Kembangkan Model Pengendalian Wabah Penyakit Berbasis Risiko Wilayah, Ade Heryana Raih Gelar Doktor di FKM UI

Rabu, 10 Januari 2024, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) melaksanakan sidang terbuka Promosi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) dengan promovendus Ade Heryana dengan disertasi yang dipertahankan berjudul “Pengembangan Model Pengendalian Wabah Penyakit Berbasis Risiko Wilayah: Studi Kasus Pandemi COVID-19 di Jawa-Bali”.

Kebijakan pengendalian pandemi COVID-19 di Indonesia belum mempertimbangkan risiko yang berasal dari karakteristik geografis, demografis, sosial dan ekonomi daerah. Pengendalian awal pandemi COVID-19 di Indonesia yang masih menggunakan pendekatan historis dan repetitif mengakibatkan dinamika yang tinggi khususnya di daerah-daerah yang terdampak langsung wabah. Munculnya gelombang varian Delta pada 2021 menjadi dampak yang tidak mempertimbangkan risiko pada pengendalian di awal pandemi. Sejatinya, pengendalian wabah penyakit di suatu daerah sangat berkaitan dengan karakteristik wilayah epidemik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, promovendus kemudian melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan model pengendalian wabah penyakit menular berbasis risiko wilayah pada tingkat kabupaten/ kota di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan 2 (dua) tahap. Tahap pertama dilakukan studi faktor risiko pandemi COVID-19 gelombang Delta di 128 kabupaten/ kota Jawa/ Bali dengan jenis studi observasional dan desain studi retrospektif pada Juli 2021 – Des 2022. Tahap kedua dilakukan studi pemodelan pengendalian wabah penyakit dan upaya pengendalian wabah penyakit atau SEIRD (Susceptible, Exposed, Infected, Recovered, dan Death) dengan jenis studi riset operasional dan desain studi prospektif pada Januari – Juni 2023.

Hasil dari simulasi model diperoleh faktor determinan sosial yang memiliki risiko signifikan terhadap pengendalian keparahan pandemi berdasarkan vulnerability, capacity, exposure, dan hazard. Faktor demografis, sosial, dan imunitas seperti jumlah penduduk, usia penduduk, jumlah tangga, cakupan vaksinasi, dan status imunitas penduduk merupakan karakteristik yang secara konsisten paling tinggi di setiap gelombang Delta.

Hasil pemetaan risiko juga menunjukkan bahwa wilayah Jabodetabek serta sebagian Jawa Barat merupakan wilayah dengan risiko tinggi wabah. Jenis upaya pengendalian wabah yang utama direkomendasikan yakni pembatasan aktivitas sosial ekonomi penduduk, peningkatan kekebalan komunitas atau herd immunity case, pelaksanaan surveilans genomik (proses pemantauan patogen secara terus-menerus dan menganalisis persamaan serta perbedaan genetiknya), penguatan imunitas penduduk secara komprehensif, edukasi PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), penguatan dan peningkatan kepatuhan protokol kesehatan, serta penguatan dan peningkatan testing, tracing, karantina dan isolasi.

Faktor determinan sosial terhadap kesehatan disarankan oleh promovendus untuk digunakan sebagai dasar menentukan faktor risiko wabah penyakit yang menggambarkan karakteristik kabupaten/ kota. Faktor tersebut meliputi faktor ekonomi, sosial-komunitas, demografis dan geografis, pendidikan, kualitas hidup, dan sistem kesehatan. Kerangka kebijakan yang kolaboratif dan berlapis antara pemerintah pusat dan daerah dengan pembagian tugas yang sesuai dengan kewenangannya juga perlu dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan Ade ini memiliki beberapa poin kebaharuan atau novelty, yaitu melakukan penyesuaian terhadap rate kerentanan, keterpaparan, penularan, kesembuhan, dan kematian; kemampuan model memprediksi kasus yang tidak terdeteksi atau tidak terlaporkan untuk seluruh kompartemen; pengontrolan luaran model berdasarkan fase pandemi; proses penilaian risiko berdasarkan karakteristik wilayah; dan pengusulan upaya pengendalian pandemi yang disusun berdasarkan analisis risiko.

“Saudara Ade Heryana telah berjasa dalam berkomunikasi secara lintas sektor dengan kementerian dan lembaga terkait peraturan perundangan yang dibuatnya dalam bentuk surat edaran yang mengatur gas rem lalu lintas dan mobilitas orang selama COVID-19. Sehingga hal tersebut diterima dan disepakati oleh semua pihak, hingga akhirnya diundang oleh BNPB sebagai ketua satgas. Gelar doktor ini merupakan hadiah yang patut diberikan kepada saudara,” sambut Prof. drh. Wiku B. Adisasmito, M.Sc., Ph.D. selaku promotor.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Ade Heryana yang lahir pada 24 November 1973 di Jakarta, dinyatakan lulus dan berhasil memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) sebagai lulusan S3 IKM tahun 2024 ke-8, lulusan S3 IKM ke-304, dan lulusan S3 di FKM UI ke-390, serta meraih predikat sangat memuaskan dengan IPK 3.87.

Sidang promosi doktor ini dipimpin oleh Prof. dr. Ascobat Gani, M.P.H., Ph.D., sebagai Ketua Sidang, Prof. drh. Wiku B. Adisasmito, M.Sc., Ph.D., sebagai Promotor, serta Prof. Dr. dra. Dumillah Ayuningtyas, M.A.R.S., sebagi Ko-Promotor. Tim penguji dalam sidang tersiri dari Prof. dr. Meiwita Budiharsana, M.P.A., Ph.D.; Prof. dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D.; Turro Seltris Wongkaren, S.E., M.A., Ph.D.; Dra. Med. CSP. Wekadigunawan, drh., M.Kes., Ph.D.; dan Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si. (ITM)