Gelaran seminar internasional dan rangkaian akhir acara Nutrition Expo 13 berlangsung pada Sabtu, 18 November 2023 secara bauran. The 8th International Seminar on Nutrition (ISON) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Keluarga Gizi (AKG) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) mengusung tema “From Limitations to Opportunity: Improving Nutrition for People with Dietary Restrictions”. Menghadirkan Mr. Hj. Ridzoni bin Sulaiman, M.Sc., Pensioner Chief Dietitian at Kuala Lumpur Hospital, sebagai pembicara utama serta Drh. Safarina G. Malik, M.S., Ph.D.; Dr. Susianto Tseng, dan Dr. Ir. Dwi Nastiti Iswarawanti, M.Sc. sebagai tiga panelis.
“Dengan adanya acara ini diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan mengenai gizi bagi kesehatan masyarakat dan kepada mahasiswa-mahasiswi yang utama. Semoga gelaran acara ini ke depannya semakin sukses,” tutur Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, an Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., di dalam sambutannya.
Pembatasan pola makan berarti seseorang mempunyai batasan terhadap makanan tertentu. Hal ini menjadi perhatian akibat dari kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi (malnutrisi) dan keterjagaan makanan sebelum dikonsumsi. “Untuk itu, tantangan utama dari pembatasan pola makan adalah bagaimana seseorang harus tetap memiliki asupan nutrisi dengan diet yang seimbang dan substitusi pada makanan yang dikonsumsinya,” terang Mr. Sulaiman dalam keynote speechnya dengan topik “Balanced Diets for All: Introduction to Food Substitutes and It’s Challenges”.
Makanan pengganti adalah makanan yang mengacu pada praktik mengganti satu jenis makanan dengan jenis makanan lain yang menawarkan nilai gizi serupa tanpa mengorbankan citarasa kuliner, penampilan, rasa, tekstur, dan bau pada makanan. Salah satu contoh yang dapat diterapkan adalah konsumsi protein nabati pada tempe. Tempe merupakan hasil fermentasi kedelai yang mampu menyamai bahkan melampaui kadar nutrisi dari daging. Sehingga, tempe sangat baik untuk dikonsumsi dan menjadi pilihan yang tepat sebagai makanan pengganti. Berdasarkan data, makanan pengganti juga secara signifikan memberikan dampak baik bagi kesehatan lingkungan.
Lebih lanjut, Drh. Safarina, salah satu panelis, menyampaikan materi tentang “Lactose Intolerance in Infants and Children: Maximizing Nutrient Intake and Preserving Gut Health”. Laktosa merupakan salah satu jenis gula yang dihasilkan dalam susu yang harus dicerna dengan baik di dalam tubuh. Saat ini, intoleransi laktosa mendapat perhatian karena menjadi kasus yang banyak ditemukan pada bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Sehingga diperlukan alternatif pencegahan yang dapat meliputi produk bebas laktosa, tidak mengkonsumsi makanan mengandung laktosa dalam jumlah yang banyak, dan membatasi serta mengganti produk-produk olahan susu hewani seperti sapi atau kambing.
Membangun lingkungan yang suportif melalui penyuluhan hingga duta nutrisi seimbang di masyarakat menjadi salah satu jawaban untuk terciptanya kondisi nutrisi yang seimbang pada masyarakat. Untuk itu, perlu adanya gerakan di setiap lapisan masyarakat dalam memberikan dan membangun kepedulian. “Kerja sama harus dilakukan semua lini, baik itu individu, komunitas, para pebisnis, dan pemerintah serta kementrian harus mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendukung keefektifan sistem pangan bagi masyarakat di dunia,” pesan Mr. Sulaiman di akhir seminar. (ITM)