Kesehatan adalah hal utama bagi kehidupan manusia yang tak ternilai harganya. Semakin kita mampu menjaga kesehatan, tentu akan mendatangkan banyak manfaat bagi orang sekitar. Dengan menjaga kesehatan, kondisi fisik dan mental akan tetap terjaga. Salah satu manfaat menjaga kesehatan adalah mendapatkan kesempatan untuk hidup lebih lama dan berumur panjang.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) membawa bahasan menarik mengenai kesehatan dan umur panjang. Pada 15 Juli 2021, FKM UI menggelar kuliah umum dan seminar online seri 31 dengan membawa tema ‘The Secret of Longevity: Lesson Learned from Japan’. Seminar ini menghadirkan secara langsung pembicara ahli dari negara Jepang melalui video telekonferensi untuk memberikan pandangannya mengenai kesehatan dan umur panjang. Seminar ini diikuti oleh peserta dari berbagai latar belakang baik melalui Zoom maupun Youtube Live Streaming.
Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc. Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan FKM UI, memberikan pandangannya mengenai kesehatan yang secara langsung mempengaruhi kualitas hidup dan umur panjang.
“Kuliah umum kali ini sangat bermanfaat bagi kita mengingat kondisi kesehatan sangat berpengaruh pada kualitas hidup dan umur panjang. Negara Jepang jadi salah satu contoh bagaimana kesehatan dan kualitas hidup berperan penting dalam menjaga life expectancy. Banyak pelajaran yang akan didapat melalui seminar online kali ini,” ujar Doktor Asih.
Prof. Shigeru Yamamoto, RD, Ph.D, Profesor dari Jumonji University memberikan pandangannya mengenai rahasia umur panjang dari masyarakat di Jepang. Menurutnya, kondisi kesehatan sangat berpengaruh pada umur panjang dan life expectancy di negara Jepang.
“Saat ini, Jepang jadi negara dengan rataan life expectancy tertinggi di dunia. Angka harapan hidup bagi laki-laki di Jepang berada pada angka 81,41 tahun dan wanita berada pada angka 87,45 tahun. Khusus untuk wanita, masyarakat Jepang jadi urutan pertama masyarakat wanita berumur panjang di dunia,” terang Prof. Shigeru.
Lebih lanjut, Prof. Shigeru menjelaskan salah satu faktor yang mendukung umur panjang di Jepang adalah kebijakan dari promosi kesehatan di negara tersebut. Setiap warga negara memiliki jaminan asuransi kesehatan dan apabila terdapat masyarakat yang mengalami sindrom metabolik pada usia 45 tahun ke atas, mereka akan mendapatkan edukasi mengenai gizi yang tepat untuk menghindari penyakit seperti obesitas dan yang lainnya.
Indri Kartiko Sari, S.Gz., M.Sc, Ph.D, Peneliti dari Jumonji University, menjelaskan komponen penting lain yang memberikan kontribusi pada usia panjang masyarakat Jepang. Doktor Indri membahas mengenai program makan siang di negara tersebut.
“Di negara Jepang, program gizi berperan penting dalam menjaga kondisi kesehatan. Melalui program makan siang di sekolah yang sejak tahun 2005 lalu mulai dicanangkan, Jepang mewajibkan beberapa hal, salah satunya adalah Shokuiku. Dengan program ini, masyarakat Jepang menjadi lebih tahu mengenai bagaimana cara menjalankan program makan siang yang baik dan regulasi mengenai keamanannya,” ujar Doktor Indri.
Saat ini, di negara Jepang, program makan siang sekolah memberikan kontribusi pada kesehatan. Peran para dietitian dimaksimalkan dalam menyiapkan menu sehat untuk para anak-anak di Jepang. Anak-anak di Jepang terbiasa makan makanan sehat dan cenderung tidak akrab dengan perilaku jajan di sekolah.
Lebih lanjut, Doktor Indri menjelaskan bahwa perilaku makan siang yang dibiasakan sejak dini menjadikan nilai-nilai keberlanjutan yang tak hanya berdampak pada kesehatan, namun memberikan dampak lain kepada lingkungan seperti food waste yang lebih sedikit dan program sanitasi yang lebih baik.
Melalui seminar online kali ini, harapannya sivitas akademika FKM UI khususnya mahasiswa dan masyarakat dapat mengambil pelajaran mengenai kondisi kesehatan dan rahasia panjang umur dari negara Jepang agar menjadi contoh yang baik di Indonesia. (MFH)