Literasi Kader Posyandu, Ujung Tombak Pencegahan dan Deteksi Dini Stunting di Masyarakat

Posyandu merupakan upaya kesehatan berbasis masyarakat yang telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia sejak kisaran tahun 80-an. Jika dilihat dari buku pedoman penyelenggaraan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2011, Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Sejalan dengan target pemerintah untuk menurunkan angka stunting hingga 14% di tahun 2024, Posyandu menjadi salah satu sarana strategis dalam membantu mencapai target tersebut.  Hal ini tercermin dari jenis intervensi spesifik pencegahan dan penanggulangan stunting pada masa sebelum kelahiran dan pada anak usia 0-23 bulan banyak bertumpu pada posyandu sebagai ujung tombak implementasinya, diantaranya konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri dan ibu hamil, pemberian ASI eksklusif bagi bayi 0-6 bulan, pemberian MPASI kaya protein hewani bagi baduta, tatalaksana balita dengan masalah gizi, imunisasi, dan edukasi gizi bagi remaja, ibu hamil dan keluarga termasuk edukasi terkait Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Bersumber daya dari masyarakat, maka keberadaan dan kapasitas pada kader sebagai penyelenggara menjadi kunci utama keberlangsungan posyandu. Hal ini pula yang disadari oleh tim pengabdian masyarakat Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI yang diketuai oleh Wahyu Kurnia Yusrin Putra, S.K.M., M.K.M., sehingga diangkat menjadi tema pengabdian masyarakat DPPM UI tahun 2023 dengan kegiatan berupa peningkatan literasi kader posyandu terkait stunting dan anemia. “Kita tahu bahwa salah satu kunci keberhasilan penanganan stunting berawal dari deteksi dini kasus dan edukasi pencegahan oleh para kader posyandu. Oleh karena itu, menjadi penting untuk terus meningkatkan literasi dan berbagi pengalaman dengan para kader agar posyandu menjadi semakin berdaya dan efektif dalam mencegah dan menangani kasus stunting. Para kader juga perlu mengetahui bahwa anak yang stunting juga berpeluang besar untuk mengalami anemia, karena pangan hewani yang seringkali kurang dikonsumsi anak stunting juga merupakan sumber zat besi,” ujar Wahyu.

Kegiatan pengmas mengambil lokasi di Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Banten. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada hasil SSGI tahun 2021, dimana angka stunting di Provinsi Banten masih mencapai 24,5%. Sementara Kabupaten Lebak termasuk dalam zona kuning dengan angka stunting sebesar 26,2%. Kecamatan Kalanganyar juga memiliki komitmen kuat untuk membantu percepatan penurunan angka stunting di wilayah Kabupaten Lebak termasuk salah satunya adalah peningkatan kapasitas dan literasi kader posyandu.

Kegiatan peningkatan literasi dipusatkan di Kantor Kecamatan Kalanganyar, Lebak-Banten dan dibuka secara resmi oleh Ibu Mayasari selaku Ketua Tim Penggerak PKK tingkat Kecamatan pada Senin, 27 November 2023. Dalam sambutannya, Mayasari menyampaikan bahwa di wilayah Kalanganyar masih ditemukan sejumlah kasus balita stunting. “Saat diidentifikasi adanya kasus stunting di masyarakat, kami segera melakukan kunjungan rumah untuk menindaklanjuti temuan tersebut. Selain itu para kader posyandu juga secara aktif terus melakukan edukasi terkait stunting bagi warga di wilayahnya untuk mencegah timbulnya kasus stunting baru. Kami sangat menyambut baik terselenggaranya kegiatan peningkatan literasi ini karena para kader jadi bisa mendapatkan update terkait stunting dan mendiskusikan tantangan di lapangan, ” tambah Wahyu.

Kegiatan ini dibagi menjadi 2 (dua) sesi. Pada sesi pertama para kader dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan analisis data hasil penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan balita. Sementara di sesi kedua, disampaikan poin-poin penguatan seperti penyebab utama stunting, kaitan stunting dan anemia, serta pengaturan makanan untuk mencegah stunting dan anemia. Poin-poin ini juga terdapat di dalam modul yang diberikan kepada setiap kader. Pada akhir kegiatan para kader menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, suasana kegiatan berlangsung gembira dan materinya mudah dipahami. Mereka berharap akan ada kegiatan lanjutan terutama untuk menguatkan kembali keterampilan para kader dalam pengukuran berat dan tinggi badan.

Camat Kalanganyar Bayu Hadiyana, S.I.P., M.Si., menyatakan dukungannya terhadap kegiatan yang dilakukan tim FKM UI. ”Saya sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Para kader jadi lebih percaya diri karena bisa mendapatkan tambahan ilmu dan pengalaman. Kegiatan ini juga melengkapi rangkaian kegiatan pelatihan kader yang telah dilakukan selama ini yang bekerjasama dengan pihak Puskesmas. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa meningkatkan keterampilan kader dalam upaya deteksi dini stunting dan lebih semangat untuk bersama-sama menurunkan angka stunting di wilayah Kecamatan Kalanganyar,” harapan Camat Kalanganyar dari hasil edukasi ini.

Leave a Reply