Peduli Isu Polusi, HMP FKM UI Selenggarakan Diskusi Publik Bahas Solusi dan Implementasi Green Economy

Selasa, 31 Oktober 2023, Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan diskusi publik bertemakan “Polusi Udara yang Tak Kunjung Henti, Bagaimana Solusi dan Implementasi Green Economy?”. Diskusi publik yang diselenggarakan via Zoom Meeting ini dilatarbelakangi oleh perencanaan Pembangunan Rendah Karbon (PRK) yang diinisiasi oleh pemerintah. Kegiatan diskusi publik ini berhasil menghadirkan tiga narasumber, mulai dari saintis lingkungan, dosen, hingga ahli dari kementerian.

Dinda Shabrina, atmospheric scientist Nafas memaparkan materi mengenai upaya advokasi polusi udara yang sudah dilakukan. Menurutnya, penyelesaian polusi udara harus dimulai dari tersedianya data kualitas udara.”Kita tidak bisa memperbaiki apa yang tidak bisa kita ukur. Dengan adanya data yang akurat, warga bisa hidup lebih bijak, penelitian akademik bisa lebih mudah terlaksana, serta kebijakan pemerintah bisa lebih mudah untuk disebarluaskan,” tuturnya. Dinda bersama Nafas, sebuah perusahaan kesehatan berbasis teknologi yang berfokus pada polusi udara, banyak melakukan penelitian mengenai dampak udara bagi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, polusi udara terbukti meningkatkan risiko penyakit pernapasan, stunting, dan risiko berat badan lahir rendah pada bayi.

Lebih lanjut, Dr. drg. Ririn Arminsih, M.Kes., Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI, berbicara mengenai risiko polusi udara dan penanggulangannya. Polusi udara sendiri didefinisikan sebagai kontaminasi udara di dalam dan luar ruangan oleh zat kimia, fisik, atau biologis yang berpotensi mengubah karakteristik alami atmosfer. Polusi udara dapat bersumber dari aktivitas rumah tangga, kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan kebakaran hutan. Bahaya yang ditimbulkan polusi udara bisa beragam, mulai dari batuk, sakit tenggorokan, nyeri dada, berkurangnya fungsi otak, berkurangnya kekebalan tubuh, hingga gangguan sistem, seperti sistem saraf.”Dari seluruh populasi, ibu hamil, bayi dan anak-anak, serta orang lanjut usia adalah populasi yang paling rentan mengalami dampak kesehatan akibat polusi udara,” tutur Dr. Ririn.”Untuk itu, diperlukan upaya penanggulangan dari berbagai sektor, mulai dari industri, rumah tangga, transportasi, perencanaan kota, pembangkit listrik, dan pengelolaan limbah,” lanjutnya.

Sementara Koordinator Pengelolaan Limbah Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Rizal Panrelly, memaparkan mengenai “Penerapan Ekonomi Hijau dalam Mengendalikan Polusi Udara”. Ekonomi hijau merupakan sistem ekonomi yang berusaha mengurangi emisi karbon dan dampak negatif lainnya terhadap lingkungan dengan cara menghemat penggunaan sumber daya alam, mengurangi limbah dan polusi, serta mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan teknologi bersih. Hingga saat ini, transportasi serta industri manufaktur dan energi masih berkontribusi tinggi dalam memberikan beban pencemar NOx, CO, SO2, dan PM2,5.”Dibutuhkan perbaikan kualitas udara secara bertahap, dimulai dari perlindungan masyarakat kemudian dilanjutkan dengan penerapan solusi secara bertahap,” ujar Rizal. Pemerintah juga sudah menyusun collaborative action menuju ekonomi hijau, dimulai dengan kapabilitas pengawasan dan koordinasi berkala, perluasan transportasi publik, uji emisi, peningkatan baku mutu emisi, program insentif/disinsentif, serta komunikasi dan edukasi.

Melalui berbagai upaya penanggulangan polusi yang dilakukan oleh berbagai pihak terutama pemerintah melalui penerapan ekonomi hijaunya, diharapkan tingkat polusi udara di Indonesia akan semakin berkurang.(WR)

Leave a Reply