Rayakan Dies Natalis ke-59, FKM UI Berkomitmen Bergerak Menuju Kesehatan Masyarakat Berbasis Bukti dan Presisi

(Depok, 1/7/2024). Pada 1 Juli 1965, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) resmi didirikan sebagai bagian integral dari Universitas Indonesia (UI). Hari ini, 1 Juli 2024, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) memperingati usia ke-59 tahun, menandai perjalanan panjangnya dalam kontribusi terhadap pengembangan ilmu kesehatan masyarakat di Indonesia. Selama hampir enam dekade, FKM UI terus berkembang menjadi penyedia jasa Pendidikan Kesehatan Masyarakat mulai dari Pogram Sarjana, Magister, dan Doktor, serta memiliki 12 pusat kajian, 7 departemen, dan 2 kelompok studi. Sesuai dengan tuntutan zaman dan perubahan yang tidak bisa dihindari, dengan menyandang predikat sebagai fakultas tertua dalam bidang kesehatan Masyarakat, FKM UI terus melakukan perbaikan dan mengevaluasi diri agar tetap menjadi yang terdepan dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Perayaan Dies Natalis ke-59 FKM UI diadakan dengan semarak di Aula A FKM UI, dengan tema “Menuju Kesehatan Masyarakat Berbasis Bukti dan Presisi”. Pada masa mendatang, tantangan FKM UI untuk tetap unggul, baik di tingkat nasional maupun internasional tidaklah mudah. “Sejalan dengan perkembangan revolusi industri 4.0 dan revolusi masyarakat 5.0 yang ditandai dengan perpaduan erat antara keahlian dan kreativitas manusia serta kecerdasan teknologi mesin, kesehatan masyarakat yang memiliki peran kunci dalam Tranformasi Kesehatan, khususnya dalam aspek promotif dan preventif, tentu juga harus memantapkan diri menuju kesehatan masyarakat berbasis bukti dan presisi (precision public health) untuk mempertahankan keunggulannya,” tutur Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc.

“Melalui pemanfaatan teknologi baru seperti genomik, kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), robotika, dan komputasi kuantum, pendekatan ini dapat mengarahkan penentuan kebijakan dan program-program kesehatan masyarakat yang lebih kokoh berbasis bukti-bukti riset ilmiah yang lebih akurat dengan menggunakan data besar (big data) di tingkat individual pada popuasi yang luas. Untuk itu, sejalan dengan visi UI, pengembangan jejaring dan kolaborasi sinergis FKM UI dengan perguruan tinggi lain, institusi/fasilitas kesehatan dan sains teknologi, serta dengan dunia industri, nasional dan internasional menjadi keniscayaan”, lanjut Dekan FKM UI.

Dalam rangkaian Dies Natalis ke-59 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), disampaikan orasi ilmiah bertema “Hambatan Evidence-Based Policy dalam Kesehatan Masyarakat” disampaikan oleh dr. Hasbullah Thabrany, M.P.H., Dr.PH.

Doktor Hasbullah Thabrany yang kini menjadi Chief of Party proyek USAID berjudul Health Financing Activity mendukung Kementerian Kesehatan, adalah Dekan FKM UI periode 2004 – 2008, serta mantan Ketua Pusat Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan UI. Dr. Hasbullah membahas berbagai tantangan dalam penerapan kebijakan kesehatan berbasis bukti. Doktor Hasbullah menyoroti kesulitan yang dihadapi dalam mengintegrasikan hasil penelitian ilmiah ke dalam kebijakan kesehatan yang efektif. Berdasarkan pengalamannya, terutama dalam penerbitan buku tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan penelitian mendalam sejak implementasi JKN pada tahun 2014, Dr. Hasbullah menerangkan peran data dalam mencapai keadilan sosial dan fungsi perlindungan JKN, serta dampak belanja kesehatan terhadap kemiskinan. Dalam orasinya, Dr. Hasbullah menekankan pentingnya pendekatan berbasis bukti untuk meningkatkan sistem kesehatan dan mencapai ekuitas dalam pelayanan kesehatan.

