Depok, 3 November 2025 – Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali meraih prestasi di kancah internasional. Kali ini Tim HeaLink yang terdiri dari mahasiswa S1 Eksetensi Kesehatan Masyarakat diantaranya Catur Rizki Pindi (peminatan Epidemiologi, 2024), Istiqomah Hanifah Rachman (peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2023), Aliya Nurul Fauziah (peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2024), dan Anisa Djohan (peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan, 2024) berhasil meraih Juara 2 pada perhelatan APRU Global Health Conference 2025 Virtual Global Health Case Competition yang dilaksanakan pada 28–31 Oktober 2025 di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Kompetisi ini diikuti oleh 110 tim dari 13 negara di kawasan Asia-Pasifik dan mempertemukan mahasiswa dari berbagai negara untuk berbagi ide terkait isu kesehatan global “Advancing Inclusive Growth in Southeast Asia by Leveraging Data and AI for Food Security”.
Pada kompetisi kali ini, Tim HeaLink mengusung karya video berjudul “Strengthening Food Availability in Indonesia Through the Integration of Field Data and AI.” Karya ini berangkat dari tugas akhir mata kuliah Kesehatan Global yang dibimbing oleh Dr. dr. Helda, M.Kes. Video berdurasi 3 menit ini mengangkat isu ketahanan pangan di Indonesia dengan mengembangkan konsep WhatsApp bot berbasis kecerdasan buatan (AI) sebagai alat pelaporan dan prediksi ketersediaan pangan di tingkat komunitas. Teknologi tersebut dirancang untuk membantu petani melaporkan data cuaca, hasil panen, serta kebutuhan bahan pangan di wilayahnya. Data tersebut kemudian diolah oleh sistem AI untuk memprediksi ketersediaan pangan dan membantu distribusi antarwilayah secara efisien. “Kami ingin membuat sesuatu yang sederhana tapi berdampak, yang bisa diadopsi langsung oleh masyarakat. Hampir semua orang memiliki WhatsApp, bahkan di daerah terpencil. Jadi kami melihat platform ini sebagai jembatan untuk memperkuat pelaporan dan distribusi pangan,” ujar Pindi, perwakilan tim FKM UI.
Inspirasi utama ide video tersebut datang dari keberhasilan program swasembada pangan era Presiden Soeharto, yang pernah menjadi simbol kemandirian bangsa dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Selain itu, inovasi ini juga berangkat dari semangat gotong royong masyarakat Indonesia, yang diterjemahkan ke dalam konsep community hub. Pendekatan berbasis komunitas dianggap relevan dengan konteks Indonesia sebagai negara kepulauan, sekaligus menunjukkan nilai-nilai kolaboratif yang dapat diterapkan di negara lain. Menurut Pindi, mahasiswa Indonesia memiliki ruang untuk menunjukkan potensi di forum global seperti APRU. “Tim kami satu-satunya dari Indonesia yang menyoroti isu ketahanan pangan. Meskipun sederhana, solusi yang kami usung dinilai relevan dan berpotensi diterapkan di berbagai konteks internasional,” tambahnya.
Selama proses pengembangan, tim menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perbedaan ide, desain penyusunan prototipe, hingga keterbatasan waktu dan kemampuan teknis. Awalnya mereka berencana membuat aplikasi baru, namun kemudian memilih menggunakan platform yang sudah akrab dengan masyarakat agar lebih efektif dan tidak menambah beban teknologi. Mereka juga harus menyesuaikan diri dengan format forum internasional yang menuntut kemampuan berbahasa Inggris dan komunikasi lintas budaya. Pindi mengungkapkan bahwa seluruh anggota tim mengikuti lomba sambil bekerja, sehingga manajemen waktu menjadi tantangan besar. Namun, tekanan tersebut justru menjadi pemicu semangat. “Tapi teman-teman harus tahu bahwa tekanan itu justru tantangan. Jangan terpuruk ketika ada tekanan, melainkan bangkit dan berjuang. Ketika kita didorong, kita harus melompat lebih tinggi. Tekanan bisa menjadi energi yang memacu kita untuk tumbuh,” ujar Pindi.
Pada kompetisi ini, sistem penilaian dilakukan melalui pemungutan suara (voting) oleh member APRU serta penilaian dari juri yang merupakan perwakilan universitas member APRU. Setiap tim menampilkan video untuk dinilai, dan pemenang ditentukan berdasarkan kombinasi antara penilaian juri dan hasil suara penonton. Tim HeaLink dari FKM UI memperoleh 33 suara dari total 108 suara yang masuk.
Lebih lanjut, visual dan aspek sinematografi video diakui belum sebaik tim lain, namun juri tetap menilai kualitas ide dan relevansinya sebagai kekuatan utama. Ide video ini dinilai menonjol karena menggabungkan isu lokal Indonesia dengan solusi global yang aplikatif dan berbiaya rendah. Konsep WhatsApp bot yang dikembangkan dinilai inovatif, sederhana, dan berdampak sosial tinggi, sehingga mampu membawa tim meraih posisi juara dua di antara lebih dari seratus peserta internasional.
Pindi menegaskan bahwa isu ketahanan pangan tidak hanya soal ketersediaan bahan pangan, tetapi juga berkaitan erat dengan akses, lingkungan, dan keadilan sosial. “Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kita harus selalu berpikir promotif dan preventif. Ketahanan pangan adalah salah satu isu yang paling krusial karena berdampak langsung pada status gizi dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Tim HeaLink berharap inovasi dari video ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk lebih aktif dalam forum internasional dan berani menyuarakan gagasan yang inovatif. Mereka juga berencana mengembangkan ide ini lebih lanjut dengan didampingi oleh Dr. dr. Helda, M.Kes., selaku dosen pembimbing, dan menjajaki peluang penerapan konsepnya dalam kegiatan akademik dan masyarakat.
Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., menyampaikan apresiasinya atas prestasi gemilang yang diraih oleh Tim HeaLink di ajang APRU Global Health Conference 2025. “Capaian ini mencerminkan semangat FKM UI Berjiwa Luhur dan Berkinerja Unggul. Mahasiswa kita tidak hanya menunjukkan kecerdasan akademik, tetapi juga kepekaan sosial dan semangat kolaboratif dalam menghadirkan solusi nyata bagi tantangan kesehatan global. Inovasi sederhana namun berdampak besar seperti ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai luhur, empati, dan kerja keras dapat melahirkan karya yang diakui di tingkat internasional. Saya berharap prestasi ini menjadi inspirasi bagi sivitas akademika FKM UI untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi masyarakat, bangsa, dan dunia,” ujar Prof. Mondastri.
APRU Global Health Conference sendiri adalah konferensi ilmiah yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh Association of Pacific Rim Universities (APRU) yang membahas isu-isu kesehatan global. Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia adalah tuan rumah bagi perhelatan APRU Global Health Conference tahun ini. (EAR)

