Waspada Banjir, FKM UI Sosialisasikan Upaya Manajemen Bencana yang Tepat

Seminar Online Seri 11 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) digelar oleh mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pascasarjana FKM UI Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat 2022 pada 9 Desember 2023. “Waspada Banjir di Indonesia: Upaya Manajemen Bencana yang Tepat” menjadi tema yang diangkat dengan menghadirkan empat pembicara dengan latar belakang yang berbeda.

“Seminar ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berkontribusi dalam menyampaikan informasi dan edukasi kepada berbagai pihak tentang penanganan kesehatan gizi di masa bencana khususnya banjir, serta memberikan harapan dalam menambah kesiapsiagaan bersama dalam menghadapinya”, tutur Dr. Ir. Trini Sudiarti, M.Si., Ketua Departemen Gizi FKM UI dalam sambutannya.

Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI pun turut memberikan sambutan hangatnya kepada pembicara, mahasiswa, dan audiens lainnya.

“Peran gizi sangat berpengaruh di dalam kejadian dan penanggulan bencana. Perhatian terhadap kelompok usia menjadi salah satu hal yang penting untuk diperhatikan mengingat kebutuhan gizi yang diperlukan oleh setiap kelompok ialah berbeda. Sehingga, perlu adanya kemampuan dan kematangan dalam memberikan kontribusi di dalam masyarakat yang terdampak,” tutur Dr. Asih.

Kebijakan Penanggulangan Bencana Banjir dan Krisis Kesehatan di Indonesia yang dibawakan oleh dr. Widiana Kusumasari A., M.K.M., dari Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, menjadi materi sesi pertama. Dokter Widiana memaparkan bahwasannya seluruh wilayah Indonesia memiliki tingkat risiko bencana yang sedang bahkan tinggi. Kendati demikian, kapasitas penanggulangan bencana yang dimiliki kabupaten/kota atau provinsi masih belum terpenuhi secara optimal.

Bercermin pada pandemi Covid-19 lalu, Indonesia mendapati bahwa sistem kesehatan nasional yang dimiliki masih lemah untuk bisa menghadapi bencana. Sehingga, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya untuk melakukan perubahan melalui peluncuran transformasi sistem kesehatan dalam periode tahun 2021-2024. “Pelayanan kesehatan esensial harus terus dan tetap dijalankan untuk menghindari krisis kesehatan,” tutur dr. Widiana.

“Pengorganisasian penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dengan menggunakan sistem klaster kesehatan yang menaungi sub klaster lainnya untuk meningkatkan koordinasi, kolaborasi, dan integrasi dalam penanggulangan krisis kesehatan guna memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pelayanan kesehatan,” tambahnya.

Dalam situasi darurat, kluster kesehatan akan diaktifkan menjadi Health Emergency Operational Center (HEOC). Adapun manajemen krisis kesehatan menitikberatkan pada upaya pengurangan risiko bencana dengan melakukan kajian risiko, penguatan pengelolaan risiko, perencanaan dan penganggaran untuk pengurangan risiko, menyusun rencana kontinjensi dan simulasi, mengembangkan sistem peringatan dini, membentuk tim reaksi cepat, dan menyiapkan logistik kesehatan.

Kebijakan dan Intervensi Gizi dalam Penanggulangan Banjir di Indonesia selanjutnya disampaikan oleh Tiska Yumeida, S.K.M., M.A. M.S.E., dari Direktorat Gizi dan KIA Kemenkes RI. Tiska menjelaskan bahwa sub klaster gizi menjadi salah satu klaster kesehatan yang mendapatkan komando untuk merespon masalah yang ada di lapangan. “Respon gizi akan tetap sama pada setiap bencana, yaitu dengan berfokus pada Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), gizi buruk, sumplementasi gizi, dan dukungan gizi kelompok rentan lainnya,” terang Tiska.

Lebih lanjut, materi terkait Mitigasi dan Kesiapsiagaan Banjir Jakarta menjadi pembahasan yang disampaikan oleh Mohammad Yohan, S.T., S.E., M.A.P., dari BPBD Provinsi DKI Jakarta. Mohammad Yohan merangkum bahwa terdapat tiga potensi banjir yang ada di Jakarta, yakni luapan sungai, hujan lokal, dan rob. Terdapat rencana kontinjensi banjir yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dinas Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Dishidros AL), dan tenaga ahli Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam upaya menganalisis curah hujan tinggi yang akan terjadi. Teknik modifikasi cuaca juga ikut menjadi upaya penanggulangan bencana banjir Jabodetabek. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan menjatuhkan hujan di daerah-daerah aman seperti di Selat Sunda dan Laut Jawa serta mengatur bibit-bibit curah hujan agar tidak terlalu tinggi.

Peran Lembaga Kemanusiaan dalam Optimalisasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat pada Bencana Banjir di Indonesia menjadi topik selanjutnya yang disampaikan oleh Dedi Setiawan, M.M., dari BSI Maslahat. Pada kondisi bencana, Lembaga Kemanusiaan berperan dalam pengkajian kebutuhan tanggap darurat, pemulihan, dan rehabilitasi-rekonstruksi, perbaikan lingkungan, prasarana dan sarana umum, pelayanan kesehatan dan kesehatan jiwa, promosi kesehatan dan logistik kesehatan, data dan informasi, serta pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan. Adapun peran konkrit lembaga kemanusaian pada aspek gizi dan kesehatan masyarakat meliputi pembuatan rencana respon pasca bencana yang terintregasi hingga fase rehabilitasi-rekonstruksi serta adanya implementasi dan monev program kesehatan pasca bencana terintegrasi yang mungkin membutuhkan lintas klaster dan sub klaster. “Penting sekali memberikan investasi lebih pada masa sebelum bencana (pra-bencana) karena dapat meningkatkan kapasitas ketika terjadi bencana dan masyarakat memiliki daya lenting serta resiliensi yang baik,” pungkas Dedi Setiawan, dalam pemaparannya. (ITM)

Leave a Reply