Webinar Seri 15 FKM UI: Program Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Era Pandemi COVID-19 dan Dampak Pandemi COVID-19 pada Program Kesehatan Masyarakat di Indonesia

FKM UI kembali mengadakan webinar pada Senin, 29 Juni 2020 dalam rangka merespon perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia. Dalam webinar kali ini, FKM UI mengundang dua narasumber, yaitu Dr. dr. Brian Sri Prahastuti, MPH, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI dan dr. Pandu Riono, MPH, Ph.D, tenaga pengajar Departemen Biostatistik dan Kependudukan, FKM UI serta dimoderatori oleh Vetty Yulianty Permansari, S.Si., MPH. Selain itu, webinar seri 15 ini juga merupakan rangkaian dari perayaan Dies Natalis ke-55 FKM UI yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2020.

Pada sesi sambutan, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc menyampaikan bahwa pentingnya program kesehatan masyarakat yang tetap penting untuk dilakukan di tengah pandemi COVID-19 yang mewabah. Program-program tersebut meliputi program gizi, kesehatan ibu dan anak, dan program kesehatan masyarakat lainnya.

Program Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di Era Pandemi COVID-19

Stunting menjadi masalah gizi utama yang harus dicegah dan ditanggulangi. Meski di tengah pandemi COVID-19, permasalahan stunting tetap menjadi isu strategis kesehatan yang tetap dilakukan. Masalah stunting diatasi dengan tujuan sesuai janji presiden, yaitu percepatan perbaikan gizi.

Salah satu aspek untuk pelaksanaan percepatan perbaikan gizi adalah dengan mengutamakan kesehatan ibu dan anak meliputi aspek peningkatan akses bagi perempuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Cara pertama adalah dengan memberikan akses ke fasilitas layanan kesehatan, kontrasepsi, dan keluarga berencana. Lalu, dengan memperhatikan kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut dan pemberian edukasi serta informasi kesehatan reproduksi termasuk aspek lain yang menjadi bagian. Melalui cara tersebut, angka kematian ibu yang saat ini berada pada 305 dapat diturunkan menjadi 183 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2024. Sementara itu, dari segi pencegahan dan penanggulangan stunting, terdapat tiga poin penting, yaitu pola pangan, pola asuh, dan sanitasi.

“Implementasi intervensi pencegahan dan penanggulangan stunting dalam situasi pandemi COVID-19 dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang berprinsip pada perlindungan kesehatan individu, perlindungan kesehatan masyarakat, dan ruang lingkup yang meliputi pengelola, penyedia layanan, dan pengguna”, ujar Doktor Brian. Lebih lanjut, protokol kesehatan yang dikhususkan untuk intervensi pencegahan dan penanggulangan stunting dalam situasi pandemi dilakukan dalam berbagai tahapan, yaitu kesiapan pelayanan kesehatan, pelaksanaan layanan kesehatan, tele-health­, partisipasi masyarakat dan pengaduan terhadap masalah stunting yang ada.

Dampak Pandemi COVID-19 pada Program Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Pandemi COVID-19 memberikan dampak terhadap kesehatan di Indonesia, terutama pada aspek kesehatan masyarakat. Pandemi COVID-19 tentu memberikan tantangan baru bagi para ahli maupun praktisi kesehatan masyarakat.

Secara umum, pelayanan kesehatan, yaitu promosi, pencegahan, deteksi dini, perawatan, dan rehabilitasi mengalami tantangan yang harus dihadapi. Secara khusus, tantangan atau disrupsi kesehatan masyarakat di Indonesia akibat COVID-19 terjadi karena pengurangan aktivitas diagnosis dan visitasi klinis, penundaan pemeriksaan penyakit, dan penanganan terhadap penyakit tertentu.

Sebagai contohnya, Doktor Pandu mengumpamakan pelayanan kesehatan penyakit tuberculosis atau TB. Ketika pandemi COVID-19 mewabah, penanganan terhadap penyakit TB mengalami perubahan yang ditunjukkan dengan pengurangan insiden kasus TB yang terdeteksi dan pengurangan kasus TB yang berhasil disembuhkan.

Lebih lanjut, Doktor Pandu juga menjelaskan beberapa hikmah yang bisa diambil akibat dari mewabahnya pandemi COVID-19, antara lain, yaitu tingkat awareness masyarakat yang semakin membaik dengan berbagai protokol kesehatan ‘3M’ atau memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Tak hanya itu, Doktor Pandu juga menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 dapat dijadikan pelajaran berharga untuk penentuan kebijakan dalam menghadapi krisis serupa pandemi selanjutnya dan agar siapapun menjadi lebih siap ke depannya. (MFH)