Seminar Online FKM UI Bahas Strategi Memperkuat Ketahanan Kelompok Rentan yang Tangguh Bencana

Depok, 6 Desember 2025 – Indonesia menjadi rumah bagi ancaman bencana alam yang tidak terhindarkan. Dalam menghadapi realitasnya, upaya penanggulangan bencana nasional ternyata tidak lagi cukup hanya berfokus pada respon darurat. Dibutuhkan strategi jangka panjang, lintas sektor, dan inklusifitas yang berpihak pada kelompok paling rentan seperti anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, dan ibu hamil.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menggelar Seminar Online (Semol) FKM UI Seri 10 yang bertajuk “Beyond Emergency Respond: Strategi Memperkuat Ketahanan Kelompok Rentan melalui Aksi Tangguh” pada Sabtu, 6 Desember 2025 secara daring. Kegiatan tersebut mengundang dan membentuk sinergi kuat antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI, serta mitra kemanusiaan global dalam hal ini UNICEF dan Plan International Indonesia.

“Kesehatan masyarakat saat ini semakin focus terhadap meningkatnya frekuensi bencana, krisis pangan, dan juga berbagai kondisi darurat yang berdampak pada kelompok rentan. Sebagai institusi pendidikan kesehatan masyarakat, FKM UI memiliki tanggung jawab dalam menumbuhkan cara pandang yang kritis, adaptif, dan berorientasi pada ketangguhan. Untuk itu perlu strategi yang berkelanjutan, lintas sektor, dan berbasis komunitas agar kelompok rentan dapat bertahan, pulih, dan berkembang meskipun menghadapi bencana yang terus terjadi,” tutur Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc. selaku Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI dalam sambutannya.

“Perlindungan Sosial Adaptif dan Mitigasi Risiko bagi Kelompok Rentan pada Situasi Bencana” menjadi topik pembahasan yang dibawakan oleh Jajat Suarjat, S.Pd., M.Si(Han) selaku pembicara kunci dari BNPB RI. Dalam pembahasannya, BNPB telah menyoroti fakta bahwa kelompok rentan menghadapi dampak bencana yang jauh lebih berat. Data historis, seperti Tsunami Aceh (2004) dan Hurricane Katrina (2005), menunjukkan bahwa proporsi korban jiwa dari lansia dan perempuan sering kali lebih tinggi.

“Solusinya adalah Perlindungan Sosial Adaptif (PSA), yaitu memperkuat program Perlindungan Sosial yang sudah ada dengan komponen kesiapsiagaan dan respons bencana. PSA bertindak sebagai jaring pengaman yang memastikan bantuan dapat disalurkan secara inklusif dengan menjangkau semua kelompok rentan tanpa kecuali, responsive, dengan cepat menyesuaikan jenis bantuan sesuai dengan risiko dan jenis bencana, serta terintegrasi melalui koordinasi yang mulus antara pemerintah dan lembaga non-pemerintah,” tutur Jajat Suarjat, S.Pd., M.Si(Han).

Jamjam Muzaki, S.Pd., M.K.P. selaku National Secretariat of Safe School Focal Point, Secretariat General, Kemendikdasmen RI menjadi pembicara kedua dengan topik “Membangun Ketahanan Sekolah: Peran Pendidikan dalam Mengantisipasi Bencana”. Muzaki menekankan bahwa sekolah memiliki peran krusial dalam menjadi tempat aman atau lokasi pengungsian saat bencana. Untuk itu, program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) menjadi prioritas.

“Kunci keberhasilan SPAB adalah model kolaborasi pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Dengan demikian, mengaplikasikan formula risiko di sekolah berarti kita dapat mengurangi bahaya, mengurangi kerentanan, dan meningkatkan kemampuan bagi tim siaga bencana sekolah,” tutur Jamjam Muzaki, S.Pd., M.K.P. dalam menekankan pentingya program SPAB.

Sri Wahyuni Sukotjo, B.Sc., M.A., Senior Nutrition Specialist memaparkan materi ketiga dengan tajuk “Perlindungan Anak dalam Bencana: Strategi Inklusi dan Adaptif UNICEF.

Sri Wahyuni menyebutkan UNICEF memfokuskan implementasi Perlindungan Sosial Adaptif (PSA) dengan khusus pada anak-anak yang sangat rentan terhadap gangguan layanan dasar, yakni mulai dari kesehatan, nutrisi, hingga risiko kekerasan. “Secara spesifik, perlindungan ibu dan bayi menjadi perhatian utama. UNICEF memprioritaskan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat (PMBA-E) dan penyediaan Ruang Ramah Ibu dan Anak untuk mencegah risiko gizi buruk dan kematian yang sering meningkat akibat sanitasi buruk dan donasi susu formula yang tidak terkontrol,” tutur Sri Wahyuni Sukotjo, B.Sc., M.A. dalam memaparkan peran UNICEF dalam situasi darurat bencana.

Terakhir, Plan International Indonesia yang diwakili oleh Fredrika Rambu Awa, S.T., M.Ling. memberikan pemahaman dalam tajuk “Menguatkan Suara Anak dan Kaum Muda: Strategi Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Inklusi Gender”.

Plan International Indonesia menekankan pentingnya melibatkan anak-anak dan kaum muda, termasuk anak perempuan dan kelompok minoritas, sebagai aktor perubahan. “Bencana seringkali memperburuk ketidaksetaraan gender, meningkatkan risiko kekerasan berbasis gender, dan mengabaikan kebutuhan kebersihan menstruasi. Untuk itu, perlu keterlibatan bermakna yang inklusif dengan cara memberi ruang bagi mereka dalam pengambilan keputusan bencana di tingkat komunitas, melatih mereka dalam analisis risiko lokal dan perencanaan darurat, serta memastikan semua perencanaan bencana sensitif terhadap kebutuhan spesifik mereka, seperti dukungan psikososial dan layanan yang aman,” tutup Fredrika dengan menekankan perlunya strategi kesiapsiagaan bencana berbasis inklusi gender.

Melalui penyelenggaraan Seminar Online Seri 10 ini, FKM UI menegaskan kembali komitmennya untuk menjadi pusat pemikiran dan edukasi publik dalam isu-isu strategis kesehatan masyarakat, termasuk pengurangan risiko bencana yang berkeadilan dan berfokus pada kelompok rentan. Kolaborasi lintas kementerian, lembaga kemanusiaan internasional, dan akademisi menjadi fondasi penting bagi lahirnya strategi adaptif yang mampu menjawab kompleksitas bencana di Indonesia. FKM UI berharap kajian dan diskusi yang dihadirkan dapat memperkuat kapasitas berbagai pemangku kepentingan, menginspirasi aksi nyata di tingkat komunitas, serta mendorong lahirnya kebijakan yang lebih inklusif demi mewujudkan ketahanan bangsa yang tangguh dan berkelanjutan. (ITM)