Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali mengadakan web seminar (webinar) dalam rangka merespon perkembangan pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia. Pada webinar seri ke-13 yang diselenggarakan pada Senin, 22 Juni 2020 kali ini, FKM UI menghadirkan dua narasumber ahli yaitu Prof. Dr. dr L. Meily Kurniawidjaja, M.Sc, Sp.OK, Guru Besar dalam bidang K3 FKM UI dan Dr. Dian Kusuma, SKM, MPH, ScD, Global Health Researcher, Imperial College, London. Webinar kali ini dimoderatori oleh Dr. Martya Rahmaniati Makful, S.Si, M.Si, Ketua Departemen Biostastistik & Kependudukan FKM UI.
Pada sesi opening remarks, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc menyampaikan bahwa dengan memasuki masa transisi adaptasi kebiasaan baru (new normal) perlu dilakukan banyak penyesuaian di tempat yang ramai dengan aktivitas seperti di tempat kerja. Selain itu, Doktor Asih juga menambahkan bahwa pentingnya untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi penyakit tidak menular yang menjadi komorbid dari penyakit COVID-19.
Protokol Kesehatan di Tempat Kerja, Tidak Terpajan COVID-19 dan Tetap Berkarya
Saat ini perkembangan pandemi COVID-19 menjadikan beberapa kebijakan dilaksanakan. Salah satunya adalah kebijakan pembatasan sosial skala besar atau lebih dikenal dengan PSBB. Dimulai dari 31 Maret 2020, pemerintah telah menjalankan kebijakan PSBB dengan menghimbau masyarakat bekerja, belajar, dan aktivitas lain dari rumah hingga kini. Di Indonesia, dengan berlakunya PSBB tentu menurunkan jumlah kasus, namun hal ini berdampak kepada hal lain, seperti tingkat stres yang meningkat, produktivitas menurun, dan dampak lain yang dirasakan saat beraktivitas dari rumah.
Saat ini kebijakan pelonggaran PSBB telah dilakukan untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada. Kebijakan ini dikenal dengan istilah new normal atau adaptasi kebiasaan baru. Adaptasi kebiasaan baru dilakukan dengan cara mengutamakan protokol kesehatan baik dalam bekerja maupun beraktivitas dimanapun dan bagi siapapun.
Protokol kesehatan menjadi salah satu hal yang utama dalam adaptasi kebiasaan baru di tempat kerja. Dalam memberlakukan adaptasi kebiasaan baru, perlu ditentukan target dan strategi promosi terkait keberlangsungannya.
“Yang menjadi target dari protokol kesehatan di tempat kerja adalah pemberi kerja, pekerja, dan pelanggan. Strategi promosi di tempat kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan soft power, disampaikan dengan menarik, mengutamakan partisipasi pekerja dengan bahasa yang awam, dan menghadirkan tokoh-tokoh penting seperti pemberi kerja”, ujar Prof. Meily.
Lebih lanjut, Prof. Meily menambahkan bahwa protokol kesehatan di tempat kerja adalah harga mati yang harus dilakukan di era adaptasi kebiasaan baru. Beberapa hal yang mendasar dalam protokol kesehatan tersebut ialah orang tanpa gejala atau OTG yang tak dapat dikendalikan, kepentingan medis yang belum terdapat vaksin, imunitas terhadap virus, dan viral load yang berkaitan dengan infeksi ringan atau sakit berat.
Selain itu, dalam menjalankan protokol kesehatan di tempat kerja tentu harus mengutamakan prinsip perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS. Dalam menjalankan PHBS, Prof. Meily menyampaikan penting untuk melakukan ‘Pancalogi Pola Hidup Sehat’ dengan mengutamakan beberapa hal, yaitu pola makan seimbang, cukup tidur, pengendalian penyakit kronik, menghindari rokok dan alkohol, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Tantangan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular di Era Adaptasi New Normal
COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 telah menyebar di hampir seluruh belahan dunia. Pandemi ini dikenal memiliki beberapa komorbid yang disebabkan oleh penyakit lain tak terkecuali penyakit tidak menular atau dikenal dengan PTM. Penyakit tidak menular yang diidap oleh individu tertentu dapat menyebabkan dirinya lebih rentan terserang COVID-19. Penyakit tidak menular yang dimaksud seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan lain-lain. Faktor risiko dari PTM tersebut juga dapat menjadi penyebab keparahan dari COVID-19. Selain lebih rentan, individu dengan PTM dan faktor risiko tersebut dapat memiliki konsekuensi lebih parah apabila terserang COVID-19.
Saat ini kondisi PTM di Indonesia berada pada angka beban yang tinggi. Sebagai contoh, prevalensi beberapa PTM seperti stroke, diabetes, dan hipertensi mengalami peningkatan tiap tahunnya menurut Riset Kesehatan Dasar 2018 (RISKESDAS). Selain prevalensi, angka peningkatan faktor risiko PTM seperti kebiasaan merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas juga mengalami peningkatan.
“Dengan kondisi PTM di Indonesia yang hampir mendekati epidemi, kita dapat mengambil contoh dari negara lain, diantaranya adalah dengan mencontoh dan melakukan kebijakan food policies, reformasi sistem kesehatan terkait PTM, tobacco control, dan kebijakan di era new normal”, ungkap Doktor Dian. Lebih lanjut, di era adaptasi kebiasaan baru, penanggulangan PTM dilakukan dengan cara prevention, screening, dan treatment. (MFH)