Sinopsis Buku Budaya Akademik

Prof. Dr. dr. Daldiyono

Prof. Dr. dr. L Meily Kurniawidjaja

Budaya Akademik dalam risalah ini diartikan sebagai gambaran “bentuk – struktur – proses pendidikan tinggi” yang dapat dialami, dirasakan, dan dilaksanakan oleh segenap jajaran Sivitas Akademika dalam menyiapkan generasi muda yang mampu menjaga, membina dan membawa rakyat Indonesia tercinta ke dalam kehidupan berkeadilan, sejahtera dan bahagia sehingga dalam perlombaan menyusur waktu bersama dengan bangsa-bangsa lain, Indonesia menjadi bangsa yang dihormati karena karya keilmuannya, martabatnya, dan peradabannya.

Buku ini menyumbangkan suatu konsep penjabaran makna dari budaya akademik ini, suatu tawaran, barangkali berguna dan yang terpenting adalah semoga naskah ini dapat berfungsi sebagai stimulus awal dalam menyusun konsep yang lebih sempurna dan yang terpenting dapat diaplikasikan, dengan harapan pendidikan tinggi berlangsung dengan baik sesuai amanat peraturan perundang- undangan dan harapan masyarakat yaitu pendidikan tinggi sebagai pilar pembangunan memajukan dan menyejahterakan masyarakat Indonesia.

Secara garis besar buku ini terdiri atas delapan ranah kajian (domain), yaitu seperti berikut.

Pertama, Berpikir Akademik, dengan ciri-cirinya berpikir rasional objektif, berpikir lurus dan taat asas, dengan 3 fondasi berpikir akademik yaitu melihat/menatap masa depan, selalu menyediakan alternatif, menghindari nihilisme atau kemandegan.

Kedua, Etika Akademik, dengan intinya adalah kejujuran dan integritas.

Ketiga, Perilaku Akademik, yang intinya saling menghargai yang basisnya adalah kepakaran, dengan struktur komunitas akademik yang berbasiskan kekeluargaan dan kerja sama, yang lazim disebut kolegialitas, dan pola komunikasi bertumpu argumentasi yang sahih (valid), berdasarkan referensi ilmiah, konsensus maupun perundang undangan.

Keempat, Teori tentang Berpikir. Maksud dari bab ini adalah memasukkan logika ke dalam dunia akademik, apapun fakultas dan jurusannya. Semua orang apalagi sarjana wajib paham tentang logika yang tidak lain adalah cara berpikir lurus.

Kelima, Teori tentang Sains.

Keenam, Teori tentang Kebenaran dan Kesalahan.

Ketujuh, Teori tentang Belajar dan Mengajar.

Kedelapan, Keindonesiaan dalam Perspektif Budaya yang disusun bersama dua budayawan sahabat yang berkenan menyumbangkan pikirannya secara sukarela yaitu budayawan Abrar Yusra dan budayawan Leon Agusta yang kini keduanya sudah kembali kepada Sang Khalik.

 

Naskah buku ini ditulis saat kedua penulis menjabat guru besar Universitas Indonesia, masing-masing berkarya di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat, sebagai cendekiawan yang terbang bebas melampaui teritori disiplin keilmuannya, dipersembahkan kepada Universitas Indonesia dan dunia akademik di Indonesia,

Buku ini ditujukan untuk segenap warga sivitas akademika yaitu para dosen, mahasiswa, para pimpinan perguruan tinggi serta segenap pengambil keputusan dalam pengaturan pendidikan tinggi, termasuk otoritas dan para pemangku kepentingan di kehidupan perguruan tinggi yaitu di Universitas, Sekolah Tinggi, Institut, Akademi atau Program Diploma. Isi tulisan ini, sebagian besar merupakan sintesis penulis berdasarkan pengalaman selain bersumber dari literatur dan peraturan perundangan, ditulis dengan sangat runut dan terperinci. Pemaparan ini juga diperkuat dengan teori-teori filsafat dan berbagai sumber pendukung yang dijalankan dengan sangat detail menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

 

Kutipan sambutan Prof. Dr. Ir. Muhamman Anis, M.Met., Rektor UI periode 2014 — 2019

 

Buku ini ditulis oleh dua guru besar Universitas Indonesia, bermula dari keresahan penulis terhadap fenomena pilu mengenai semakin tergerusnya etika dan adab sivitas akademika saat ini, penulis berusaha memaparkan konsep “Budaya Akademik” 

Buku ini hadir sebagai pengingat bukan hanya bagi tenaga pendidik, tapi juga bagi mahasiswa dan seluruh sivitas akademika bahwa sebagai manusia yang terdidik, kita sepatutnya tumbuh menjadi orang yang tidak hanya sekadar berintelektual dan profesional, tetapi juga beretika, kreatif, inovatif dan berintegritas.

 

Kutipan sambutan Prof. Hamid Awaludin. Ph.D., M.A., L.L.M., Menteri Hukum dan HAM RI, periode 2004 — 2007

 

Dunia akademik harus kembali menjadi kompas kehidupan, sebagaimana lakon yang dijalaninya di masa-masa silam. Kunci untuk mengembalikan peran mulia ini, pohon budaya akademik harus ditanam ulang lagi biar ia kembali menjadi sumber oase. Dalam tataran praksis, budaya akademik harus berhulu pada berpikir akademik yang tegak di atas fondasi pertanyaan: “Apakah yang saya pahami tentang sesuatu ini benar atau tidak benar agar saya tahu dengan yakin?”

“Hasil berpikir akan benar bila proses berpikir taat pada asas berpikir, atau dictum taat asas untuk mencapai kebenaran” Saya menyebut ini sebagai pangkalan berpikir.

Terlepas dari semua ini, saya tiba-tiba teringat ucapan Bunda Teresa: humanis sejati: “Hal-hal kecil memang kecil, tetapi keyakinan terhadap hal kecil adalah sesuatu yang luar biasa.” Karya berupa buku ini, bagian dari yang dikatakan Bunda Teresa.

Leave a Reply