Sabtu, 12 November 2022 lalu, Pusat Kajian Biostatistika dan Informatika Kesehatan (PKBIK) Lembaga Pelayanan dan Pengabdian Kesehatan Masyarakat (LPPKM) FKM UI menyelenggarakan Seminar Online FKM UI Seri 24 bertajuk “Dampak Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) terhadap Prevalensi Merokok di Indonesia: Multilevel Model Analysis dengan Aplikasi R”. Hadir Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc, untuk memberikan sambutan sekaligus membuka acara.
Kebiasaan merokok masih menjadi salah satu perilaku yang tidak lepas dari keseharian masyarakat Indonesia. Kini, masalah rokok menjadi semakin serius. Tak jarang kebiasaan merokok tersebut dilakukan di tempat umum. Hal ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat yang secara tidak sengaja terpapar dengan asap rokok. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia membuat kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), yaitu ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok, kegiatan memproduksi, menjual, atau mempromosikan produk rokok.
Seminar yang dimoderatori oleh Tim Pengajar Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan FKM UI, Popy Yuniar, S.K.M., M.M., Ph.D, ini berhasil menarik antusiasme peserta. Materi seminar dibawakan oleh Wahyu Septiono, S.K.M., MIH., Ph.D, Tim Pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI.
Melalui pemaparannya, Dr. Wahyu banyak menjelaskan terkait disertasi Ph.D-nya yang membahas mengenai dampak KTR terhadap prevalensi merokok di Indonesia. Doktor Wahyu menggunakan data sekunder, yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2013. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen, sebuah studi yang membiarkan suatu perlakuan terjadi secara ilmiah. Multilevel analysis atau analisis dengan struktur data yang melibatkan lebih dari satu jenis unit agregasi dipilih sebagai metode analisis dalam penelitian ini. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa R. R merupakan bahasa pemrograman yang berpondasikan matematika. Bahasa R berlisensi gratis serta memiliki banyak fitur yang beragam.
Hasil analisis pada perokok dewasa menunjukkan bahwa KTR provinsi dan kabupaten/kota tahun 2007 tidak signifikan terhadap semua variable terikat, yaitu perilaku merokok. Hasil yang tidak konsisten terlihat pada analisis KTR provinsi dan kabupaten/kota tahun 2007—2013. Kesimpulan yang didapat adalah pada perokok dewasa, intensitas dan kelanjutan merokok cenderung terjadi pada pria dengan usia lebih muda, berpendidikan rendah, dan tinggal di area rural yang tinggi produksi tembakau.
Sementara itu, dampak KTR terhadap perokok remaja menunjukkan hasil yang signifikan pada beberapa variable terikat. Perilaku merokok lebih banyak terjadi pada remaja laki-laki yang tinggal di kabupaten/kota dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita rendah dan produksi tembakau tinggi.
Pendidikan rendah dan PDB per kapita rendah yang menjadi faktor risiko merokok menunjukkan bahwa status sosial ekonomi memiliki pengaruh dalam perilaku merokok masyarakat, sedangkan hubungan KTR dan prevalensi merokok yang tidak konsisten menunjukkan bahwa kepatuhan masyarakat terhadap adanya KTR masih rendah serta implementasi KTR di Indonesia masih belum tegas. Dibutuhkan evaluasi lebih lanjut terkait implementasi KTR ini sehingga kebijakan KTR dapat secara efektif menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok. (WR)