Jumat, 22 Desember 2023, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar Online Seri 13 dengan mengusung tema “Inspiring Leadership Improving Performance in Health Facilities Through Systematic Evaluation”. Tema mengupas upaya peningkatan kinerja pada fasilitas kesehatan melalui evaluasi yang sistematik. Peserta seminar terdiri dari mahasiswa FKM UI, perwakilan Kementerian Kesehatan RI, perwakilan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Depok, serta perwakilan dari instansi lain khususnya di bidang kesehatan.
“Sektor kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, oleh karena itu penting untuk memastikan bahwa fasilitas kesehatan beroperasi secara efisien dan efektif,” ujar Manajer Akademik FKM UI, Dr. Laila Fitria, S.K.M., M.K.M., dalam sambutannya. Doktor Laila percaya bahwa untuk dapat mencapai hal tersebut salah satunya adalah dengan memiliki kepemimpinan inspiratif yang mementingkan efektivitas dan sistematika kinerjanya.
Materi dalam seminar ini disampaikan oleh tiga narasumber, yakni Ketua Program Studi KARS FKM UI, Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M, M.D.M.; Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Zakiah, M.K.M.; dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, drg. Ani Ruspitawati, M.M. Doktor Ede membuka materinya dengan menyampaikan fakta bahwa saat ini kita sedang menghadapi masa revolusi yang begitu cepat. United States (US) telah memiliki sistem kesehatan terpadu yang meliputi sistem kesehatan pusat hingga laboratorium. “Public health hanya bagian kecil dari sistem terpadu sektor kesehatan. Adapun, healthcare ecosystem sejatinya meliputi public health, long-term care, academic medical center, speciality clinic, private insurance, dan lain-lain,” ujar Dr. Ede. Tidak hanya di US, Indonesia juga memiliki ekosistem layanan kesehatan yang dinaungi oleh Kemenkes RI. Sebanyak 38 Dinkes Provinsi, 514 Dinkes Kab/Kota, dan 10.236 Puskesmas turut menjadi garda terdepan dalam ekosistem kesehatan di Indonesia bersama dengan 25.000 Puskesmas Pembantu, 25.000 Klinik Kesehatan, Dokter Praktik Swasta, bidan dan perawat praktik mandiri, penyehat tradisional, dll.
Lebih lanjut, Dr. Ede menyampaikan bahwa public health direction saat ini juga diarahkan pada VUCA (Votality, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). “Namun, pertanyaan terbesarnya adalah bagaimana meningkatkan efektivitas organisasi layanan kesehatan dan masyarakat, kuncinya ada pada pemimpin itu sendiri,” tambah Dr. Ede. Menurut John C. Maxwell, pemimpin yang baik dapat dilihat dari karisma, keberanian, penyelesaian masalah, kemampuan teknis, serta visi. Inovasi seorang pemimpin organisasi merupakan rumusan ketika cara berpikir baru bertemu dengan cara kerja baru. Pemimpin masa depan ditentukan oleh pemimpin saat ini.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Depok, dr. Zakiah, M.K.M., kemudian menyampaikan lebih lanjut terkait “Inspiring Leadership in Health Facilities”. Kepemimpinan itu adalah kegiatan untuk memengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok dengan mengembangkan kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan emosionalnya, sehingga dapat menginspirasi atau memotivasi orang lain untuk mencapai visi bersama. “Dalam konteks kesehatan, tujuan kita adalah meningkatkan derajat kesehatan setinggi tingginya. Di masa kini, di era yang kompetitif dan serba cepat, kepemimpinan menjadi sangat penting dan mempunyai pengaruh pada kemampuan sebuah organisasi/institusi berdaya saing,” ujar dr. Zakiah. Oleh karena itu, perlu keinginan dan semangat belajar yang kuat serta ruang peningkatan kapasitas, tidak hanya untuk perubahan perilaku, tetapi juga perbaikan sikap dan perilaku. Fasilitas kesehatan merupakan tempat yang menyediakan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, dll. Faktanya, salah satu alasan masyarakat memilih akan datang ke fasilitas kesehatan yang mana ketika berobat menggambarkan kualitas layanan dari fasilitas tersebut. Inspiring leadership akan membangun organisasi/institusi untuk mencapai tujuan tersebut dan memberikan kualitas layanan yang prima. Organisasi juga perlu untuk memiliki lima bekal disiplin dalam learning organization yakni personal mastery, mental model, shared vision, team learning, dan system thinking. “Personal mastery yang tinggi akan mendorong seseorang untuk terus maju karena melihat kesenjangan antara realita dan visinya. Dalam mengambil sebuah keputusan dan mengevaluasi sebuah program, mental model adalah faktor yang memengaruhi ketepatan dan kebenaran evaluasi yang dibuat,” lanjut dr. Zakiah. Menurutnya, seorang pemimpin juga erat dengan terciptanya sebuah visi bersama.
drg. Ani Ruspitawati, M.M., Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, menuturkan dalam paparannya bahwa terdapat tingkatan dalam struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, yakni Dinkes sebagai regulator, Sudinkes sebagai evaluator, dan UKPD dan UPT sebagai operator. Untuk menjadi kota global yang kompetitif, sebuah kota setidaknya perlu memiliki ruang yang nyaman untuk dihuni dengan memiliki kelengkapan infrastruktur dasar perkotaan yang baik, kondisi keamanan dan konflik sosial yang terkendali, kemudahan dalam memenuhi penghidupan, biaya hidup terjangkau, kualitas sumber daya manusia yang baik (kesehatan dan pendidikan), serta kemudahan mengakses informasi.
“Konsep kepemimpinan mendorong transformasi layanan kesehatan dengan menjadi role model, menyusun visi jangka panjang, melakukan pengembangan diri, mengoptimalkan komunikasi, kolaborasi, dan adaptif, serta menetapkan target dan evaluasi proses untuk perbaikan,” ujar drg. Ani. Kepemimpinan strategis dalam evaluasi sistematis dengan menetapkan visi peningkatan kinerja, membangun budaya continuous improvement, dan pemberdayaan tim dengan mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang serta mengakui dan merayakan pencapaian tim dalam proses evaluasi. Adapun, tantangan yang kerap dihadapi adalah adanya resistensi terhadap perubahan dalam organisasi dan kurangnya dukungan kepemimpinan untuk evaluasi sistematis sehingga tantangan ini perlu diatasi melalui strategi kepemimpinan yang efektif dan efisien. “Transformasi layanan kesehatan menjadi kebutuhan untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan itu sendiri. Dengan demikian, pelibatan dan dukungan pemerintah, swasta, dan stakeholder terkait sangat dibutuhkan untuk membangun ekosistem kesehatan. Dibutuhkan juga dukungan dan keterlibatan aktif dari top leader untuk memastikan berjalannya transformasi kesehatan di Indonesia,” pungkas drg. Ani. (DND)