Senin, 11 Mei 2020, FKM UI menyelenggarakan Web Seminar seri 2. Kali ini, pembicara yang dihadirkan adalah dua ahli kesehatan masyarakat dari dua bidang yang berbeda. Narasumber pertama adalah Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc, Ph.D dari Departemen Gizi FKM UI dan yang kedua adalah dr. Kemal N. Siregar, SKM, MA, Ph.D dari Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI.
Webinar ini dibuka oleh Pj. Dekan FKM UI Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc yang menyampaikan kondisi Indonesia yang berada pada kondisi darurat kesehatan masyarakat. Terdapat dua kata kunci yang ada, yaitu pencegahan dan pengorganisasian masyarakat. Kedua hal tersebut sangat penting untuk menghadapi dan menghilangkan faktor risiko pandemi COVID-19 secara maksimal.
Kebijakan Gizi Kesehatan Masyarakat dalam Pandemi COVID-19
Sesi ini disampaikan oleh Doktor Syafiq sebagai tenaga pengajar FKM UI dan ahli gizi kesehatan masyarakat. Dalam pemaparannya, Doktor Syafiq menyampaikan mengenai Kebijakan Gizi Kesehatan Masyarakat dalam Pandemi COVID-19.
Kebijakan gizi kesehatan masyarakat dapat dilihat dari segi sistem, dimensi, dan konten dari kebijakan. Sistem gizi kesehatan masyarakat merupakan irisan dari dimensi biologis dan sosial. Lebih lanjut, sistem gizi kesehatan masyarakat meliputi program gizi di masyarakat dan ketahanan gizi.
Doktor Syafiq menjelaskan bahwa inti dari relevansi gizi dalam pandemi COVID-19 adalah gizi yang baik merupakan prasayarat bagi berfungsinya sistem imun. Gizi berperan untuk imunitas dalam menghadapi COVID-19 yang bisa didapatkan pada seluruh kelompok pangan dengan peran sebagai sumber zat gizi yang berbeda-beda demi mencegah terjadinya malfungsi sistem imun.
Sebagai dasar dalam sistem pangan dan gizi perlu dipastikan bahwa produksi dan distribusi pangan terjamin, akses ketersediaan, ekonomi (affordability), serta secara kultural sudah terpenuhi kondisinya. Sebagai contoh program, intensifikasi dan ekstensifikasi produk pangan seperti urban dan house farming, logistik pangan dan gizi, serta operasi pasar untuk pengendalian harga pangan bisa menjadi pilihan yang dilakukan.
Selain itu, pada kondisi pandemi ini, program dan layanan gizi di masyarakat harus tetap berjalan. Beberapa pogram di posyandu, program penurunan stunting, imunisasi, hingga program 1000 HPK harus tetap dilakukan dengan penyesuaian. Lebih lanjut, kebijakan community food bank dan alokasi dana jaringan pengaman sosial serta dana desa untuk makanan dan gizi pun memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
Kebijakan gizi dalam pandemi COVID-19 perlu dilakukan pada berbagai level, yaitu individu, komunitas, hingga nasional. Pada level individu, masyarakat perlu bertanggungjawab dalam memastikan konsumsi makanan gizi seimbang, tetap beraktivitas fisik, istirahat cukup dan mencegah misinformasi (hoaks) mengenai gizi dan makanan. Dampak negatif dari misinfomasi dapat berupa keracunan.
Selanjutnya pada level komunitas, sangat penting untuk mencegah ‘panic-buying’ dan menimbun makanan (food hoarding). Oleh karena itu, pada level komunitas, penting untuk membangun sistem informasi dan dukungan untuk melakukan identifikasi kelompok rawan serta memprioritaskannya. Kelompok rawan yang dimaksud adalah kelompok lansia yang memilki tingkat keparahan dan mortalitas akibat COVID-19 yang lebih tinggi. Perlu adanya prioritas terhadap gizi lansia untuk mencegah penurunan imunitas akibat kekurangan gizi.
Di level nasional, tantangan dari gizi ialah penyediaan makanan bergizi bagi masyarakat di tengah ancaman tidak terjaminnya pangan (food insecurity) dan destabilisasi ekonomi. Penyediaan makanan tidak hanya disediakan dalam bentuk ‘sembako’, melainkan dalam bentuk ‘food basket’ yang lebih lengkap dari segi kecukupan gizi. Selain itu, kebijakan untuk mendorong kemandirian pangan seperti pengurangan impor, adanya subsidi, dukungan keringanan pajak untuk produksi pangan, dan mobilisasi sumber daya ketersediaan pangan menjadi strategi yang dapat diambil sebagai bentuk kebijakan di saat pandemi COVID-19 ini.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah dengan membangun dan menjaga komunikasi dua arah dengan masyarakat dan edukasi massal mengenai gizi seimbang. Kemenkes RI perlu diapresiasi karena telah mengeluarkan panduan gizi seimbang pada masa pandemi COVID-19 namun sosialisasi yang dilakukan harus lebih gencar lagi ke masyarakat.
Tentu, kebijakan gizi yang diambil harus berdasarkan bukti yang kuat dan transparansi informasi serta kesamaan visi dari pemerintah dan elemen lain yang berkepentingan. Bagi masyarakat, kebijakan gizi harus berfokus pada pemberdayaan masyarakat.
Aplikasi KitaAman.id dalam Menghadapi Pandemi Covid-19
Sesi selanjutnya disampaikan oleh Doktor Kemal mengenai aplikasi KitaAman.id. Perancangan aplikasi ini dibuat berdasarkan pada situasi pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia. Saat ini, Indonesia menghadapi situasi pandemi COVID-19 yang semakin meluas dengan kebijakan PSBB yang berjalan.
Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Komposisi sehat dan sakit dari penduduk mengalami perbedaan dari sebelum mewabahnya pandemi ini. Tentunya, respons kesehatan masyarakat harus berubah untuk menghadapi pandemi COVID-19. Promosi kesehatan, pencegahan spesifik seperti PSBB, ketidak-berdayaan sosio-ekonomi dan proses rehabilitasi sudah dilakukan demi memutus rantai penularan.
Aplikasi KitaAman.id berfungsi untuk melakukan deteksi dini agar pengobatan bisa segera dilakukan. KitaAman.id berbentuk aplikasi Open Data Kit (ODK) yang bisa digunakan oleh relawan kesehatan masayarakat untuk mengenali kondisi masyarakat yang melakukan ‘self assesment’ untuk mengenali tingkat risiko tertular COVID-19 hingga identifikasi penderita COVID-19 itu sendiri.
Untuk menggunakan aplikasi KitaAman.id pengguna hanya perlu mengakses laman kitaaman.id. tahapan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengisi formulir yang tertera pada situs. Masyarakat umum bisa mengisi data diri sesuai dengan petunjuk pengisian formulir dengan terlebih dulu memindai QR code pada situs.
Aplikasi KitaAman.id merupakan bentuk kerjasama para akademisi dari ITB, UI, dan IPB. Relawan kesehatan yang sudah diberdayakan untuk menggunakan aplikasi ini terhitung sudah terdapat hingga 250 orang yang nantinya akan terus bertambah.(MFH)