Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) memperlihatkan prevalensi yang masih tinggi di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan bahwa 1 dari 5 balita mengalami stunting serta kejadian perempuan ataupun ibu hamil menderita penyakit menular maupun tidak menular masih terjadi, seperti prevalensi anemia ibu hamil sebesar 28%.
Dengan latar belakang tersebut, Dini Kurniawati, mahasiswi S2 Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat 2023 bersama tim dari Thinkwell, LLC/USAID Health Financing Activity, memberikan rekomendasi kebijakan yang bertajuk “Potensi Penghematan Biaya Skrining Calon Pengantin terhadap Penurunan Penyakit” pada kompetisi Rekomendasi Kebijakan Kesehatan (SiBijaKs) Awards 2024. Pada 18 Oktober 2024, rekomendasi Dini bersama tim mendapatkan penghargaan sebagai Juara 1 pada kategori umum.
SiBijaKs Awards 2024 merupakan kompetensi penulisan rekomendasi kebijakan kesehatan dengan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 sebagai sumber data utama yang digelar oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI. Bentuk rekomendasi yang diberikan berupa risalah kebijakan (policy brief) yang fokus pada isu kebijakan tertentu serta menawarkan alternatif solusi terhadap permasalahan yang memerlukan perhatian segera dari pembuat kebijakan.
Dini Kurniawati bersama tim memberikan rekomendasi berupa program perluasan skrining calon pengantin (catin) di Indonesia beserta formula perhitungan dan potensi penghematannya bagi anggaran pemerintah.
“Upaya skrining bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit baik pada pasangan maupun janin. Di Indonesia, skrining pada catin baru diimplementasikan di DKI Jakarta sejak tahun 2017. Sehingga, jika nantinya Kemenkes ingin mengimplementasikan skrining catin ke seluruh Indonesia, tentunya diperlukan formula perhitungan pada kebutuhan anggaran pemerintah serta bagaimana potensi penghematannya jika kebijakan ini diimplementasikan,” tutur Dini Kurniawati.
Formula penghitungan yang dilakukan Dini Kurniawati bersama tim ialah dengan memproyeksikan jumlah pengantin dalam lima tahun ke depan dengan biaya satuan dari tiap komponen pemeriksaan serta angka inflasi yang ikut diperhitungkan. Adapun paket manfaat skrining yang diajukan terdiri dari 3 skenario, yaitu Paket Minimal yang terdiri dari pemeriksaan fisik dan jiwa, biaya admisi, dan hemoglobin; Paket Moderat yang terdiri dari paket minimal ditambah pemeriksaan HIV, sifilis, hepatitis B, TBC, diabetes mellitus, dan hipertensi; serta Paket Komprehensif yang terdiri dari paket moderat ditambah pemeriksaan thalasemia. Adapun formulasi perhitungan juga menggunakan 2 asumsi (tanpa dan memperhitungkan kepesertaan JKN catin).
“Pembahasan tentang financing cukup seksi namun belum banyak orang yang menuliskannya. Kami melakukan perhitungan dari target catin tersebut dikali dengan biaya satuan pemeriksaan. Pada tahun 2025 dalam setahun, pada asumsi 1 didapatkan angka kebutuhan sekitar 44-256 miliar dan pada asumsi 2 sekitar 26-238 miliar. Setelah perhitungan tersebut, dilakukan perbandingan dengan beban anggaran dalam satu tahun dari beberapa penyakit yang telah teridentifikasi sebelumnya. Hasilnya ternyata jauh lebih rendah dibandingkan beban anggaran sebelumnya,” terang Dini Kurniawati.
“Hal ini bisa dilaksanakan sesuai asumsi atau skenario yang dapat dipilih oleh Kemenkes. Dalam jangka panjang, kami berharap dapat menghasilkan penghematan pada dana jaminan sosial dan dengan pemerintah tetap memantau dalam pemanfaatannya dari pelaksanaan skrining serta melihat dampaknya terhadap penurunan di semua penyakit hingga bagaimana penghematan biayanya”.
Atas keberhasilan menjuarai SiBijaKs Award 2024, Dini bersama tim telah diundang kembali untuk melakukan presentasi di depan para eselon 1 di Kementerian Kesehatan untuk melakukan tindak lanjut terkait rekomendasi kebijakan bersama Dirjen Kesmas dan Direktorat Usia Produktif dan Lanjut Usia (UPL) yang merupakan PIC untuk pelaksanaan skrining jika nantinya terimplementasikan.
Prestasi Dini bersama tim menjadi hasil yang membanggakan dan mendapatkan apresiasi dari pimpinan fakultas. ”Sebagai akademisi, salah satu tugas kita adalah memberikan buah pikir kita untuk perbaikan dan solusi permasalahan kesehatan di negeri kita tercinta. Dini Kurniawati dan tim telah berperan nyata melalui raihan prestasi dalam memberikan rekomendasi kebijakan kesehatan. Harapan kami rekomendasi-rekomendasi kebijakan kesehatan akan terus dilahirkan oleh para mahasiswa FKM UI.”, tutur Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc.
“Semoga apa yang telah kami usulkan bisa bermanfaat bagi Kemenkes dalam pengambilan kebijakan berdasarkan evidence based yang ada. Di masa yang akan datang pula diharapkan terjadinya penurunan prevalensi penyakit menular dan tidak menular serta prevalensi penyakit akibat keturunan. Kami berharap juga kebijakan ini dapat mendukung keberhasilan kehamilan dan berkontribusi pada generasi yang sehat dan penurunan AKI serta AKB,” tutup Dini Kurniawati dengan harapan yang diberikan. (wrk)