Meningkatkan Kesadaran Warga Akan Pilihan Pangan Sehat dari Rumah, Dosen FKM UI Berikan Pelatihan Urban Farming

Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia (World Food Day) pada 16 Oktober 2024 lalu, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) mengadakan pelatihan urban farming di Cipayung, Jakarta Timur. Kegiatan ini diinisiasi oleh dosen Departemen Epidemiologi FKM UI, dr. Lhuri Dwianti Rahmartani, M.Epid, B.Med.Sc., D.Phil., bekerja sama dengan kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) RT 005/RW 008 dan didukung oleh dana hibah pengabdian masyarakat UI. Melalui kegiatan ini, dr. Lhuri berharap dapat meningkatkan pemahaman warga mengenai pemilihan pangan sehat, pemanfaatan lahan sempit untuk bercocok tanam, serta program pemerintah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Hari Pangan Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai isu ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan poros inti dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, termasuk pencegahan kelaparan dan malnutrisi. Isu malnutrisi menjadi sangat penting karena Indonesia menghadapi triple burden of malnutrition, yaitu kurang gizi, gizi lebih, dan kekurangan mikronutrien. Salah satu tantangan terbesar adalah angka stunting yang masih menjadi prioritas nasional. Berdasarkan data terakhir, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5% pada tahun 2023.

Ketahanan pangan merupakan tanggung jawab pemerintah, namun masyakarat dapat ikut mengambil peran serta. Urban farming merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan di tingkat rumah tangga untuk mendukung ketahanan pangan lokal. Pelatihan urban farming di Cipayung mengenalkan warga kepada berbagai metode pemanfaatan lahan sempit untuk kebutuhan pangan, seperti hidroponik, akuaponik, dan teknik pertanian sederhana lainnya. Warga juga memperoleh media tanam, bibit, dan pupuk untuk ditanam di rumah.

Hidroponik adalah metode bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, melainkan media air yang diperkaya dengan nutrisi. Teknik ini cocok untuk area perkotaan karena hemat ruang dan air. Sementara itu, akuaponik menggabungkan budidaya tanaman dengan pemeliharaan ikan dalam satu sistem terpadu, di mana limbah ikan dimanfaatkan sebagai pupuk alami bagi tanaman. Kedua metode ini dinilai efektif untuk memanfaatkan ruang terbatas sekaligus menghasilkan pangan berkualitas.

Urban farming memang bukan sektor inti dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional, tetapi ia dapat menjadi langkah kecil dalam mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar. Selain itu, urban farming juga dapat berfungsi sebagai simbol keberlanjutan dan kemandirian pangan di tingkat rumah tangga. “Meski tidak semua orang memiliki waktu dan sumber daya untuk melakukan urban farming, langkah kecil ini tetap berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pilihan pangan sehat,” tutur dr. Lhuri.

Melalui urban farming, masyarakat dapat memenuhi sebagian kecil kebutuhan pangan keluarga, seperti tambahan sayur dan bumbu dapur. Dalam skala yang lebih besar, ia bahkan bisa menjadi sumber penghasilan tambahan. Saat ini, pemerintah telah menyediakan berbagai program dan inisiatif, termasuk penyediaan bibit tanaman gratis dan pembelian hasil panen dari skala rumah tangga. Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya komitmen pemerintah dan peran masyarakat dalam mencapai ketahanan pangan nasional.