Universitas Indonesia Kukuhkan 5 Guru Besar FKM

Sabtu, 11 Desember 2021, lima staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap oleh Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D. Kelima staf pengajar tersebut adalah Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.S. yang dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap FKM UI dalam bidang Ilmu Ekonomi Kesehatan dan Sistem Kesehatan; Prof. Dr. Dra. Dewi Susanna, M.Kes. yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKM UI dalam bidang Ilmu Kesehatan Lingkungan; Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc. yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKM UI dalam bidang Ilmu Epidemiologi; Prof. Dr. Dra. Evi Martha, M.Kes. yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKM UI dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, serta Prof. dr. Kemal Nazaruddin Siregar, S.K.M., M.A., Ph.D. yang dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKM UI dalam bidang Ilmu Biostatistika dan Kesehatan Reproduksi.

Pada upacara pengukuhan Guru Besar ini, Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.S., menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Menilai Keberhasilan Upaya Kesehatan: Efisiensi dan Pemerataan yang Berkeadilan”. Efisiensi dan pemerataan kesehatan yang berkeadilan seringkali dianggap sebagai dua hal yang tidak bisa sejalan. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanahkan bahwa pembiayaan kesehatan haruslah diselenggarakan dengan mengedepankan asas keadilan, transparansi, dan akuntabilitas. “Undang-undang tersebut mengamanahkan unsur efisiensi untuk memaksimalkan akses kesehatan masyarakat secara keseluruhan di tengah keterbatasan sumber daya, sementara pemerataan berkeadilan atau ekuitas (equity) menginginkan adilnya (fairness) hasil distribusi status kesehatan dan pelayanan kesehatan dengan meminimalkan perbedaan di antara kelompok masyarakat,” ujar Prof. Mardiati Nadjib dalam pidato pengukuhan guru besarnya tersebut.

Pada acara yang sama, Prof. Dr. Dra. Dewi Susanna, M.Kes., menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul “Penguatan Surveilans Penyakit Tular Vektor untuk Antisipasi Kejadian Luar Biasa”. Pengenalan terhadap vektor penular penyakit adalah hal penting, untuk dapat memanipulasi lingkungan yang dalam mengontrol atau menghindari kemungkinan penularan penyakit kepada manusia. Mengetahui dengan benar tentang lingkungan tinggal dan lingkungan yang mendukung perkembangbiakan vektor menjadi salah satu kunci dalam mengurangi kontak manusia dengan vektor pembawa penyakit. Lebih lanjut, Prof. Dewi menyampaikan bahwa untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, maka dalam bidang kesehatan diperlukan suatu inovasi untuk mengatasi permasalahan kesehatan khususnya pengendalian vektor DBD. Penggunaan aplikasi digital ternyata dapat meningkatkan akurasi dan bermanfaat dalam pengembangan basis data elektronik. Aplikasi digital surveilan DBD dapat meningkatkan pencegahan dan pengendalian, serta membantu dalam upaya mengurangi kesenjangan sistem pengendalian DBD yang berjalan.

Sementara itu, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc. menyampaikan bahwa perkembangan pandemi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia sangat bervariasi. Dampak COVID-19 yang lebih luas mencakup penurunan akses dan layanan kesehatan, pendidikan dan sosial, serta aktifitas ekonomi, pemasukan finansial dan pertumbuhan ekonomi nasional. Berbagai bencana dari berbagai bahaya (hazard) yang terjadi terus menerus juga memiliki dampak yang luas dan berjangka panjang, bukan saja secara primer menimbulkan kerusakan infrastruktur, aset/properti, lingkungan, kehilangan jiwa, cedera, dan gangguan psikologis, namun juga secara sekunder dapat memicu ekasaserbasi masalah kesehatan lainnya dan disrupsi program layanan kesehatan.

“Secara praktis besarnya risiko bencana dapat diperkirakan kuantitasnya dengan menggunakan sistem skor sebagaimana dikembangkan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Setiap komponen dari risiko bencana memiliki beberapa parameter yang ditentukan skor atau nilainya. Dari skor atau nilai-nilai seluruh komponen risiko bencana, dengan menggunakan formula di atas yang diberi pembobotan nilai, dapatlah kemudian dihitung nilai risiko bencana untuk setiap jenis bahaya (hazard) di suatu wilayah yang disebut indeks risiko bencana,” ujarnya dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Mewaspadai Multirisiko (Multi-Risk) Pandemi COVID-19 dan Bencana Lainnya di Indonesia”.

Kemudian, Prof. Dr. Dra. Evi Martha, M.Kes. menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Pemberdayaan Masyarakat yang Berkelanjutan: Salah Satu Solusi Ideal dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Masyarakat”. Pentingnya keterlibatan rakyat selaras dengan disiplin ilmu pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.  Didalamnya tercantum mengenai pemberdayaan masyarakat yang merupakan jantung dari keilmuan promosi kesehatan. Pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan konsep sentral sebagai bagian dari promosi kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat ini berfokus pada keterlibatan dan kolaborasi dari berbagai pihak. Salah satunya adalah pendekatan kolaborasi pentahelix yang banyak digunakan di Indonesia untuk penanganan bencana dan wabah dikarenakan pendekatan ini menitikberatkan pada kearifan lokal dan mempersatukan lima unsur penting yang berimplikasi pada: adanya kebijakan dan pembiayaan pemberdayaan dari pemerintah; adanya riset dan pengabdian masyarakat oleh akademisi; terciptanya masyarakat yang berdaya; adanya kegiatan sosial oleh pebisnis; dan adanya dukungan publikasi oleh media masa. “Tujuan akhir dari proses pemberdayaan ialah pembinaan kelestarian atau disebut juga dengan keberlanjutan,” ujar Prof. Evi.

Terakhir, Prof. dr. Kemal N. Siregar, S.K.M, M.A., Ph.D. pada pidato pengukuhannya menyampaikan materi berjudul “Informatika Kesehatan: Informatika Bagi Penguatan Sistem Kesehatan: Konsep, Metode dan Penerapan”. Informatika Kesehatan adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari data yang berkenaan dengan kesehatan manusia, yang bertujuan menguatkan sistem kesehatan, dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Definisi tersebut menekankan adanya hubungan fungsional antara Informatika Kesehatan dan Sistem Kesehatan.

“Menunjukkan bahwa, Informatika Kesehatan perlu dimanfaatkan agar mampu memperkuat Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia. Kata dasar Informatika Kesehatan adalah informatika yang adalah padanan dari informatics, yang adalah the science and technology of information processing using computers. Jadi, informatika merupakan ilmu dan teknologi, sedangkan informasi adalah subjek yaitu materi yang dipelajari ilmu tersebut. Singkatnya, informatika adalah ilmu yang berkenaan dengan informasi,” ujar Prof dr. Kemal Nazaruddin Siregar, S.K.M., M.A., Ph.D.

Kelima Guru Besar Tetap FKM UI ini secara berurutan menjadi Guru Besar ke-55, 56, 57, 58, dan 59 yang dikukuhkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2021.