Perhatian publik kini tengah tertuju pada insiden-insiden kerumunan yang terjadi selama dua bulan terakhir. Mulai dari tragedi Sepak Bola Kanjuruhan, tragedi Halloween Itaewon, hingga festival Berdendang Bergoyang. Insiden tersebut menarik simpati publik karena jumlah korbannya yang mencapai ratusan orang. Menanggapi hal tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar Online FKM UI Seri 26 yang bertemakan “Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan pada Kegiatan yang Menimbulkan Kerumunan” pada Jumat, 11 November 2022.
Kerusuhan yang terjadi dalam suatu kerumunan umumnya disebabkan oleh pergerakan yang tiba-tiba yang merupakan respons dari adanya bahaya, ketiadaan ruang gerak, atau kehebohan lainnya. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan crowd safety risk assessment dan identifikasi bahaya.”Manajemen risiko kerumunan terbagi dalam tiga aspek, yaitu aspek arrival, onsite, dan leaving. Penyelenggara kegiatan harus bisa memastikan bahwa pesertanya aman dan selamat mulai dari kedatangannya, saat kegiatan berlangsung, sampai kepulangannya,” tutur Ketua Program Studi S-2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FKM UI, Dr. Zulkifli Djunaidi, M.App.Sc., dalam materinya mengenai Crowd Safety Management”. Menurut Doktor Zulkifli, insiden bencana yang sudah terjadi seharusnya dapat mendorong pemerintah untuk lebih serius memikirkan kebijakan nasional terkait manajemen kerumunan.
Selain aspek keselamatan, aspek kesehatan dalam kerumunan juga harus diperhatikan, terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya reda. Untuk itu, hadir Guru Besar FKM UI, Prof. Dr. dr. L. Meily Kurniawidjaja, M.Sc., Sp.OK., yang berbicara mengenai “Pencegahan Penularan COVID-19 dalam Kerumunan”. Upaya pemutusan rantai penyebaran COVID-19 harus melibatkan sinergi antara individu, penyelenggara kegiatan, dan otoritas terkait. Peserta dalam kegiatan tersebut juga harus dipastikan dalam kondisi sehat, sudah menerima vaksinasi COVID-19, serta menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.”Kerumunan dalam kegiatan adalah sebuah keniscayaan. Tugas kitalah untuk mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan kesehatan, terutama transmisi COVID-19, dalam kerumunan,” terang Prof. Meily.
Hadir pula Prof. dra. Fatma Lestari M.Si., Ph.D., dengan pemaparannya yang mengangkat topik “Mitigasi Kondisi Kegawatdaruratan dalam Suatu Event”.”Pada tahun 2022 sendiri sudah terdapat lebih dari 5 kasus kegawatdaruratan dalam event besar. Oleh karena itu, sebelum menyelenggarakan event, kita harus melakukan perencanaan dan desain sebaik mungkin. Kaji risiko juga merupakan hal penting yang tidak boleh terlewat dalam mitigasi kegawatdaruratan ini,” ujar Prof. Fatma. Kaji risiko sangat penting untuk mengetahui potensi kegawatdaruratan yang mungkin terjadi. Setelah itu, pihak penyelenggara event dapat membuat emergency response plan dan membentuk incident command system. Prof. Fatma juga memberikan beberapa rekomendasinya untuk mitigasi kegawatdaruratan ini, salah satunya adalah dengan membuat desain kegiatan yang mempertimbangkan aspek K3 dan kondisi darurat yang mungkin terjadi.
Insiden bencana yang telah terjadi seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia. Harapannya pengelolaan keselamatan dan Kesehatan di kerumunan menjadi kesadaran bagi semua pihak sehingga tragedi kecelakaan di kerumunan tidak terulang kembali di masa yang akan datang. (WR)