas. “Kombinasi dari regulasi eksternal dan literasi iklan yang ditingkatkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan melindungi anak-anak dari pengaruh iklan makanan yang merugikan,” pungkas Dr. Aruni menutup sesi kelas umum. (DFD)