Pada Sabtu, 22 Juli 2023, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar Online dengan tema “Preventif, Promotif, dan Penanganan Low Back Pain dengan Metode Augmented Reality Innovation untuk Meningkatkan Kualitas Hidup”. Seminar online yang merupakan seri ke-5 dari rangkaian semol FKM UI ini menghadirkan Dosen Program Studi Subspesialis Bedah Tulang Belakang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K)Spine., sebagai narasumber utama.
“Low back pain bukan masalah kesehatan yang dapat dianggap remeh. Setidaknya 80% dari populasi global pernah merasakan low back pain,” ujar dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K)Spine., mengawali penyampaian materinya tentang pentingnya mencegah dan menangani low back pain.
Low back pain diketahui sebagai penyebab absen kerja tertinggi. Lebih dari 90% kasus low back pain disebabkan oleh nyeri pada otot lumbal. Oleh karena itu, pencegahan terbaik untuk low back pain adalah dengan melatih otot-otot inti yang mengelilingi tulang belakang, seperti otot perut atas, otot perut bawah, upper back, dan lower back. Menurut dr. Harmantya, masyarakat Indonesia masih belum memahami masalah low back pain.”Masyarakat Indonesia masih ada tendensi mengabaikan low back pain, padahal ada beberapa tanda yang harus diwaspadai. Jika nyeri sering terjadi di malam hari saat istirahat, terjadi penurunan berat badan, trauma, disertai demam, defisit neurologis, dan terjadi pada anak-anak sebaiknya segera dilakukan penanganan,” tutur dr. Harmantya.
“Untuk penanganan low back pain sebetulnya ada 3 jenis, yaitu terapi konservatif, intervensi pain management, dan terakhir operasi. Terapi konservatif dilaksanakan selama 8—12 minggu, jika tidak membaik akan lanjut ke intervensi pain management. Untuk operasi sendiri sebetulnya adalah bentuk penanganan terakhir. Hanya 1 dari 10 pasien low back pain yang membutuhkan operasi,” terang dr. Harmantya lebih lanjut.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, low back pain juga semakin mudah untuk ditangani. Terdapat teknologi bernama augmented reality yang menggabungkan antara realitas pasien dan imajinasi berupa data pasien, yang kemudian diproyeksikan menjadi gambar. Augmented reality memungkinkan penanganan low back pain menjadi lebih presisi dengan akurasi mencapai 98%. Selain itu, terdapat pula robotic spine surgery yang dapat mempercepat operasi tulang belakang tanpa memerlukan radiasi sehingga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk pemulihan pasca operasi.”Jika teknologi dipadukan dengan ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh surgeon, hasilnya akan baik sekali,” pungkas dr. Harmantya.
”Low back pain merupakan salah satu topik yang banyak ditunggu-ditunggu mengingat prevalensinya yang cukup besar di Indonesia. FKM UI akan terus berkontribusi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait masalah kesehatan, salah satunya melalui seminar ini,” tutur Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum, Dr. Milla Herdayati, S.K.M., M.Si., dalam sambutannya. (WR)