Kembangkan Model Bioteknologi Degradasi Mikroplastik Berbasis Bakteri Indigenous di TPA CIpayung Depok, Okky Assetya Pratiwi Raih Gelar Doktor di FKM UI

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kota Depok menjadi salah satu dari 10 kota di Indonesia yang memiliki timbunan sampah tertinggi dengan 21,63% diantaranya tergolong sampah plastik. Sampah plastik dianggap sebagai sampah non-degradable lantaran sifatnya yang sulit terurai dan memiliki dampak yang sangat besar terhadap kerusakan lingkungan. Kendati demikian, pengelolaan sampah di Indonesia masih belum teroptimalisasi dan ditangani secara komprehensif, serta kebijakan pengelolaan sampah saat ini masih didominasi pada penumpukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang mencakup 69% dari total sampah yang ada.

Sampah plastik cenderung lebih cepat terurai menjadi mikroplastik dibandingkan terdekomposisi sempurna dengan tanah. Hal inilah yang menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Ukuran sampah mikroplastik yang tak kasat mata dapat dengan mudah mengendap di tanah, mengalir ke air tanah hingga lautan, dan berpotensi menjadi sumber polutan baru yang sulit terdeteksi dan dikelola dengan metode konvensional. Peningkatan pencemaran mikroplastik yang terus terjadi setiap tahun telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sementara itu, prioritas pengelolaan mikroplastik oleh Pemerintah Kota Depok pun masih berfokus pada pengurangan di sumbernya dengan menerapkan model ekonomi sirkular dan pengelolaan model 3R (reduce, reuse, recycle) melalui bank sampah yang efektivitasnya masih menghadapi tantangan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Okky Assetya Pratiwi melakukan penelitian yang tertuang dalam disertasinya yang berjudul “Model Bioteknologi Degradasi Mikroplastik Berbasis Bakteri Indigenous Tempat Pembuangan Akhir Cipayung Kota Depok” yang dipertahankan dalam Sidang Promosi Doktor FKM UI pada Kamis, 9 Januari 2024. Penelitian Okky ini bertujuan untuk mengembangkan model bioteknologi degradasi mikroplastik berbasis bakteri indigenous di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung Kota Depok sebagai TPA yang memiliki nilai konsentrasi mikroplastik tertinggi pada sampel tanah. Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu memberikan kontribusi strategis dalam mengatasi tantangan pencemaran mikroplastik di lingkungan perkotaan melalui pendekatan ilmiah berbasis mikroorganisme.

Penelitian dilakukan melalui studi kuantitatif dengan pendekatan observasional, penilaian risiko kesehatan, dan eksperimental. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi konsentrasi mikroplastik di lingkungan sekitar TPA Cipayung. Konsentrasi mikroplastik di tanah ditemukan bervariasi antara 8.400– 152.000 partikel/kg, sementara air bersih yang dikonsumsi masyarakat mengandung mikroplastik sebesar 1.889–5.444 partikel/L. Analisis risiko menunjukkan variabilitas tingkat risiko kesehatan masyarakat sekitar TPA Cipayung, terkategori Risk Quotient (RQ) > 1, yang berarti terdapat potensi risiko kesehatan bagi masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat isolat bakteri potensial, yaitu Rummeliibacillus pycnus NBRC 101231, Stenotrophomonas acidaminiphila JCM 13310, Microbacterium arborescens DSM 20754, dan Streptomyces thermolineatus DSM 41451, efektif dalam mendegradasi mikroplastik. Efektivitas ini ditunjukkan melalui penurunan berat mikroplastik, perubahan struktur kimia (dianalisis menggunakan FTIR), serta pembentukan biofilm, lubang, dan retakan (teramati melalui SEM).

Salah satu terobosan penting dari penelitian ini adalah pengembangan produk inovatif untuk solusi berkelanjutan, dengan isolat Rummeliibacillus pycnus NBRC 101231 sebagai agen utama. Produk ini menawarkan potensi besar sebagai solusi pengelolaan mikroplastik yang berkelanjutan di masa depan. Okky juga menegaskan pentingnya penetapan regulasi batas aman mikroplastik di lingkungan. Selain itu, pengembangan lebih lanjut diperlukan untuk menguji implementasi dan akseptabilitas model ini di masyarakat guna memastikan efektivitas dan penerimaan luas. Penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi signifikan dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. Okky Assetya Pratiwi telah membuktikan bahwa teknologi berbasis mikroorganisme dapat menjadi solusi inovatif untuk tantangan global seperti pencemaran mikroplastik

Penelitian yang memiliki kebaruan pada pendekatan komprehensif dari hulu hingga hilir dalam mengidentifikasi masalah pencemaran mikroplastik hingga memberikan solusi aplikatif untuk pengelolaannya, telah membawa Okky Assetya Pratiwi meraih gelar Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan predikat sangat memuaskan sebagai lulusan S3 IKM tahun 2025 ke-6, lulusan S3 IKM ke-345, dan lulusan S3 di FKM UI ke-446.

“Disertasi ini menjadi satu sumbangan bagi program studi kesehatan lingkungan FKM UI, khususnya mikrobiologi lingkungan. Hal ini menjadi suatu hal yang penting ke depannya karena limbah yang sangat toxic dapat hancur dengan suatu mikroorganisme. Penelitian ini bagaikan perintis yang mampu mengembangkan pengetahuan dalam bidangnya dengan nilai novelty dan kebermanfaatannya bagi masyarakat,” tutur Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, M.P.H., Ph.D., selaku Promotor di dalam sambutannya.
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. drg. Ririn Arminsih, M.Kes., selaku Ketua Sidang, Prof. dr. Umar Fahmi Achmadi, M.P.H., Ph.D., selaku Promotor; Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, S.K.M., Dr.PH., dan Dr. Drs. Slamet Isworo, M.Kes., selaku Ko-Promotor. Tim penguji dalam sidang yakni Dr. Ema Hermawati, S.Si., M.K.M.; Dr. Budi Hartono, S.Si, M.Kes.; Prof. dr. Agus Suwandono, M.P.H. Dr.PH.; dan Prof. Dr. Yuanita Windusari, S.Si., M.Si. (ITM)