Minggu, 3 Oktober 2021, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) berkolaborasi dengan Ikatan Alumni (ILUNI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) menyelenggarakan Seminar Online FKM UI Seri 35 dengan tema “Lansia Sehat Di Masa Pandemi”. Seminar yang dilaksanakan melalui platform online zoom ini diikuti oleh 91 peserta yang berasal dari akademisi, praktisi kesehatan dan umum.
Seminar dibuka dengan sambutan oleh Pj. Dekan FKM UI, Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc. dan dimoderatori oleh Dr. Roosyana Hasbullah, M.P.S., H.I.A., M.H.P. “Menjadi lansia sekarang probabilitas menjadi semakin besar, usia harapan hidup semakin meningkat yaitu sekarang sampai 77 tahun sehingga kita harus mengisi hari dengan meningkatkan kesehatan dan kebugaran agar dapat menjalani hidup dengan kualitas yang sebaik-baiknya,” tutur Prof. Sabarinah.
Sesi pertama, dr. Wanarani Mufti, SpKFR (K), menyampaikan materi terkait “Aktifitas Fisik Lansia Di Era Pandemi”. “Lansia untuk tetap sehat harus selalu bergerak kalau tidak maka terjadi penurunan kekuatan dan massa otot termasuk daya kecerdasan otak. Doing one excercise will add years to your life yaitu dimana kita menambah quality of life. Latihan (practice) akan meningkatkan keseimbangan tubuh, selain itu start low go slow, yaitu dimana kita membiarkan tubuh kita untuk menyesuaikan terlebih dahulu, dan tetap menggunakan protokol kesehatan khususnya apabila latihan di luar rumah,” ujar dr. Wanarani.
Sesi kedua, dr. M. Sidik, SpM(K), menyampaikan materi mengenai “Kenali Kelainan Mata Usia Lanjut”. Penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan terbanyak di usia lanjut yaitu katarak, glaucoma, Age Related Macular Degeneration (AMD), dan retinopati diabetika bagi penderita diabetes. Secara garis besar Dokter Sidik menyampaikan terkait definisi, faktor risiko, gejala, deteksi, pencegahan dan pengobatan pada kelainan mata usia lanjut. “Identifikasi sejak dini gangguan penglihatan, keberhasilan pengobatan kelainan mata seperti glaucoma dan retinopati diabetika sangat dipengaruhi oleh kepatuhan obat, jangan ragu untuk segera periksa mata bila ada kelainan mata disertai gangguan penglihatan di saat masa pandemi COVID-19 dengan mematuhi protokol kesehatan,” pesan dr. Sidik kepada para Lansia.
Sesi ketiga, Dr. dr. Briliantono Munardi, SpOT, MD, Ph.D, MBA, FICS menyampaikan materi tentang “Berdamai dengan Osteoporosis di Masa Pandemi”. Osteoporosis bukan merupakan penyakit melainkan gejala dimana kekuatan tulang berkurang sehingga densitas dan kualitas tulang berkurang. Pada masa pandemi, angka kesakitan osteoporosis mengalami peningkatan. Dokter Briliantono juga menyampaikan terkait definisi, kategori osteoporosis, faktor risiko dimana ada yang bisa dan tidak bisa dikontrol, pencegahan dan pengobatan pada osteoporosis. “Ostoeporosis merupakan silent disease karena tidak ada keluhan/gejala tetapi apabila sudah pada titik fracture baru timbul gejala. Adapun pencegahan yang bisa dilakukan dengan exercise atau physical activity, diet (calcium), dan level hormone,” tutur dr. Briliantono.
Pada sesi keempat, Susiana Nugraha, SKM, MN, menyampaikanmateri terkait “Risiko Jatuh Pada Lansia”. Jatuh merupakan penyebab umum morbiditas dan mortalitas pada lansia. Susiana menyampaikan mengenai faktor risiko jatuh, penelitian pada lansia terkait gangguan keseimbangan dan menyampaikan materi tersebut dari perspektif kesehatan masyarakat. “Dari hasil analisis penelitian, gangguan keseimbangan menjadi faktor utama meningkatkan risiko jatuh hingga 5 kali, disamping itu lingkungan tempat tinggal yang tidak aman misalnya tangga, tidak ada pegangan, toilet jongkok, dan lainnya meningkatkan risiko jatuh sebanyak 2 kali,” ujar Susiana.
Melalui seminar ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan terkait kesehatan pada lansia khususnya dalam mewujudukan lansia sehat selama pandemi COVID-19 dengan melihat dari berbagai sudut pandang medis dan kesehatan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganannya. (YOL)