Sabtu, 16 Januari 2021, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bekerja sama dengan Yayasan Asih Putera dan STIKES Mitra Ria Husada Jakarta menyelenggarakan seminar dengan tema “Betulkah Pesan-Pesan Kesehatan Nasional Berpengaruh Besar Pada Perilaku Mencari Pengobatan Pada Masyarakat Indonesia Zaman Now?” Seminar ini diselenggarakan melalui platform zoom dan youtube live streaming.
Seminar dibuka dengan sambutan Prof. Dr. dr. Sabarinah, M. Sc., selaku Pj. Dekan FKM UI, Ir. H. Edi Sudrajat Ahmad selaku Ketua Yayasan Asih Putera, dan Drs. Sri Danti Anwar, MA selaku Ketua STIKES Mitra Ria Husada Jakarta.
Pada sesi pertama, Dien Anshari, S.Si, M.Si, Ph.D., menyampaikan topik “Bagaimana Menghadapi Misinformasi, Hoaks, dan Konspirasi Seputar COVID-19 Pada Pasien”. Doktor Dien menyebutkan bahwa misinformasi menyebar lebih cepat dari Covid-19 dan dapat menyebabkan lebih banyak korban jiwa selama pandemi. Banyak masyarakat yang percaya misinformasi pencegahan dan vaksinasi Covid-19 sehingga tidak mau menggunakan masker dan divaksin. Tenaga kesehatan dapat berperan menghadapi gelombang misinformasi pada pasien melalui komunikasi dengan pasien sehingga menjadi satu kesatuan dalam membangun kesamaan makna kesehatan. Tenaga kesehatan adalah ujung tombak dalam menjadi sumber informasi yang terpercaya bagi pasien namun di sisi lain punya waktu terbatas untuk berinteraksi dengan pasien. “Ada 3 tips menghadapi misinformasi yaitu menjadi pendengar yang baik dengan mengenali sejauh mana pasien meyakini misinformasi, menyampaikan informasi yang relevan dengan harapan pasien karena informasi yang mengandung harapan jauh lebih mudah diterima pasien dan dibagikan ke orang lain. Dan yang ketiga, melayani dengan hati,” ujar Doktor Dien.
Pada sesi kedua, Dr. P.A. Kodrat P., SKM, M.Kes., menyampaikan materi mengenai “Bagaimana Pesan Kesehatan yang Efektif bagi Sasaran”. Ada 5 ciri pesan yang baik yaitu jelas pesannya, pesan tidak terlalu banyak (fokus 1 pesan), mudah dipahami, menarik, dan mudah diingat dengan menggunakan gambar atau alat peraga. “Pesan yang efektif menggambarkan keteladanan, bahasa yang sederhana, dapat memotivasi, memberi keyakinan bahwa pesan baik untuk dilakukan, serta pesan adalah kebenaran dan bukan hoax,” ujar Dr.Kodrat.
Pada sesi terakhir, dr. Sony Ambudi, MQIH, PG. Dip.TCM, MNZASA, MNZCMAS., menyampaikan materi mengenai “Pengambilan Keputusan Pencarian Pengobatan Merujuk Kepada Analisis Isi Pesan-Pesan Pada Media Sosial”. Dokter Sony menyampaikan bahwamasyarakat biasanya mencari informasi paling banyak di peer group (keluarga, teman, hotline), google, pesan layanan masyarakat, dan paling sedikit pada pesan layanan kesmas. Dokter Sony juga menjelaskan mengenai tahap analisis isi pesan yang harus diakhiri dengan suatu riset. “Dalam pesan layanan kesmas selain jernih, singkat padat, dan menarik juga harus tahu target pasar, lokasi target, dan budaya masyarakat dengan melakukan survei pasar,” pungkas dr.Sony.
Dari seminar ini diharapkan pesan-pesan kesehatan bisa tersampaikan pada sasaran dan diakhiri dengan perilaku memadai untuk meningkatkan derajat kesehatan pada masyarakat. (YOL)