Orasi ini dimulai dengan refleksi historis pada pengambilan keputusan ilmiah, yang menurut Dr. Hasbullah, diawali sejak seleksi Nabi Adam untuk memelihara bumi, di mana pengetahuan teritorialnya mengungguli malaikat. Doktor Hasbullah juga menyebutkan upaya pembuktian rasional yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, yang menggunakan pendekatan fakta rasional dalam menghadapi berhala, serta penekanan Nabi Muhammad pada pentingnya baca-tulis, sebagai fondasi perkembangan ilmu pengetahuan. Melalui paparan ini, Dr. Hasbullah mengilustrasikan bahwa pengambilan keputusan berbasis bukti telah menjadi bagian dari warisan intelektual manusia sejak dahulu kala.

Dr. Hasbullah kemudian mengarahkan perhatian pada realitas kontemporer mengenai kesehatan sebagai hak asasi manusia yang mendasar. Ia mengutip Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB 1948 yang menyatakan bahwa “kesehatan adalah hak asasi fundamental setiap manusia,” dan mengevaluasi perjalanan konstitusional Indonesia dalam menegaskan hak kesehatan. Meskipun UUD RIS dan UUD Sementara telah mencantumkan hak atas kesehatan, dekrit kembali ke UUD 1945 (asli) sempat menghilangkan hak ini. Baru pada Amandemen II UUD 1945 pada tahun 1999, hak atas pelayanan kesehatan diakui secara eksplisit, dan diperkuat pada Amandemen IV tahun 2022 yang menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. “Implementasi kebijakan kesehatan nasional perlu mengikuti pendekatan evidence-based policy untuk memastikan hak kesehatan ini dapat terwujud secara efektif dan adil,” ujar Dr. Hasbullah.

Mengakhiri orasinya, Dr. Hasbullah mengevaluasi posisi Indonesia dalam konteks global dan regional. Ia mencatat bahwa banyak negara di Asia telah berhasil menggenjot kualitas sistem kesehatan mereka, bahkan menempati peringkat tertinggi di dunia. Namun, Indonesia masih tertinggal, dan banyak kebijakan kesehatan diambil berdasarkan faktor “pembisik” ketimbang bukti ilmiah. Doktor Hasbullah menyerukan reformasi dalam pengambilan kebijakan di Indonesia, dengan menekankan pentingnya keputusan yang berbasis pada pemahaman logis dan sebab-akibat. Ia mengajak pemangku kebijakan untuk memanfaatkan data dan bukti ilmiah dalam menyusun kebijakan yang mampu mengatasi tantangan kesehatan masyarakat secara efektif, serta untuk memperkuat sistem kesehatan nasional demi meningkatkan kualitas hidup seluruh rakyat Indonesia.

Melalui semangat dan dedikasi yang terus menyala, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia siap melangkah ke masa depan, membawa visi dan inovasi baru dalam memperjuangkan kesehatan masyarakat. “Mari kita lanjutkan perjalanan ini bersama, demi kesehatan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih sejahtera untuk bangsa dan negara”, pungkas Dr. Hasbullah.

Perayaan Dies FKM UI ke-59 ini menonjolkan kekayaan budaya melalui tertib busana nasional nusantara. Sesuai dengan tema yang diangkat dan tertib busana yang dipilih, menjadi Gambaran FKM UI yang senantiasa bergerak maju dalam mewujudkan kualitas kesehatan masyarakat nusantara melalui Kesehatan Masyarakat berbasis bukti. Acara ini menampilkan serangkaian kegiatan menarik, mulai dari senam bersama, cek kesehatan (skrining penyakit jantung koroner dan pemeriksaan status gizi), hingga orasi ilmiah yang menggugah semangat. Selain itu, penghargaan diberikan kepada para dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan berprestasi selama tahun 2023-2024. Acara juga dimeriahkan dengan penampilan seni dari sivitas FKM UI, pengumuman pemenang lomba, pemilihan busana terfavorit, dan pemotongan tumpeng sebagai simbol syukur dan harapan akan masa depan yang lebih gemilang. (DFD)