HIRC (Health Informatics Research Cluster) FKM UI menggelar seminar online melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal Youtube KS UI. Seminar online qolloquium series 3 yang diselenggarakan pada Jum’at, 22 April 2022 ini bertemakan “Spasial Analisis untuk Bidang Kesehatan”. Seminar diikuti oleh peserta yang terdiri dari mahasiswa, akademisi, peneliti dan umum.
“Pengembangan ilmu terkait geographic information system (GIS) dan spatial analysis berperan penting dalam ilmu kesehatan masyarakat serta penelitian informatika kesehatan, terlebih cakupan geografis di Indonesia sebagai negara kepulauan,” ujar Prof. Kemal N. Siregar selaku Ketua HIRC FKM UI dalam sambutannya.
Pemaparan materi dibuka oleh Ketua Departemen Biostatistik dan Kependudukan FKM UI, Dr. Tris Eryando, M.A. Membahas Analisis Spasial dan Penggunaannya untuk Kesehatan Masyarakat, Dr. Tris memaparkan tentang pembahasan umum GIS dan peran spasial yang akan menjawab berbagai aspek seperti kondisi, lokasi, pola sebaran, dan pemodelan.
“Berbagai aspek capturing, storing, updating, manipulating, analyzing diformulasikan menjadi data dan ditransformasi menjadi informasi berbasis pada spasial. Selain merupakan suatu proses, dan cara bekerja, hasil integrasi data spasial nantinya akan sangat penting sebagai basis knowledge bagi kesehatan, seperti determinasi penyebaran penyakit, analisis spasial dan tren, pemetaan populations at risk, hingga stratifikasi faktor risiko,” terang Dr. Tris.
Lebih lanjut, Dr. Tiopan Sipahutar, S.K.M., M.K.M., selaku Pengajar dan Peneliti FKM UI membahas materi terkait Spasial Analisis untuk Penelitian Stunting di Indonesia. Doktor Tiopan mendemonstrasikan penelitian yang pernah dilakukan, urgensi spasial analisis hingga artikel yang telah dipublikasikan.
“Konteks wilayah berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit yang mendasari spasial analisis dalam visualisasi dan spasial statistik. Suatu jarak sangat memengaruhi suatu kejadian dan pemodelan determinan kejadian stunting untuk percepatan pencegahan stunting di Indonesia. Dihasilkan bahwa sebanyak 54% (282 kabupaten/kota) di Indonesia masih memiliki prevalensi stunting di atas angka nasional,” jelas Dr. Tiopan.
Seminar ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan kebermanfataan bagi para peserta yang hadir. (AHS)