“Kondisi pandemi COVID-19 menyadarkan kita bahwa sistem kesehatan kita saat ini masih harus diperbaiki. Kini, Indonesia tengah mengupayakan transformasi kesehatan. Salah satu pilarnya adalah digitalisasi kesehatan yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan yang lebih luas dimana saja dan kapan saja,” tutur Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., dalam sambutannya di acara Seminar Online Nasional FKM UI Seri 20. Seminar ini diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi S-2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) pada Sabtu, 3 Desember 2022.
Pelayanan kesehatan manual dengan sistem pelaporan dinilai sudah tidak efektif dan efisien. Dibutuhkan digitalisasi layanan kesehatan dengan tujuan mengintegrasikan layanan sepanjang fase hidup masyarakat.”Langkah strategis yang sedang kami lakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mewujudkan 3 platform, yaitu SATUSEHAT, dashboard satu data kesehatan, dan Citizen Health App,” tutur Setiaji, S.T., M.Si., Chief Digital Transformation Office (DTO) Kementerian Kesehatan RI.
Strategy and Planning Manager DTO Kementerian Kesehatan RI, Arief Faqihudin, S.T., kemudian menjelaskan lebih lanjut terkait “Overview SATUSEHAT: Sistem Interoperabilitas Big Data Kesehatan”. SATUSEHAT merupakan solusi integrasi sistem informasi kesehatan yang menyediakan spesifikasi dan mekanisme terstandar untuk proses bisnis, data, teknis, dan kemaanan. Nantinya, semua data pasien dan fasilitas layanan kesehatan akan masuk ke platform SATUSEHAT sehingga tenaga kesehatan tidak perlu melakukan input ulang data pasien. Langkah pertama yang dilakukan untuk mewujudkan SATUSEHAT ini adalah melakukan standarisasi data kesehatan, mulai dari data pasien, data fasilitas layanan kesehatan, data tenaga kesehatan, data pembiayaan, data alat kesehatan, dan data layanan.”Pekerjaan ini adalah pekerjaan besar dan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kolaborasi antara Kementerian Kesehatan, para pelaku kesehatan, akademisi, dan pihak-pihak lain,” tutur Arief.
Lebih lanjut, hadir pula Ir. Perkasa Sinagabariang, M.M., Vice President Operations Husky CNOOC Madura Limited (HCML) sebagai salah satu narasumber. “Pandemi COVID-19 membawa tantangan bagi semua pihak, termasuk bagi perusahaan minyak bumi dan gas. Untuk itu, kami mengembangkan aplikasi informasi dan teknologi komunikasi dalam HTML agar perusahaan tetap bisa beroperasi,” ujar Ir. Perkasa dalam presentasinya. Contoh aplikasi yang dikembangkan HCML antara lain Desk Booking System untuk skrining kesehatan, Quarantine Hotel E-Form untuk monitoring karantina pekerja, serta aplikasi AWAS (A Way to Act Safely Card) untuk membantu karyawan melakukan observasi keamanan di tempat kerja. Semua aplikasi ini terintegrasi dengan network infrastructure, yaitu Software Defined WAN.
Sektor pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Halodoc menjadi salah satu layanan telemedicine yang banyak digunakan, terutama selama masa pandemi. Halodoc menjadi penghubung mitra fasilitas kesehatan dengan masyarakat serta membuatnya menjadi efektif. Umumnya, masyarakat membutuhkan waktu hingga 4 jam untuk mendapat pelayanan kesehatan. Dengan adanya telemedicine, hanya dibutuhkan waktu 35 menit untuk mendapat pelayanan. Chief of Medical Halodoc, dr. Iwan Heriyanto, MARS., menyatakan bahwa Indonesia masih mengalami ketidakmerataan tenaga kesehatan.”Sampai saat ini, tenaga kesehatan masih terkonsentrasi di pulau Jawa. Halodoc membuka akses kesehatan bagi masyarakat daerah lain untuk bisa menikmati layanan kesehatan yang sama dengan masyarakat di pulau Jawa dan kota-kota besar,” ujar dr. Iwan.
Digitalisasi kesehatan juga difokuskan pada layanan kesehatan primer seperti disampaikan oleh Prof. dr. Kemal N. Siregar, S.K.M., M.A., Ph.D., Guru Besar Universitas Indonesia yang berbicara mengenai “Smart Puskesmas: Digitalisasi Layanan Kesehatan Primer”. Smart Puskesmas sendiri merupakan sistem pelayanan kesehatan primer berbasis artificial intelligence. Transformasi layanan kesehatan primer ini diharapkan dapat berfokus pada pencegahan dan deteksi dini, lebih proaktif, memberikan personalized care, dan turut melibatkan pasien puskesmas secara aktif.
Hal lain yang tidak bisa lepas dari era digital adalah isu keamanan data. Tulus Abadi, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia kemudian membahas mengenai “Perlindungan Data dan Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan Digital”.”Perlindungan data pribadi sudah tertera dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022. Perlindungan data ini termasuk dalam hak asasi manusia dan sifatnya mutlak,” tutur Tulus. Data kesehatan masyarakat termasuk dalam data pribadi yang bersifat spesifik. Dibutuhkan penguatan infrastruktur telekomunikasi di sisi hulu dan hilir serta regulasi yang kuat untuk menjamin perlindungan data pribadi masyarakat.”Transformasi digital menjadi kebutuhan, kesehatan digital menjadi keharusan,” pungkas Prof. Kemal.
Seminar ditutup dengan pemaparan oleh Ahmad Tahta Kurniawan, S.K.M., Chief Strategy Officer Jago Preventif. Jago Preventif merupakan platform digital bagi mahasiswa kesehatan masyarakat untuk belajar dan berdiskusi dengan kreatif dan inovatif. Misi yang dibawa oleh Jago Preventif ada empat, yaitu peningkatan kemampuan, peningkatan pengetahuan, menemukan identitas, dan membangun jejaring.
Hadirnya seminar online ini diharapkan dapat lebih menyebarluaskan isu digitalisasi kesehatan sehingga tenaga kesehatan, akademisi, serta masyarakat umum dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkannya. (WR)