Universitas Indonesia (UI), dengan pelaksana kegiatan Fakultas Kesehatan Masyarakat bekerjasama dengan 26 Universitas di Asia Tenggara menyelenggarakan konferensi berskala internasional pada Minggu, 7 Agustus 2022. Konferensi ini diadakan selama 3 (tiga) hari berturut-turut dan merupakan bagian dari the 2nd International Teleconference on Technology and Policy (ITTP) for Supporting Implementation of COVID-19 Recovery Plan in Southeast Asia (ITTP-COVID19). Konferensi hari kedua ini membahas mengenai peran teknologi kesehatan, khususnya dalam konteks penanganan pandemi.
“Sistem kesehatan di Indonesia memerlukan peningkatan dan adanya pandemi COVID-19 menyadarkan kita tentang pentingnya teknologi dalam menangani pandemi,“ ucap Setiaji, S.T., M.Si, Kepala Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada keynote speech-nya. Transformasi kesehatan digital telah memiliki strategi konkrit yang tertuang dalam blueprint. Salah satu poin pentingnya adalah SatuSehat yang merupakan platform Big Data kesehatan nasional di Indonesia.
Adanya SatuSehat selaras dengan rencana sharing rekam kesehatan elektronik di ASEAN yang menjadi topik simposium sebagai bagian dari Policy Group Discussion pada hari kedua. “Sejak tahun lalu, April 2021, kita telah mengusahakan mulainya sharing rekam kesehatan elektronik. Mulai dari webinar mengenai sertifikat kesehatan untuk travelling di ASEAN hingga adanya forum ITTP-COVID19 hari ini,” ucap Profesor dari Universiti Teknologi Malaysia, Prof. Dr-Ing Eko Supriyanto. Tentunya ada beberapa peraturan yang harus diterapkan agar rencana sharing ini bisa berjalan dengan baik tanpa mencederai privasi individu. Selain itu, diperlukan pula peran dari setiap stakeholders mulai dari pekerja teknis kesehatan hingga akademisi. “Seluruh sharing data ini akan sangat tergantung kepada kita. Harapannya kita semua memiliki mindset bahwa ini akan berguna untuk kita, bersama kita, dan semoga tidak melawan kita,” Raymond Francis R. Sarmiento, M.D., Direktur National Telehealth Center Filipina, menambahkan.
Hal menarik lainnya yang dibahas dalam konferensi ini adalah mengenai Industri Teknologi Kesehatan untuk Resiliensi Kesehatan. Materi ini dikupas tuntas oleh Prof. Nilo. T. Bugtai, M.Sc., Ph.D., IEEE-EMBS, SME-AME dari De La Salle University Manila dan Dr. Yudan Whulanza, S.T., M.Sc., dari Universitas Indonesia. Disebutkan bahwa industri kesehatan merupakan salah satu industri yang terkena disrupsi hebat di masa pandemi.
Isu utama dari pengembangan produk pada industri kesehatan adalah kebutuhan guideline untuk melakukan penelitian kesehatan baik di Universitas maupun industri. Di ASEAN terdapat beberapa isu terkait ASEAN Medical Device Directive (AMDD) dimana hanya beberapa negara yang mampu mengembangkan framework dengan cepat, sementara beberapa negara lainnya masih tertinggal. Untuk mencapai resiliensi teknologi kesehatan, dibutuhkan identifikasi isu untuk produk-produk regional, identifikasi pasar yang potensial, serta formulasi framework kolaborasi di ASEAN.
Selain teknologi kesehatan, dibahas pula materi mengenai kesehatan dan keamanan pariwisata, salah satu sektor yang juga terkena dampak besar akibat pandemi, di ASEAN. Materi ini dibahas oleh Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M., dari Universitas Indonesia dan Prof. Dr. Supa Pengpid, M.Sc., Dr.PH., M.B.A., dari ASEAN Institute for Health Development (AIHD), Universitas Mahidol, Thailand.
Pariwisata dan kesehatan adalah dua hal yang saling berhubungan karena terdapat risiko penyakit, khususnya infeksi penyakit menular pada kegiatan pariwisata. Kesehatan pariwisata dapat mendukung terciptanya kota yang sehat hingga akhirnya ketercapaian OneHealth. “Segalanya saling tersambung sekarang, tidak hanya kesehatan manusia dan hewan, tapi juga kesehatan sosial,” ucap Dr. Ede. Prof. Supa kemudian menambahkan praktik langsung tentang peran kesehatan masyarakat dalam mendukung kesehatan dan keselamatan promosi pariwisata di Thailand. Hal ini meliputi kondisi pariwisata selama Pandemi COVID-19, rencana strategis, ide bisnis yang sejahtera, serta rencana pemulihan.
Pada hari kedua konferensi, selain simposium, terdapat pula penampilan seni dan juga presentasi paper yang berasal dari berbagai track topik yang dipilih peserta. (BK)