Hari ketiga pelaksanaan The 2nd International Teleconference on Technology and Policy in Supporting Implementation of COVID-19 (ITTP-COVID19), Senin, 8 Agustus 2022, bertepatan dengan ulang tahun Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang ke-55 tahun. Selaras dengan tema ulang tahun ASEAN pada tahun ini yaitu Addressing Challenges Together atau Mengatasi Tantangan Bersama, bahasan pada hari ketiga konferensi The 2nd ITTP-COVID19 juga berfokus pada penguatan kolaborasi untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi.
Hadir sebagai keynote speaker adalah dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D., Sekretaris Universitas, Universitas Indonesia yang juga merupakan President of Asia Pacific Academy Consortium for Public Health (APACPH) sekaligus Chair of The 2nd ITTP-COVID19. Doktor Agustin membahas tentang penguatan primary health care untuk mendukung pariwisata dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang sehat dan produktif. Disebutkan bahwa primary health care bertujan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Di Indonesia, primary health care memiliki 4 pilar utama yaitu kerjasama multisektoral, partisipasi masyarakat, mekanisme yang mendukung serta penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. “Pembangunan primary health care dalam jangka panjang diharapkan akan mendukung pembangunan kesehatan, keamanan serta produktivitas UMKM agar mereka mampu melanjutkan pembangunan bisnis mereka dengan menyediakan produk dan jasa yang lebih baik lagi, serta mampu memperbaiki ekonomi dan situasi di areanya dan tentu saja mengurangi kemiskinan,” tambah dr. Agustin. Untuk memperkuat pembangunan primary health care yang mumpuni tentu dibutuhkan kerjasama pentahelix atau kegiatan kerjasama antar bidang dan pihak yaitu dari academic, business, community, government, dan media.
Lebih lanjut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA., MBA., menyampaikan masukan singkat terkait strategi dan rencana berkelanjutan sektor pariwisata dan UMKM di Indonesia pasca pandemi COVID-19. “Kemenparekraf terus melanjutkan untuk mempromosikan resiliensi dan kolaborasi, memampukan sektor pariwisata dan UMKM untuk bertumbuh selama masa pandemi karena kedua sektor ini memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasca pandemi adalah waktu yang baik untuk sektor pariwisata dan UMKM di Indonesia untuk bertumbuh dan memulihkan diri menjadi lebih sustainable dan inklusif. Mari gunakan momen ini untuk membuat lebih banyak inovasi, adaptasi dan kolaborasi,” tutur Dr. Sandiaga S. Uno.
Dr. Jackie Lei Tin Ong, Senior Program Manager, Tourism and Hospitality Management RMIT University, Vietnam pun menyampaikan hal yang serupa tentang sektor pariwisata pasca pandemi COVID-19 di Vietnam. Disebutkan bahwa Vietnam memiliki tantangan dalam lingkungan persaingan global untuk menarik permintaan wisatawan yang terbatas, terutama wisatawan internasional pasca pandemi COVID-19. Namun, dengan strategi yang tepat dalam pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia yang memadai serta keramah tamahan yang baik, Vietnam melihat masa depan yang menjanjikan bagi sektor pariwisatanya.
The 2nd ITTP-COVID19 yang berlangsung selama tiga hari telah mempertemukan 150 profesor dan peneliti terkemuka dari 27 Perguruan Tinggi di wilayah Asia Tenggara, serta ratusan mahasiswa dari seluruh negara ASEAN yang mempresentasikan 165 karya ilmiah mencakup tiga (4) rumpun besar ilmu: kesehatan, teknik dan ilmu pengetahuan alam, sosial-humaniora, dan multidisiplin. Peserta konferensi juga hadir dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang dari negara-negara ASEAN, seperti dosen, peneliti, profesional dan praktisi, serta mahasiswa. Hasil penelitian para peserta yang dipresentasikan dalam konferensi ini akan dipublikasikan pada jurnal nasional maupun internasional terindeks yang telah bekerja sama dengan FKM UI, yaitu sebanyak 13 jurnal nasional dan internasional terindeks.
Pada hari ketiga The 2nd ITTP-COVID19 ini juga diumumkan para pemenang dari berbagai kategori yang dilombakan. Untuk kategori best presenter dari rumpun ilmu Kesehatan adalah:
- 1st Best Presenter, Razan Hayati Binti Zulkeflee dari Universiti Sains Malaysia
- 2nd Best Presenter, Fira Azzahra dari Universitas Indonesia, Monash University
- 3rd Best Presenter, Tri Amelia Rahmitha Helmi dari Universitas Indonesia Best presenters
Untuk kategori best presenters rumpun Engineering and Natural Sciences adalah:
- 1st Best Presenter, Safira Candra Asih dari Universitas Indonesia
- 2nd Best Presenter Safa Malik dari Universiti Malaya
Untuk kategori best presenter rumpun social science adalah:
- 1st Best Presenter, Noveri Maulana dari Universitas Indonesia
- 2nd Best Presenter, Rachel Teh Pik Jing dari Universiti Sains Malaysia
- 3rd Best Presenter, Nurul Afiqah dari Universiti Brunei Darussalam
- 4th Best Presenter, Eighty Mardiyan Kurniawati dari Universitas Airlangga
Untuk kategori best presenters kategori multidisiplin adalah:
- 1st Best Presenter, Do Phuong Hien dari National Institute of Occupational and Environmental Health, Vietnam
- 2nd Best Presenters, Yoslien Sopamena, Yunita T. Winarto, dan Melani Budianta dari Universitas Indonesia
Sementara untuk pemenang photography competition adalah:
- Juara 1 adalah Price Loyd Besorio dari Filipina
- Juara 2 adalah Reyhan Agung Ramadhan dan Putranta Wicaksono dari Indonesia
- Juara 3 adalah Pande Komang Sudiantika dari Indonesia
Terakhir, pemenang infographic competition adalah:
- Juara 1 Farhansyah Pratama dari Indonesia
- Juara 2 Ananda Firda Wensi dari Indonesia
- Juara 3 Nisrina Nur Thifal dari Indonesia
Pada sesi penutupan, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesa (UI), Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan berbagai pihak pada The 2nd ITTP-COVID19 sehingga dapat terselenggara dengan sangat baik. “ITTP-COVID19 ke-2 ini telah mempertemukan semua peserta dari berbagai disiplin ilmu dan latar belakang dari negara-negara ASEAN yang telah bersama-sama belajar dan tidak hanya mampu mempresentasikan karya ilmiah unggulan yang menghasilkan publikasi yang bermanfaat, tetapi juga untuk merumuskan kebijakan yang lebih komprehensif dan terintegrasi melalui pendekatan multidisiplin dan interdisipliner dalam menghadapi gejolak pandemi yang belum selesai ini,” pungkas Prof. Mondastri. (wrk)