Amira Puji Hastuti, mahasiswi Program Studi Sarjana Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) angkatan 2023, berhasil mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Bersama dua rekannya dari rumpun ilmu yang sama yang dipertemukan melalui kompetisi ini yaitu Duaa Kambal dari Emirates Health Services dan Ezekiel P. Victor Guanbie, Mahasiswa S3 dari University of Liberia, Amira meraih Juara I dalam ajang bergengsi The Planetary Health Challenge 2025, berkat inovasi teknologi filtrasi sungai ramah lingkungan yang mereka kembangkan.
Inovasi yang dipresentasikan pada 23 April 2025 dalam sesi final presentation The Planetary Health Challenge 2025 tersebut dinamakan Mozena (Moringa Seeds and Zeolite Net-Based Mercury Filtration Through Indigenous Empowerment of The Dayak People in The Kapuas River, Kalimantan, Indonesia). Alat ini dirancang sebagai solusi terhadap pencemaran air sungai akibat limbah merkuri yang selama ini mengancam kesehatan masyarakat adat di Kalimantan, khususnya di sekitar Sungai Kapuas.
Dalam wawancaranya, Amira menjelaskan bahwa Mozena dirancang sebagai solusi berbasis alam (nature-based solution) yang selaras dengan nilai-nilai lokal masyarakat adat Dayak. “Masyarakat adat Dayak memiliki kearifan lokal dalam menjaga lingkungan. Mereka lebih menerima solusi yang berasal dari alam. Oleh karena itu, kami mengembangkan alat yang tidak hanya efektif, tetapi juga sesuai dengan budaya lokal dan tidak menimbulkan dampak lingkungan lanjutan,” jelas Amira.
Mozena berbentuk seperti jaring ikan, namun berfungsi sebagai alat penyaring air yang mengandung bahan aktif alami, yaitu zeolit, biji kelor (moringa), dan tablet klorin. Bahan-bahan ini dipilih karena melimpah di hutan Kalimantan dan juga tersedia di negara lain seperti Liberia, menjadikan teknologi ini berpotensi direplikasi secara global.
Lebih dari sekadar teknologi, inovasi ini juga merupakan bentuk advokasi terhadap kesetaraan akses kesehatan di daerah terpencil. “Masyarakat pedalaman seperti di Kalimantan masih memiliki keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dan teknologi. Padahal, pencegahan adalah langkah paling strategis untuk menghindari dampak kesehatan serius akibat paparan merkuri. Dengan Mozena, kami berharap masyarakat dapat memperoleh akses air bersih sebagai hak dasar kesehatan,” ujar Amira.
Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., menyampaikan rasa bangga dan apresiasi atas prestasi yang dirah mahasiswanya. “Prestasi yang diraih oleh Amira Puji Hastuti dalam ajang The Planetary Health Challenge 2025 merupakan bukti nyata bahwa mahasiswa Universitas Indonesia, khususnya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, mampu berkontribusi secara nyata dan berdampak di level global. Inovasi Mozena yang berbasis kearifan lokal dan pendekatan ekologis tidak hanya mencerminkan keunggulan akademik dan kreativitas lintas disiplin, tetapi juga sejalan dengan visi Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi yang Unggul dan Impactful,” tutur Prof. Mondastri.
“Ini adalah contoh bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikembangkan dengan tetap merangkul kearifan tradisi dan budaya lokal sehingga mudah diterima oleh masyarakat pengguna
Harapan kami, pencapaian ini dapat menjadi inspirasi dan penguat motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk berlomba menghasilkan karya-karya yang unggul dan berdampak positif bagi Indonesia dan dunia,” tambahnya.
The Planetary Health Challenge 2025 sendiri merupakan kompetisi global yang diselenggarakan oleh Planetary Health Alliance, sebuah organisasi global yang mendorong inovasi untuk menjawab tantangan kesehatan manusia akibat kerusakan ekosistem. Kompetisi ini mengumpulkan gagasan dari para mahasiswa dan peneliti di seluruh dunia dalam mencari solusi transformatif bagi keberlanjutan planet.
Sebagai finalis tiga besar, tim Amira akan diundang menghadiri acara puncak Planetary Health Annual Meeting (PHAM) pada 7–10 Oktober 2025 di Rotterdam, Belanda, untuk mempresentasikan proyek mereka di hadapan pakar dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia. (ITM)