Sabtu, 7 Oktober 2023, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dan Ikatan Alumni (ILUNI) FKM UI turut memeriahkan Dies Natalis FKM UI ke-58 dengan menyelenggarakan Webinar Series bertema “MPASI Teori dan Praktek”.”Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) adalah cara paling efektif untuk menangani stunting. Namun sayangnya, hanya 50—60% praktik MPASI yang memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan pada waktu yang sesuai,” ujar Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan dalam sambutannya.
Lebih lanjut, pembicara pertama, dr. Davrina Rianda, M.Gz., menyampaikan, ”MPASI sangatlah penting untuk memenuhi zat gizi anak. MPASI yang tepat tidak hanya mendukung anak untuk bertumbuh, tapi sekaligus berkembang.” Menurut dr. Davrina, MPASI dapat disebut sukses jika jumlah asupan nutrisi anak terpenuhi terutama zat gizi yang berhubungan erat dengan pertumbuhan anak, seperti protein, zat besi, zinc, dan yodium. Terdapat empat prinsip MPASI yang sebaiknya dipenuhi, yaitu tepat waktu; adekuat dari segi frekuensi, jumlah, dan konsistensi; aman; dan appropriate. Dokter Davrina kemudian menekankan bahwa MPASI adalah masa pembentukan sikap dan preferensi makan anak.”Caregiver anak sebaiknya menerapkan responsive feeding, atau peka dengan sinyal yang diberikan oleh anak. Jadikan momen MPASI adalah momen yang menyenangkan sehingga anak tidak trauma dengan makanan,” tutur dr. Davrina.
Wahyu Kurnia, S.K.M., M.K.M., Dosen Departemen Gizi FKM UI, memaparkan isu-isu yang berkenaan dengan MPASI. Setelah anak berumur 6 bulan, pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Terdapat beberapa bahan pangan yang harus dikonsumsi anak antara lain makanan pokok sebagai sumber energi, lauk terutama protein hewani, sayur dan buah, serta lemak.”Kunci dari MPASI adalah keragaman dan frekuensi yang cukup. Selama periode MPASI, anak harus tetap mendapat ASI, konsumsi 5 dari 8 jenis makanan yang dianjurkan untuk MPASI, konsumsi lauk hewani, juga sayur dan buah. Bisa juga ditambah makanan fortifikasi atau suplemen vitamin dan mineral jika diperlukan. Selain itu, hindari makanan dan minuman rendah gizi serta penambahan gula dan garam yang berlebihan,” tutur Wahyu. Dalam praktiknya, MPASI harus diberikan secara bertahap dan berkelanjutan.
“Tujuan makan itu bukan sekadar kenyang, tapi harus baik juga bagi tubuh,” terang Astina Astikah Sultan, S.K.M. Astina selaku penggiat real food menuturkan bahwa real food merupakan makanan yang minim proses, ramah cerna, dan kandungan nutrisinya masih terjaga.”Sebaliknya, ultra processed food yang diproduksi industri umumnya mengandung gula yang sangat banyak sehingga tidak baik bagi tubuh. Gula rafinasi adalah sumber makanan terburuk yang dapat merusak fungsi otak,” tutur Astina. Oleh karena itu, ia lebih menyarankan nutrient dense food (NDF) atau makanan dengan nutrisi tinggi untuk diberikan selama masa MPASI. Menurutnya, optimalisasi nutrisi anak dapat dilakukan dengan konsumsi NDF, menghindari konsumsi olahan gula dan vitamin sintetis, memperhatikan kualitas tidur, serta mengonsumsi vitamin dan mineral non sintetis.
Webinar MPASI yang diselenggarakan oleh FKM UI dan ILUNI FKM UI ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai teori dan cara mempraktikkan MPASI yang benar sehingga mencukupi kebutuhan nutrisi anak. (WR)