Semol FKM UI Seri 2, Gali Optimalisasi Ekonomi dan SDM Unggul Rumah Sakit di Era BPJS

Kajian Administrasi Rumah Sakit (KARS) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) 2024 bekerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menyelenggarakan Seminar Online FKM UI Seri 2 Tahun 2025 bertajuk “Optimalisasi Ekonomi dan SDM Unggul Rumah Sakit di Era BPJS”. Seminar ini bertujuan untuk menjawab tantangan manajemen rumah sakit dalam menghadapi sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), khususnya dalam aspek pengelolaan ekonomi dan penguatan sumber daya manusia (SDM) di tengah keterbatasan dan dinamika regulasi yang ada. Menghadirkan para pakar dan pemangku kebijakan nasional, Semol Seri 2 yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting ini menjadi ruang diskusi yang konstruktif dan penuh wawasan kepada lebih dari 450 peserta yang hadir, terdiri atas mahasiswa, akademisi, serta praktisi kesehatan dari berbagai institusi.

Ketua panitia kegiatan, dr. M. Gilang Edi, B.Med.Sci (Hons), menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi nyata FKM UI dan RSUI dalam mendorong peningkatan mutu pengelolaan rumah sakit di Indonesia. Sesi seminar dipandu oleh moderator dr. Herman Tuah Sitohang, yang turut mengarahkan jalannya diskusi. Seminar ini ini mendapat dukungan dari berbagai mitra dan sponsor, antara lain Wund +, Profitindo, PT Pharos, Prima Ku, serta platform kesehatan Kesmas ID.

Pada sambutan pembukaannya, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., menekankan pentingnya tema seminar yang dinilai sangat relevan dengan dinamika rumah sakit di Indonesia saat ini. Menurutnya, keberadaan BPJS Kesehatan berperan besar dalam menopang keberlanjutan ekonomi rumah sakit. “Rumah sakit di era BPJS harus mampu mengelola keuangan dengan cermat, agar tidak hanya efisien tetapi juga memberikan nilai tambah bagi institusi dan masyarakat luas, tutur Dr. Asih. Ia juga menyoroti pentingnya sumber daya manusia yang unggul, profesional, dan adaptif terhadap perubahan sistem kesehatan yang terus berkembang. Hal ini menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing rumah sakit di tengah tantangan pelayanan publik. Oleh karena itu, pengelolaan ekonomi dan SDM yang tepat serta optimalisasi sistem menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan.

Guru Besar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI, Prof. dr. Adang Bachtiar, M.P.H., D.Sc., juga menyampaikan sambutannya dan mengapresiasi penyelenggaraan seminar yang digagas oleh mahasiswa Program magister KARS FKM UI ini.  “Rumah sakit adalah industri yang terus tumbuh, dan karena itu perhitungan secara ekonomis menjadi sangat fundamental untuk keberlanjutan,” tutur Prof. Adang. “Tidak hanya itu, di tengah tantangan industri pelayanan kesehatan, sumber daya manusia tetap menjadi aset terpenting yang harus dikembangkan secara berkelanjutan,” tambahnya.

Sejalan dengan tema semol, kedua narasumber yaitu dr. Nur Indah Yuliaty, M.A.R.S., A.A.K., mewakili Direktur Utama BPJS Kesehatan, menyoroti dampak Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keberlanjutan ekonomi rumah sakit, sementara Prof. dr. drg. Wahyu Sulistiadi, M.A.R.S., Guru Besar Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI, membahas pentingnya pembangunan SDM unggul untuk meningkatkan kinerja dan daya saing rumah sakit.

Mengawali paparannya, dr. Nur Indah menekankan bahwa program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir bukan sekadar sebagai kebijakan teknis, melainkan perwujudan konstitusi. “Jatuh sakit bukan hanya urusan medis, tapi juga berdampak pada ekonomi dan sosial. Karena itu, perlindungan jaminan kesehatan adalah hak setiap warga negara,” ujarnya mengutip Pasal 28H dan Pasal 34 UUD 1945. Peningkatan tarif layanan, pergeseran penyakit ke arah kronis-degeneratif, serta keterbatasan akses masyarakat membuat JKN menjadi solusi nyata atas ketimpangan layanan. Per 31 Desember 2024, JKN telah menjangkau 98,45% penduduk Indonesia.

Sistem BPJS Kesehatan tidak hanya membiayai layanan kesehatan perseorangan, tetapi juga mendorong perubahan perilaku masyarakat. “JKN mengubah cara masyarakat melihat kesehatan—dari sesuatu yang mahal, menjadi hak yang dijamin negara,” tegas dr. Indah. Namun demikian, program ini menghadapi tantangan seperti beban faskes yang meningkat, ketimpangan layanan antarwilayah, serta kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prosedur JKN. Meski begitu, dr. Nur Indah optimis bahwa melalui monitoring kerja sama faskes, evaluasi berkala, dan penguatan kemitraan, pelayanan akan semakin merata dan berkualitas.

Melengkapi pemaparan tersebut, Prof. Wahyu Sulistiadi menekankan pentingnya responsivitas, empati, komunikasi efektif, serta jaminan mutu sebagai pilar utama pelayanan prima. Strategi implementasi service excellent mencakup SOP berbasis patient-centered care, pelatihan lintas lini, serta pemanfaatan sistem feedback dan dashboard mutu layanan. “Saat pasien merasa dihargai dan dipahami, bukan hanya kepuasan yang naik, tetapi risiko litigasi bisa ditekan,” ujar Prof. Wahyu.

Dalam aspek pengembangan karir, Prof. Wahyu menegaskan bahwa rumah sakit modern tak lagi cukup mengandalkan pelatihan formal. Perlu ada mentoring, rotasi jabatan, dan pemetaan potensi berbasis talent mapping. Menurutnya, jenjang karir tidak bisa hanya berdasarkan lama kerja, tapi harus berdasarkan kompetensi dan capaian. Ia juga mendorong rumah sakit untuk menerapkan sistem kerja yang fleksibel dan berbasis hasil, demi menjawab kebutuhan generasi Y dan Z yang kini mendominasi dunia kerja kesehatan.

Kedua narasumber sepakat bahwa keberlanjutan rumah sakit masa depan sangat bergantung pada sistem jaminan kesehatan yang kokoh serta SDM yang unggul dan adaptif. Mengangkat tema keberlanjutan ekonomi rumah sakit dan penguatan SDM di era JKN, FKM UI kembali menegaskan posisinya sebagai institusi unggulan yang mampu menjembatani ilmu, kebijakan, dan praktik. (DFD)Top of Form