Pakar epidemiologi dari FKM UI, dr. Pandu Riono, M.P.H., Ph.D., mengatakan bahwa saat ini situasi pandemi di Indonesia relatif lebih terkendali jika dilihat dari rendahnya jumlah kasus, jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, dan jumlah kematian akibat COVID-19. Menurut dr. Pandu, pemerintah dapat memberikan kelonggaran dan tidak perlu pembatasan yang tidak relevan, asalkan protokol kesehatan tetap dilakukan ditambah dengan persyaratan vaksinasi, terutama vaksinasi booster untuk mereka yang melakukan perjalanan. Hal ini disampaikan dalam diskusi publik yang mengusung tema kesiapan Indonesia menghadapi transisi pandemi menuju endemi COVID-19. Diskusi daring ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (HMP FKM UI) pada 24 April 2022. Acara ini diikuti oleh lebih dari 300 peserta dari mahasiswa dan akademisi dari berbagai universitas di Indonesia, tenaga kesehatan dari berbagai Puskesmas dan Rumah Sakit, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi, serta Kementerian Kesehatan RI.
Melalui penjelasannya, dr. Pandu Riono menekankan pentingnya imunitas dalam penanganan penyakit menular. Dari perspektif ilmu kesehatan masyarakat, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) ini menegaskan bahwa imunitas diukur di tingkat populasi, bukan individual. Pengendalian penyakit menular dilakukan dengan meningkatkan kekebalan populasi untuk mengatasi adanya outbreak penyakit menular. “Imunitas bisa juga dibangun dengan adanya riwayat terinfeksi atau vaksinasi. Orang yang pernah terinfeksi COVID-19 dan sudah divaksinasi, tingkat imunitasnya bisa jauh lebih unggul,” ujar dr. Pandu.
Hasil survei serologi COVID-19 di Indonesia pada November-Desember 2021 menunjukkan sekitar 86,6% penduduk usia 1 tahun ke atas di Indonesia sudah mempunyai antibodi SARS-CoV-2. Proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2 tertinggi ada pada mereka yang sudah divaksinasi dua kali (99,1%). Hal ini mengindikasikan bahwa vaksinasi sangat penting dalam meningkatkan imunitas. Dokter Pandu menambahkan bahwa vaksinasi booster juga penting untuk mempertahankan tingkat imunitas penduduk.
Lebih lanjut, dr. Pandu Riono juga menyampaikan hasil survei terkini pada Maret 2022 untuk mengetahui apakah kebijakan boleh mudik dapat mengakibatkan lonjakan kasus COVID-19. Hasilnya, ada peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS Cov-2 dari 93% pada Desember 2021 menjadi 99,2% pada Maret 2022 di 21 kabupaten/kota di Jawa-Bali, yang dipilih sebagai daerah asal dan tujuan mudik. Dokter Pandu juga menyampaikan bahwa lonjakan kasus mungkin saja terjadi, namun yang paling penting jika imunitas penduduk sudah tinggi, maka dampak lonjakan kasus pada hospitalisasi dan kematian tidak terlalu signifikan. Dengan demikian mudik tidak perlu dilarang, tetapi protokol kesehatan tetap wajib dianjurkan dan vaksinasi booster harus dijadikan prasyarat perjalanan.
Diskusi publik ini diselenggarakan untuk mengetahui situasi dan gambaran terkini, peluang dan tantangan, serta kesiapan menghadapi transisi dari pandemi menuju endemi COVID-19. Pada sambutannya, Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., menyampaikan pentingnya kolaborasi pentahelix untuk keberhasilan transisi pandemi menuju endemi COVID-19 di Indonesia. “Dilihat dari sisi akademik, sudah sepatutnya akademisi berinisiatif membahas hal ini dengan melibatkan pakar, praktisi, pengambil kebijakan, pengusaha dan media,” ujar Prof. Mondastri.
Diskusi publik ini juga menghadirkan narasumber Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Umi Zakiati, yang menyampaikan kebijakan dan strategi Pemerintah Kota Depok dalam pengendalian COVID-19, serta praktisi pendidik kesehatan dan influencer dr. Shafira Ninditya Aulia, yang membagikan bagaimana milenial dapat mengambil peran dalam menghadapi transisi COVID-19 melalui perilaku hidup sehat. (DOA, DA)