Public Health Study Tour FKM UI 2025: Kesehatan Masyarakat Indonesia dalam Sorotan Mahasiswa Asing

Rabu, 18 Januari 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan final presentation sebagai bagian dari Public Health Study Tour (PHST), sebuah program kerja sama antara FKM UI dan Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies (ACICIS). Program ini merupakan inbound study program yang dirancang untuk mahasiswa Australia yang memiliki ketertarikan mempelajari kesehatan masyarakat di Indonesia. PHST berlangsung selama dua minggu, di mana para peserta mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan, seperti perkuliahan interaktif, kunjungan ke fasilitas kesehatan, dan observasi lapangan di organisasi serta komunitas terkait. Sebagai puncak kegiatan di FKM UI, yaitu Sabtu, 18 Januari, para mahasiswa Australia mempresentasikan hasil diskusi mereka dalam sesi final presentation.

Topik yang beragam disampaikan oleh mahasiswa dalam sesi presentasi tersebut, serta disampaikan juga rekomendasi terkait isu-isu kesehatan masyarakat di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh para dosen FKM UI, termasuk Prof. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc., yang memberikan apresiasi atas kontribusi dan perspektif segar yang dihadirkan oleh para peserta. Program ini menjadi langkah penting dalam mendukung reputasi akademik FKM UI di tingkat internasional.

Kesehatan mental di Indonesia menjadi salah satu topik utama yang dibahas, dengan fokus pada pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat, menghapus stigma, dan memperluas akses terhadap layanan kesehatan mental. Hal ini menegaskan bahwa kesehatan mental merupakan bagian integral dari kesejahteraan masyarakat yang kerap kali terabaikan. Selain itu, isu stunting di Indonesia juga menjadi perhatian utama, terutama karena pengaruhnya terhadap bonus demografi yang diproyeksikan akan mencapai puncaknya pada 2025–2035. Stunting, menurut WHO didefinisikan sebagai kondisi ketika tinggi atau panjang badan anak berada di bawah -2 standar deviasi (SD) dari standar pertumbuhan anak, dapat menghambat produktivitas usia produktif serta meningkatkan risiko penyakit kronis. Faktor biologis yang berkontribusi pada stunting menunjukkan bahwa kondisi ini tidak bersifat genetik, melainkan dipengaruhi oleh aspek fisiologi dan perilaku, seperti tingginya paparan infeksi akibat eksplorasi anak.

Rekomendasi yang disampaikan salah satu kelompok peserta PHST untuk mengatasi stunting mencakup peningkatan edukasi mengenai kebutuhan nutrisi, promosi aktivitas fisik yang aman, serta perbaikan sanitasi melalui akses air bersih dan edukasi kebersihan rumah tangga. Selain itu, aspek budaya juga menjadi sorotan, khususnya praktik menyusui di Indonesia. Tantangan seperti mitos yang salah, penggunaan pengganti ASI, dan kendala gaya hidup menghambat praktik ASI eksklusif yang hanya mencapai 50% pada 2017. Untuk mengatasi hal ini, disarankan adanya edukasi kesehatan reproduksi, peningkatan dukungan menyusui, serta penggunaan materi edukasi berbasis agama. Dari sisi ekonomi, dampak stunting sangat signifikan, mulai dari rendahnya pencapaian akademik hingga risiko kemiskinan. Selain itu, stunting meningkatkan prevalensi penyakit degeneratif, yang dapat merugikan hingga 3% dari GDP Indonesia.

Disamping itu, peserta PHST juga menyoroti penyakit tidak menular (Non-Communicable Diseases/NCDs) dengan fokus pada hipertensi. Mereka membahas penyebab hipertensi di Indonesia, seperti gaya hidup, pola makan, dan minimnya aktivitas fisik, serta menawarkan strategi kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Strategi ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 yang menekankan promosi kesehatan, deteksi dini, dan pengobatan berkelanjutan. Contoh praktik baik dari negara lain juga dipaparkan, seperti pengendalian hipertensi di Amerika Serikat melalui rekam medis elektronik dan pemantauan tekanan darah di rumah, serta intervensi berbasis komunitas di Argentina.

Rekomendasi untuk Indonesia yang disampaikan para peserta PHST mencakup penyebaran informasi tentang hipertensi melalui radio di daerah terpencil, pelatihan pemuka agama untuk mendukung edukasi dan skrining tekanan darah, serta kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan melalui lokakarya rutin untuk mempromosikan pola makan sehat dan aktivitas fisik. Selain itu, tantangan demografis, geografis, dan sosial ekonomi dalam menghadapi penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD) dan malaria juga menjadi perhatian. Langkah pencegahan, seperti pemberantasan sarang nyamuk dan distribusi kelambu berinsektisida, direkomendasikan untuk menjadi prioritas pemerintah. Di sisi lain, penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Diseases/NTDs) yang masih banyak terjadi di Indonesia juga dibahas. Meskipun angka mortalitasnya rendah, penyakit ini berdampak besar pada kualitas hidup masyarakat dan membutuhkan perhatian lebih dalam upaya penanggulangannya.

Public Health Study Tour 2025 memberikan kesempatan luar biasa bagi mahasiswa internasional untuk menyelami kompleksitas kesehatan masyarakat di Indonesia. Melalui final presentation ini, para peserta tidak hanya memaparkan rekomendasi berbasis riset yang aplikatif, tetapi juga menunjukkan pemahaman mendalam tentang tantangan dan potensi yang dimiliki Indonesia. Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi lintas budaya dan ilmu pengetahuan mampu menghasilkan solusi inovatif yang relevan bagi permasalahan global, termasuk stunting, hipertensi, dan penyakit tropis terabaikan. Melalui komitmen seperti ini, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia terus menunjukkan perannya sebagai pionir dalam membawa ilmu kesehatan masyarakat ke panggung dunia, sekaligus membangun jembatan kolaborasi yang bermanfaat bagi generasi mendatang. (DFD)