Seminar Internasional tentang Metodologi dan Publikasi Hadirkan Narasumber Ahli dari Belanda, Nepal dan Indonesia

Jumat, 13 Oktober 2023, Program Studi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI menyelenggarakan seminar hybrid yang bertajuk “International Seminar on Methodology and Publication.” Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri K. Sudaryo, M.S., D.Sc., memberikan sambutan sekaligus membuka seminar.”Salah satu metode penelitian yang sering kita gunakan adalah mix method, yang akan dibahas juga di seminar hari ini. Harapannya seluruh partisipan dapat belajar dari para narasumber mengenai metodologi penelitian dan publikasi,” tuturnya.

Empat topik berbeda disajikan oleh 4 pembicara. Prof. Marjolein BM Zweekhorst dari Vrije Universiteit Amsterdam membagikan pengalamannya dalam mempublikasikan hasil penelitian. Saat melakukan penelitian, Prof. Marjolein selalu menggambarkan komunitas dan lingkungan lokasi penelitian terlebih dahulu. Ia juga mengintegrasikan segala ilmu yang dimilikinya supaya penelitian yang dilakukan berkualitas tinggi.”Publikasi yang berkualitas lahir dari penelitian yang berkualitas. Penelitian yang berkualitas sendiri dapat dimulai dari metode penelitian yang baik, kemudian data yang baik, dan analisis data yang baik. Semua komponen ini nantinya akan menghasilkan publikasi penelitian yang baik,” ujar Prof. Marjolein.

Lebih lanjut, Dr. Ruth MH Peters dari Vrije Universiteit Amsterdam berbicara mengenai “Mixed-Method: An Application of Participatory Research.” Menurut Dr. Ruth, banyak permasalahan kesehatan yang hanya bisa diselesaikan dengan kombinasi antara ilmu sosial dan sains, salah satunya adalah masalah stigma penyakit. Ruth kemudian bercerita mengenai intervensi yang pernah ia buat untuk memerangi stigma negatif terhadap penderita penyakit kusta.”Pada intervensi tersebut, saya menggunakan penelitian mix method: metode kualitatif untuk menggali cerita narasumber melalui interview dan focus group discussion serta metode kuantitatif menggunakan 5 alat ukur,” ujar Ruth. Mix method ini digunakan untuk meyakinkan banyak orang, terutama pembuat kebijakan.”Kita gunakan metode kualitatif untuk menarasikan cerita, kemudian gunakan metode kuantitatif untuk membuktikan data. Integrasikan kedua hal tersebut dan jadilah hasil analisis yang utuh,” tambah Ruth.

Pembicara ketiga, Prof. Madhusudan Subedi dari University and Patan Academy of Health Sciences kemudian memaparkan materi mengenai Community-Based Participatory Research (CBPR). CBPR merupakan pendekatan penelitian kolaboratif yang melibatkan masyarakat target intervensi untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui aksi dan perubahan sosial. “CBPR menguntungkan kedua belah pihak, baik peneliti dan masyarakat. Melalui CBPR, peneliti dapat lebih mengetahui dan mengenal masyarakat sasaran. Sementara itu, masyarakat juga dilibatkan dalam intervensi dan dapat melihat secara langsung perubahan yang terjadi,” tutur Prof. Madhusudan. Ia kemudian membagikan pengalamannya ketika melakukan penelitian dengan pendekatan CBPR di Nepal. Saat itu, tim penelitian Prof. Madhusudan banyak melakukan interaksi langsung dan melakukan diskusi informal dengan masyarakat setempat. Tim penelitiannya juga menjalin hubungan dengan para pemangku kebijakan dengan tujuan intervensi yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal.

“Prinsip ChatGPT adalah you get what you give. Dalam menggunakan intelligent computer program seperti ChatGPT, kita harus memberikan prompt yang baik untuk mendapat hasil yang baik. Jelaskan latar belakang kita, ekspektasi jawaban yang kita butuhkan, baru kemudian state pertanyaanya,” tutur Dr. Ario Yudo Husodo, S.T., M.T, Internationally Certified Prompt Engineer – ChatGPT, yang membawakan materi “ChatGPT for Literature Review.” Di tengah kontroversi penggunaan ChatGPT, Dr. Ario meyakini bahwa program tersebut dapat membantu akademisi dalam menggarap penelitian. Dalam dunia akademik, ChatGPT dapat digunakan untuk membantu mengerjakan tugas, membuat konten edukasi, tutoring, memberikan saran, hingga menjelaskan konsep sains.”Kunci dari penggunaan ChatGPT adalah selalu jelaskan konteks pertanyaannya, peran, larangan, panjang jawaban yang diinginkan, dan tambahan informasi yang dibutuhkan. Jika digunakan dengan baik dan bijak, ChatGPT dapat sangat membantu kita melakukan penelitian, terutama literature review,” pungkas Dr. Ario, yang membawakan materi terakhir pada rangkaian seminar. (WR)

Leave a Reply