Cindy Patricia Yosika, mahasiswa Program Studi Sarjana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) angkatan 2020, berhasil meraih penghargaan Travel Grant Award untuk menghadiri Asian Aerosol Conference (AAC) pada 3-7 November 2024 di Borneo Convention Center Kuching (BCCK), Sarawak, Malaysia. Prestasi ini memungkinkan Cindy yang merupakan mahasiswa S1 untuk berpartisipasi dalam konferensi yang biasanya diperuntukkan bagi mahasiswa S2. Konferensi ini adalah wadah bagi para peneliti dan akademisi dari berbagai belahan dunia untuk berbagi hasil penelitian terkait aerosol, teknologi aerosol, dan efeknya terhadap kesehatan.
Cindy awalnya fokus menyusun kerangka skripsi di bawah bimbingan Prof. Doni Hikmat Ramdhan, S.K.M., M.K.K.K., Ph.D. Ketika mendapat informasi tentang konferensi ini, ia berdiskusi dengan Prof. Doni dan memutuskan untuk mendaftar. Cindy menyadari bahwa kesempatan ini dapat membuka wawasan yang lebih luas, serta memberikan pengalaman berharga dalam dunia riset. “Alhamdulillah, saya terpilih untuk memberikan presentasi oral sekaligus mendapatkan travel grant, yang tentu saja menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus melangkah maju,” tutur Cindy.
Cindy mengangkat penelitian mengenai “Efektivitas Filter HEPA dan Filter Masker N95 dalam Menurunkan PM 2.5 di Tempat Pengujian Kendaraan Bermotor.” Penelitian ini menitikberatkan pada efektivitas filtrasi udara di lingkungan yang rentan terhadap paparan partikel kecil. Aerosol bertebaran dalam jumlah tinggi karena uji emisi kendaraan, khususnya di tempat pengujian kendaraan bermotor. “Jika aerosol dibiarkan tanpa filtrasi, partikel berbahaya akan tetap beredar dalam ruangan, menimbulkan potensi risiko kesehatan,” terang Cindy. Cindy menggunakan kipas angin yang dikombinasikan dengan filter untuk mengevaluasi tingkat efektivitasnya dalam mengurangi partikel udara berbahaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kombinasi alat filter yang dikembangkan memiliki efektivitas yang hampir setara dengan air purifier komersial, yang menjadi solusi potensial dengan biaya yang lebih rendah.
Efektivitas ini bergantung pada beberapa faktor lingkungan seperti suhu udara, dan kelembapan. Tanpa alat filter tambahan, partikel aerosol cenderung terjebak dan terus bersirkulasi dalam ruangan, yang dapat meningkatkan risiko paparan. Di samping penyesuaian jam kerja dan pemakaian alat pelindung diri (APD), penggunaan kipas yang dikombinasikan dengan filter memberikan kontribusi tambahan dalam upaya mengurangi konsentrasi aerosol. Meskipun air purifier tetap menunjukkan performa optimal, perbedaan efektivitas dengan kombinasi alat ini cukup tipis, sehingga penggunaan alat filter kombinasi ini dapat menjadi alternatif yang efektif.
Menghadiri Asian Aerosol Conference menjadi peluang berharga bagi Cindy untuk memperluas wawasan dan membangun relasi dengan para akademisi dari berbagai latar belakang keilmuan. Cindy menekankan bahwa acara ini bukan hanya tentang presentasi ilmiah, tetapi juga merupakan ajang untuk memperkaya diri dengan perspektif baru dan memicu inovasi di bidang kesehatan lingkungan. “Ekspektasi terbesar saya adalah menambah relasi, mendapatkan wawasan baru, dan menumbuhkan rasa ingin tahu,” ungkap Cindy. “Berinteraksi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman di bidang ini memotivasi saya untuk terus belajar dan berkembang. Meskipun ada tantangan, seperti minimnya penelitian terkait filtrasi aerosol, tetapi ini justru menjadi kesempatan untuk menciptakan solusi baru yang bermanfaat,” tambahnya.
Selain itu, tantangan besar yang dihadapi Cindy adalah merancang alat filtrasi secara mandiri. Fokus utama studi K3 sebenarnya lebih pada analisis dan evaluasi, namun, Cindy berani melangkah lebih jauh dengan merancang sendiri alat filtrasi untuk penelitiannya. Tantangan ini berhasil dilalui berkat dukungan fasilitas K3 FKM UI serta bantuan dari rekan-rekan di laboratorium. “Saya melihat tantangan ini sebagai peluang untuk berkembang. Meskipun pembuatan alat teknis mungkin bukan bidang utama mahasiswa K3, saya semakin percaya diri dalam eksperimen ini berkat fasilitas yang memadai, bimbingan Prof. Doni, dan dukungan dari teman-teman,” ujar Cindy.
Cindy mengakui bahwa peran FKM UI dan dosen pembimbingnya, Prof. Doni, sangat penting dalam perkembangan akademiknya. Ia juga berbagi strategi manajemen waktu dalam menyelesaikan tugas akademik sambil mempersiapkan konferensi internasional. “Kunci utama adalah menyelesaikan tugas akademik dengan baik. Setelah itu, materi untuk konferensi dapat saya susun lebih mudah karena masih sejalan dengan penelitian yang saya lakukan.” Menutup wawancara, Cindy menyampaikan bahwa, “Jangan pernah membatasi diri terhadap penelitian, meskipun terasa asing. Selagi ada kemauan, pasti bisa. Lebih baik menyesal karena mencoba daripada menyesal karena tidak pernah berani mencoba. Jangan takut salah; setiap orang punya waktunya untuk belajar dari kesalahan.” (DFD)