Transformasi kesehatan merupakan salah satu inovasi yang gencar sekali digaungkan oleh Kementerian Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) dalam hal ini merupakan salah satu institusi yang turut andil dalam mencapai transformasi kesehatan. Sebagai bentuk edukasi dan wadah diskusi, baru-baru ini diadakan seminar online bertajuk “Integrasi Layanan Kesehatan Primer dan Peningkatan Mutu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) untuk Mendukung Transformasi Layanan Kesehatan.” Acara ini merupakan Seminar Online FKM UI Seri ke-18 yang diselenggarakan melalui platform Zoom Meetings pada Selasa, 22 November 2022.
“Ini adalah upaya kami untuk memperluas cakupan pembelajaran kepada masyarakat yang lebih umum,” tutur Manajer Kemahasiswaan FKM UI, Dien Ashari, S.Sos, M.Sc, Ph.D, dalam sambutannya.
Materi pertama disampaikan oleh Plt. Direktur Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, dr. Ni Made Diah Permata Laksmi D., M.K.M. Dokter Diah menyampaikan bagaimana KIA merupakan program prioritas nasional. Saat ini, faktor risiko KIA masih memperihatinkan, dimana masih terdapat 17,3% ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK), 29,5% bayi lahir secara prematur, dan 32% remaja masih mengalami anemia. Oleh karena itu, program prioritas nasional menyasar kepada seluruh golongan, meliputi remaja putri, ibu hamil, balita, calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil, dan bayi. Dalam perjalanannya, layanan kesehatan primer memiliki peran yang penting. “Dibutuhkan peran pelayanan kesehatan primer yang kuat untuk dapat menyediakan pelayanan sesuai standar minimal bagi seluruh masyarakat,” terang dr. Diah.
Pada seminar ini, hadir pula Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D, untuk memberikan paparan kunci. Tidak jauh berbeda dengan dr. Diah, Prof. Dante menyampaikan mengenai analisis masalah KIA kemudian dilengkapi dengan paparan mengenai transformasi kesehatan. Saat ini, status Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih jauh dari target. “Berdasarkan audit maternal dan perinatal tingkat nasional, sebagian besar intervensi hanya bisa dilakukan dan hanya bisa tercapai apabila kita melakukan integrasi di layanan primer,” ujar Prof. Dante menegaskan pentingnya peran layanan primer. Dalam proses penurunan AKI dan AKB, Kemenkes membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, diantaranya adalah akademisi, profesi kesehatan, dan juga masyarakat umum. “Kita dapat membangun Indonesia yang lebih kuat dan sehat dengan memperkuat layanan primer sebagai salah satu ujung tombak bagi peningkatan kesehatan mutu Ibu dan Anak Indonesia di masa depan,” tutur Prof. Dante seraya menutup pemaparannya.
Selain dari Kementerian Kesehatan, hadir pula pembicara-pembicara dari berbagai profesi lainnya. Dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI), hadir Sekretaris Jendral Pengurus Pusat IBI, Dr. Ade Jubaedah, S.SiT., M.M., M.K.M. Doktor Ade memaparkan penjelasan singkat mengenai IBI, undang-undang kebidanan, dan yang paling penting adalah tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan KIA. “Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan garda terdepan yang harus bekerja sama dengan semua lini secara interprofessional collaboration,” ujar Dr. Ade.
Hadir pula Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dr. Allin Hendalin M., M.K.M., yang menyampaikan implementasi praktis KIA yang telah terintegrasi dengan layanan primer di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Dari perspektif Puskesmas, hadir Kepala Puskesmas Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, H. Rofingi, S.K.M. Puskesmas Jereweh merupakan salah satu lokus yang menjadi pilot project bagi posyandu prima. (BK)