Depok, 30 September 2025 – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali menyelenggarakan Sidang Promosi Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Sidang ini diselenggarakan secara hybrid di Ruang Promosi Doktor, Gedung G FKM UI, serta melalui platform Zoom Meeting.
Pada kesempatan ini, Eflita Meiyetriani secara resmi menjalani sidang terbuka untuk mempertahankan disertasinya yang berjudul “Dampak Kelahiran ‘4 (Empat) TERLALU’ terhadap Pertumbuhan Linier Anak: Analisis Data Indonesia Life Family Survey 2000, 2007 dan 2014.” Sidang ini dipimpin langsung oleh Ketua Sidang Prof. Dr. Besral, S.K.M., M.Sc., dengan Prof. dr. Budi Utomo, M.P.H., Ph.D., sebagai Promotor, serta Dr. Dian Kusuma, S.K.M., M.P.H., Sc.D., dan Prof. Dr. Dra. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt., M.Sc., sebagai Ko-promotor.
Melalui disertasinya, Eflita menyoroti urgensi fenomena kelahiran 4 TERLALU (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu banyak anak) terhadap pertumbuhan linear anak. Secara spesifik, disertasinya menguji dampak strategis dari pencegahan kehamilan berisiko tinggi terhadap penurunan angka stunting di Indonesia.
Dalam penelitiannya, Eflita menggunakan data longitudinal Indonesia Family Life Survey (IFLS) pada tahun 2000, 2007, dan 2014, dengan menelusuri lebih dari seribu anak hingga usia remaja. Pengolahan data menggunakan teknik statistik multivariat untuk mengontrol variabel pembaur (confounders) seperti status sosial ekonomi, pendidikan orang tua, lingkungan, serta variabel kesehatan ibu (misalnya gizi, penyakit). Eflita juga membandingkan kelompok ibu yang mengalami satu atau lebih kondisi “terlalu” dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami satupun kondisi tersebut.
Hasil penelitian Eflita menunjukkan temuan yang signifikan. Ia memaparkan bahwa, “Prevalensi kelahiran dengan risiko empat terlalu di Indonesia mencapai hampir 30 persen. Dari keempat faktor, jarak kelahiran yang terlalu dekat terbukti paling konsisten meningkatkan risiko stunting hingga hampir dua kali lipat.” Kelahiran dengan jarak yang terlalu dekat (kurang dari 24 bulan) secara konsisten dapat meningkatkan risiko stunting pada anak hingga memasuki usia remajanya.
Temuan ini menegaskan kembali pentingnya intervensi pada masa konsepsi atau bahkan sebelum konsepsi. Eflita juga menegaskan perlunya intervensi kebijakan lintas sektor. “Program keluarga berencana harus diperkuat, khususnya untuk mencegah kehamilan berisiko tinggi. Selain itu, intervensi gizi tidak cukup hanya di 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi perlu diperluas hingga usia sekolah dan remaja sebagai second window of opportunity,” jelasnya.
Eflita menjelaskan bahwa masa remaja diidentifikasi sebagai Peluang Kedua (Second Window Opportunity) yang strategis untuk intervensi gizi, yang sangat penting untuk memutus mata rantai masalah gizi yang diturunkan antar generasi. Eflita menekankan urgensi masalah gizi pada fase ini dengan berbagi pengalaman pribadi di persidangan. “Saya sempat kaget, bahkan anak pertama saya yang baru kelas 1 SMA, hasil pengukuran anemia di sekolah menunjukkan Hb-nya hanya 9,” ujar Eflita. Ia menambahkan, kondisi ini menunjukkan bahwa masalah gizi seperti anemia pada remaja putri sangat dekat dengan kita dan perlu menjadi prioritas intervensi.
Intervensi gizi yang ditargetkan pada remaja, terutama remaja putri (seperti pemberian Tablet Tambah Darah), sangat krusial untuk memastikan bahwa calon ibu memasuki masa pra-kehamilan dalam kondisi gizi yang optimal. Hal ini adalah kunci untuk memutus mata rantai masalah gizi yang diturunkan antar generasi.
Melalui hasil diskusi Ketua Sidang, Promotor, Ko-promotor, serta tim penguji yang terdiri dari Prof. dr. Budi Iman Santoso, M.P.H., Sp.OG(K); Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.; Helda Khusun, S.Tp., M.Sc., Ph.D.; Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Subs.TKPS.; serta Dr. Dwi Nastiti Iswarawanti, M.Sc., Eflita Meiyetriani dinyatakan lulus menjadi Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan IPK 3.95 dan meraih predikat summa cum laude. Eflita tercatat sebagai lulusan S3 IKM tahun 2025 ke-25, S3 IKM ke-364, dan lulusan S3 FKM UI ke-477. Eflita, sosok intelektual yang lahir di Padang dan berprofesi sebagai peneliti di Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) menyelesaikan studinya dalam waktu 7 semester, berkat ketekunan dan kerajinannya.
Sebagai institusi pendidikan tinggi yang senantiasa berkontribusi langsung dalam pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia, FKM UI kembali menunjukkan komitmennya dalam menghasilkan doktor-doktor yang berkualitas. Melalui ilmu yang diperoleh, para lulusan doktor diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya kolektif memperbaiki kualitas hidup masyarakat, memperkuat ketahanan kesehatan bangsa, serta menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus mengembangkan penelitian yang bermanfaat bagi Indonesia. (EAR)