Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar dan Workshop “Climate Crisis and Disaster Preparedness: Collaboration to Increase Resilience” pada Minggu, 17 Desember 2023 di Balai Purnomo Prawiro UI. Berbagai pembicara dengan latar belakang yang berbeda dihadirkan untuk membahas permasalahan krisis iklim dan bencana yang terjadi serta upaya menciptakan penanggulangan yang kolaboratif.
“Adanya titik temu antara lingkungan, kesehatan, dan tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan bencana menjadi momen penting dalam mengupayakan penyelesaian masalah yang berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan saat ini. Transformasi dunia yang cepat melalui perubahan iklim yang terjadi harus mendapatkan perhatian penuh, tindakan proaktif, dan solusi yang inovatif,” tutur Prof. Indri Hapsari Susilowati, S.K.M., M.K.K.K., Ph.D., Manajer Kerja sama, Hubungan Alumni, dan Ventura FKM UI dalam sambutannya.
“Disaster Health Management in Asia” menjadi topik yang dibawakan oleh Prof. Shinichi Egawa, M.D., Ph.D., F.A.C.S., dari International Research Institute of Disaster Science (IRIDeS), Universitas Tohoku. Kejadian bencana yang terus mengiringi negara-negara di dunia menjadi alarm untuk meningkatkan kewaspadaan. Berdasarkan diagram Cost of Disaster yang dikeluarkan EM-DAT (The International Disaster Database), Asia mengalami dampak biaya bencana tertinggi dan menjadikannya sebagai wilayah yang paling rawan bencana di dunia. “Tiap negara mempunyai risiko bencana yang berbeda-beda, mulai dari bahaya dan keterpaparan, kerentanan, hingga kapasitas penanggulangannya. Adapun ARCH Project yang sedang dijalankan berupaya untuk meningkatkan kapasitas nasional dan internasional dalam menanggulangi dan mengobati bencana, serta peningkatan pada kapasitas inti. Hasil dari penelitiannya pun sangat diperlukan,” tutur Prof. Shinichi Egawa.
ARCH Project merupakan suatu proyek penguatan kapasitas regional ASEAN dalam penanggulangan kesehatan akibat bencana yang mengupayakan inisiatif global terhadap manajemen kesehatan bencana, berkontribusi terhadap pengembangan mekanisme kolaborasi, memperkuat kapasitas, serta dampaknya terhadap pengembangan kapasitas nasional dalam manajemen kesehatan bencana di antara negara-negara anggota ASEAN dan Jepang. Pada tahap kedua, ARCH berfokus pada pengembangan kurikulum dan penelitian serta membentuk ASEAN Institute of Disaster Health Management (AIDHM) di Universitas Gadjah Mada, ASEAN Academic Network (AAN), ASEAN Academic Conference (AAC), dan ASEAN Journal for Disaster Health Management (AJDHM).
Lebih lanjut, Dr. Muhammad Saparis Soedarjanto, S.Si., M.T., Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, memberikan pemahaman mengenai “Climate Change Effect and How to Face It by Disaster Management Strategy Via Landscape Governance in Indonesia”. “Landscape merupakan konfigurasi tertentu dari topografi, tutupan vegetasi, penggunaan lahan dan pola pemukiman yang membatasi beberapa koherensi proses dan kegiatan alam dan budaya sebagai upaya/ strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim termasuk pengendalian bencana. Adapun komitmen adaptasi Indonesia bertujuan untuk menciptakan masyarakat dan ekosistem yang bertahan terhadap risiko dan dampak perubahan iklim pada tahun 2030,” tutur Dr. Saparis.
FOLU Net Sink 2030 adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030. Kebijakan ini lahir sebagai bentuk keseriusan Indonesia dalam rangka mengurangi emisi GRK serta mengendalikan perubahan iklim yang terjadi beserta dampaknya.
FOLU Net Sink 2030 menjadi kondisi yang ingin dicapai Indonesia melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan mengkondisikan tingkat serapan yang sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030. Pertumbuhan industri hijau, pendanaan iklim, kemitraan global, peningkatan kesadaran publik, dan energi terbarukan menjadi peluang yang harus dimanfaatkan, meskipun ancaman dalam resistensi terhadap perubahan, kurangnya pendanaan, dan ancaman eksternal menjadi hal yang harus disiap siagakan. “Implementasi dan pencapaian target FOLU Net Sink 2030 membutuhkan integrasi dari semua sektor. Sehingga aksi nyata sebagai upaya pemulihan lingkungan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta pengendalian bencana harus terus ditingkatkan,” terang Dr. Saparis menutup materinya.
Pada seminar yang dilanjutkan dengan workshop yang diikuti oleh peserta baik dari mahasiswa, akademisi, praktisi dan umum ini hadir pula Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D., dan Prof. Dr. Budi Haryanto, S.K.M., M.Kes., M.Sc., yang merupakan Guru Besar Kesehatan Lingkungan FKM UI sebagai moderator. (ITM)