Seminar Gizi Untuk Bangsa XII: Telaah Kebijakan Penanganan Stunting Terkini dan Penguatan Potensi Kolaborasi

Minggu, 17 September 2023, Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar Gizi Untuk Bangsa XII dengan tema “Telaah Kebijakan Penanganan Stunting Terkini dan Penguatan Potensi Kolaborasi”.  Seminar ini merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian mahasiswa program studi gizi.

Hadir sebagai keynote speaker, Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), Ph.D. Prof. Damayanti berbicara mengenai “Strategi Percepatan Penurunan Stunting Berbasis Bukti Ilmiah Melalui Konsumsi Protein Hewani dan Sistem Rujukan Berjenjang Posyandu-Puskesmas-RSUD”. Saat ini, 148 juta anak di seluruh dunia masih mengalami stunting dengan 52% kasusnya berada di Asia. Walaupun prevalensi stunting di Indonesia sudah turun menjadi 21,6% pada tahun 2022, stunting tetap menjadi masalah serius karena dapat berpengaruh pada kognitif dan metabolisme anak. Meskipun berusaha diobati, kognitif dan metabolisme anak yang sudah pernah mengalami stunting tidak akan bisa kembali normal. Untuk itu, diperlukan upaya percepatan penanganan stunting dengan fokus utama kepada pencegahan.”Intervensi pencegahan stunting dapat dilakukan pada fase pra lahir dan pasca lahir. Intervensi pra lahir dilakukan pada ibu hamil, sedangkan pasca lahir dilakukan pada balita berisiko stunting dan balita yang sudah mengalami stunting,” tutur Prof. Damayanti. Pencegahan primer stunting dapat dilakukan oleh keluarga dan masyarakat di posyandu, pencegahan sekunder oleh tenaga kesehatan puskesmas, sedangkan pencegahan tersier dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit umum daerah (RSUD).”Jika semua pihak berkolaborasi dengan baik, prevalensi stunting ini dapat kita turunkan secara signifikan,”.

Seminar Gizi Untuk Bangsa XII juga menghadirkan tiga panelis dengan Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, M.P.H., Guru Besar FKM UI dan Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI, sebagai panelis pertama.”Saat ini, Kementerian Kesehatan RI sudah memiliki 11 intervensi spesifik penurunan stunting. Namun, belum ada upaya edukasi dan promosi pemberian protein hewani bagi anak. Padahal, protein hewani sudah terbukti menjadi kunci keberhasilan penanganan stunting,” ujar Prof. drg. Sandra dalam pemaparannya yang bertemakan “Pendampingan Keluarga dalam Optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Melalui Konsumsi Protein Hewani”. Protein hewani sendiri kaya akan zat gizi makro dan mikro yang sulit ditemukan di jenis pangan lainnya. Untuk itu, pemerintah harus berupaya menyediakan makanan bergizi, khususnya protein hewani, yang terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat.”Keluarga juga memiliki peran yang penting dalam pencegahan stunting. Status gizi ibu hamil dan ibu laktasi menjadi hal yang krusial bagi anak. Selain ibu, ayah juga memiliki peran penting dalam pencegahan stunting, seperti memastikan kecukupan gizi seluruh anggota keluarga, memberi dukungan emosional, menerapkan pola hidup sehat, serta menciptakan kehidupan keluarga yang nyaman”.

Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI, Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D., sebagai panelis kedua kemudian memaparkan mengenai “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Stunting”. Saat ini sudah banyak program yang bertujuan untuk mencegah stunting, namun belum menggunakan pendekatan empowerment. Untuk melakukan perubahan yang berkelanjutan, masyarakat harus diajak berpartisipasi untuk mengubah kondisinya sendiri. Masyarakat harus mampu memobilisasi sumber daya, memiliki kemampuan menilai secara kritis, mampu bermitra dan berkoalisi, serta mampu melakukan manajemen program.”Pendekatan empowerment harus dilakukan agar masyarakat tidak terus-menerus menjadi objek, tetapi bisa mengatasi stunting secara mandiri. Akan lebih cepat dan lebih sustain jika tujuannya untuk mencegah dan promosi,” ujar Ir. Ahmad Syafiq. Gizi kesehatan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan pendekatan empowerment untuk melengkapi program-program yang sudah ada sebelumnya.

Materi terakhir, yaitu “Kolaborasi Multipihak dalam Implementasi Program yang Mendukung Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Kecamatan Tanjung Priok” dibawakan oleh dr. Sahruna, Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.”Stunting memiliki lebih dari satu determinan. Di setiap determinan ada peran sektor kesehatan dan sektor lainnya,” tutur dr. Sahruna. Roadmap pencegahan dan penanganan stunting di Tanjung Priok dimulai dari edukasi pada remaja, pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan pada calon pengantin, pelayanan dan pendampingan bagi ibu hamil dan menyusui, serta pemantauan dan pendampingan bagi bayi dan balita. Dalam implementasinya, Puskesmas Tanjung Priok juga berkolaborasi dengan Satgas Stunting Nasional.

Selain seminar, Gizi Untuk Bangsa XII juga mengadakan simposium dengan lima topik besar, yaitu stunting dan faktor penyebabnya serta anemia dan tablet tambah darah; gizi kurang pada balita dan perilaku makan menyimpang; literasi, media, dan inovasi produk gizi serta asupan gizi balita; status gizi lebih dan penyakit tidak menular serta perilaku diet; pemilihan makanan dan minuman dengan dampaknya terhadap kesehatan serta pola konsumsi gula, garam, dan lemak. Harapannya seminar dan diseminasi hasil penelitian pada simposium Gizi Untuk Bangsa XII ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, bahkan sampai pada level penentuan kebijakan.”Semoga slogan Gizi Untuk Bangsa, yakni ‘Menebar Ilmu, Membangun Negeri’ dapat terwujud melalui kegiatan seminar dan simposium hari ini,” tutur Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., dalam sambutannya. (WR)

Leave a Reply