“Gen Z: Stronger Minds, Stronger Lives!” menjadi tema utama Seminar Penggerakan Masyarakat dalam Upaya Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA bagi Remaja yang digelar pada 19 Oktober 2024 di Ruang Promosi Doktor Gedung G, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI). Acara ini diinisiasi oleh mahasiswa Ekstensi FKM UI sebagai bagian dari tugas Mata Kuliah Organisasi Pemelajar dan Berpikir Sistem serta sebagai rangkaian dalam memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia. Seminar tersebut bertujuan meningkatkan pengetahuan dan memberikan pemahaman remaja mengenai pentingnya menjaga kesehatan jiwa dan menghindari penyalahgunaan NAPZA.
Seminar ini mengundang dua narasumber ahli, yaitu Anggie Harmalia P., M.Psi., Psikolog, seorang psikolog yang berpengalaman dalam menangani isu-isu kesehatan mental remaja, dan Purwoko Nugroho, M.Si., perwakilan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Depok. Seminar dihadiri oleh peserta yang meliputi 36 siswa dan 4 guru pendamping dari 4 SMA di Depok, 60 mahasiswa baru program sarjana FKM UI, serta perwakilan dari Lembaga Kemahasiswaan FKM UI.
Teti Erikawati, Ketua Acara, menyoroti pentingnya seminar ini dalam meningkatkan kesadaran generasi muda mengenai kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA. dr. Umi Zakiati, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Depok, dalam sambutannya juga menyampaikan dukungannya, “Dinas Kesehatan Depok memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan seperti ini, khususnya yang menekankan pentingnya upaya preventif dan edukasi kesehatan bagi remaja, terutama terkait isu kesehatan jiwa dan bahaya NAPZA.”
Hadir pula, Prof. Dr. Robiana Modjo, S.K.M., M.Kes., Ketua Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat FKM UI. Prof. Robiana mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kolaborasi dan kerja sama semua pihak yang telah menyukseskan acara ini. “Apresiasi kami sampaikan kepada seluruh penggerak yang telah berperan aktif dalam menyelenggarakan seminar ini. Terima kasih juga kepada narasumber yang luar biasa, yang akan memberikan wawasan berharga kepada para peserta,” tutur Prof. Robiana.
Anggie Harmalia P., M.Psi., Psikolog, memfokuskan pembahasannya pada dua hal utama, yakni kesehatan mental Gen Z dan pentingnya kecerdasan emosional. Ia mengungkapkan bahwa, “Satu dari tiga remaja mengalami gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.” Menurutnya, salah satu faktor utama penyebab kondisi ini adalah rendahnya kemampuan remaja dalam mengelola emosi serta memahami emosi orang lain, yang dikenal sebagai kecerdasan emosional. Merujuk pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa generasi Z memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya, Anggie menekankan bahwa ini bukan berarti mereka “kurang cerdas”. Generasi Z memerlukan lebih banyak edukasi dan penguatan dalam aspek ini. “Faktor teknologi, internet, dan media sosial memainkan peran besar dalam hal ini,” jelas Anggie. Ketiga elemen tersebut memberikan akses informasi yang cepat dan instan, namun juga memicu penurunan kemampuan kontrol diri. “Singkatnya durasi video seperti pada platform media sosial sering kali mendorong perilaku impulsif dan keinginan untuk segera merasa puas,” tambahnya. Selain itu, fenomena bullying dan pola perilaku cepat puas di media sosial memperburuk keadaan. “Kecepatan proses ini memengaruhi bagaimana manusia belajar, padahal manusia harus dibiasakan untuk menikmati proses,” ujar Anggie.
Sebagai langkah preventif, Anggie menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dalam menggunakan teknologi. “Kita tidak bisa sepenuhnya menghindari teknologi, namun kita bisa melakukan beberapa tindakan antisipatif, seperti cukup tidur, mengatur pola makan, berolahraga, membatasi penggunaan gawai, dan bergabung dengan komunitas yang positif,” ujar Anggie. Ia menambahkan, “Otak kita akan kelelahan jika menerima terlalu banyak informasi dalam waktu singkat, seperti saat menonton video singkat di media sosial. Oleh karena itu, bersikap tegas terhadap diri sendiri untuk membatasi waktu di depan layar dapat memberikan ketenangan pada otak kita.”
Sementara itu, Purwoko Nugroho, M.Si., dari BNN Kota Depok, membahas tema penyalahgunaan narkoba pada remaja. “Penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain. Hingga saat ini, tidak ada satu pun negara yang bisa mengklaim bebas narkoba,” tutur Purwoko. Menurut Purwoko, narkoba merupakan kejahatan lintas negara yang menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Ia menyoroti bahwa angka penyalahgunaan narkoba di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. “Ini adalah fenomena gunung es, di mana tercatat lebih dari 3 juta pengguna, namun jumlah yang tidak terlaporkan jauh lebih banyak,” ujarnya. Kelompok usia 15-24 tahun adalah yang paling banyak terjerat dalam penyalahgunaan narkoba, yang memiliki kaitan erat dengan masalah kesehatan mental. Purwoko juga memperingatkan tentang bahaya vape, dengan mencatat bahwa saat ini ada varian sabu cair yang dimodifikasi sehingga terlihat seperti vape, membuatnya sulit dikenali. “Kami bahkan menemukan anak-anak SD yang terlibat dalam peredaran narkoba,” ungkap Purwoko. Dampak penyalahgunaan narkoba, lanjutnya, dapat dibagi menjadi tiga kategori: fisik, psikis, dan sosial. “Pengaruhnya tidak hanya merugikan individu, tetapi juga berdampak luas pada lingkungan sosial mereka,” tegasnya. Purwoko menyampaikan pesan yang kuat untuk generasi muda, “Jangan pernah terlintas dalam pikiran untuk menggunakan narkoba. Sekali saja menggunakan, dampaknya tetap buruk. Sama saja dengan kita memasukkan racun ke dalam tubuh sendiri.”
Acara ini berhasil dimoderatori oleh Tri Novia, S.Kep., Ners., M.M., M.I.Kom., yang juga merupakan Duta Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk periode 2024/2025. Melalui kerja sama antara berbagai pihak, diharapkan seminar ini dapat menjadi langkah awal dalam mengedukasi generasi muda tentang kesehatan mental dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Semoga informasi dan pemahaman yang diperoleh hari ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan generasi yang lebih sehat secara mental maupun fisik. (DFD)