FKM UI kembali mengadakan web seminar untuk menanggapi perkembangan pandemi COVID-19 di Indonesia pada Rabu, 20 Mei 2020. Webinar Seri 5 kali ini mengundang ahli kesehatan masyarakat, yaitu Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso, SKM dari Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI, Dr. Ede Surya Darmawan, SKM, MDM dari Departemen AKK FKM UI. Adapun kedua ahli merupakan tenaga pengajar dari FKM UI yang masing-masing akan membawakan tema ‘Kesiagaan Lansia di Era COVID-19’, ‘Manajemen Pandemi COVID-19 dan Peran Masyarakat’, dan satu topik lagi yaitu ‘Pengembangan Teknologi Penjernih Ruang Terkontaminasi Virus Corona’ disampaikan oleh pembicara tamu yang juga merupakan dosen tamu MA Pencemaran Udara di Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI, Esrom Hamonangan, PhD .
Webinar kali ini dimoderatori oleh Dr. Budi Hartono, S.Si, MKM, yang merupakan Kepala Program Studi S2 IKM FKM UI dan dibuka oleh Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc, Pj. Dekan FKM UI yang memberikan opening remarks. Doktor Sabarinah menyampaikan bahwa webinar kali ini membahas topik dari segi pencegahan dan promotif. Kondisi ini pun relevan dengan keadaan yang sedang berlangsung di Indonesia, yaitu keadaan darurat kesehatan masyarakat yang terjadi akibat pandemi COVID-19.
Kesiagaan Lansia di Era COVID-19
Kelompok lansia atau orang lanjut usia termasuk kategori yang berakibat pada kematian di Indonesia. Berdasarkan data, tingkat kematian atau case fatality rate pada usia lansia tercatat cukup tinggi. Untuk lansia kelompok muur 50 hingga 69 tahun berada pada 0,31-1%, 70 hingga 79 tahun berada pada angka 2,95% dan terus meningkat di kelompok umur 80-89 tahun yaitu 4,47%. Di Indonesia sendiri, fatality rate untuk kelompok umur di atas 60 tahun berada pada angka 17% (ketika kasus menyentuh angka 700). Gambaran tersebut tentu bisa dijadikan mengapa harus dilakukan kesiagaan pada lansia dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Sudah diketahui bahwa virus SARS-CoV-2 memiliki karakteristik yang sama dengan virus SARS dan MERS. Namun, virus penyebab pandemi COVID-19 ini punya tingkat keparahan dan kecepatan penyebaran yang jauh lebih parah dari dua virus lainnya. Virus ini dapat menyebar melalui droplet dan kontak jarak dekat dengan penderita. SARS-CoV-2 pun terbukti dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap lansia, ibu hamil, dan penderita kanker.
Dampak virus SARS-CoV-2 terhadap lansia dapat lebih berbahaya karena beberapa hal, yaitu pertambahan usia, penurunan fungsi organ, dan akibat penyakit lain. Pertambahan usia cenderung melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga risiko lansia terserang penyakit COVID-19 tentu akan lebih besar. Sementara itu, lansia dengan co-morbid seperti stroke, diabetes, dan penyakit lainnya dapat memperberat kondisi dari lansia apabila terkena COVID-19.
“Lansia tentu menjadi salah satu kelompok ‘incaran’ dari virus SARS-CoV-2 meski masih berada di tingkatan usia dewasa untuk kasus kematian di Indonesia. Namun, risiko kematian pada lansia terus bertambah pada usia hingga 80-89 tahun sesuai data fatality rate di dunia”, ungkap Prof. Sudijanto.
Oleh karena itu, dalam menghadapi keganasan dari pandemi COVID-19, para lansia harus melakukan beberapa hal agar dapat mencegah penularan. Prof. Sudijanto menyampaikan bahwa para lansia harus mengikuti anjuran pemerintah seperti melakukan physical distancing, cuci tangan secara teratur, dan konsumsi obat rutin apabila ada penyakit lain.
Tak cukup hanya mengikuti anjuran pemerintah, para lansia juga harus melakukan kegiatan mandiri dengan olahraga ringan, berjemur, dan mengelola stres dengan baik. Dengan pengelolaan stres yang cukup, imunitas tubuh akan lebih baik. Konsumsi makanan bergizi juga tak kalah penting dengan asupan gizi seimbang sesuai kalori dan konsumsi air yang cukup bagi para lansia.
Manajemen Pandemi COVID-19 dan Peran Masyarakat
Dalam menghadapi pandemi COVID-19, tentu diperlukan manajemen pandemi dan peran dari masyarakat. Di Indonesia sendiri, pandemi COVID-19 terus mengalami pengingkatan kasus. Bahkan saat ini sudah menjadi salah satu negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara. Oleh karena itu pentingnya peran dan fungsi kesehatan masyarakat dalam menghadapi pandemi.
Manajemen dengan pendekatan kesehatan masyarakat perlu dilakukan dalam menghadapi pandemi COVID-19. Tentunya, proses assesment, policy development, dan assurance menjadi kunci untuk menghadapi pandemi ini. Proses assesment dan policy development harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat. Sementara itu, assurance harus dipastikan dengan jelas dan dalam fokus penuh.
“Pelaksanaan PSBB yang berbeda dengan karantina wilayah dan menyeluruh atau lockdown harus dilaksanakan dengan definisi yang jelas agar tujuan mengurangi penularan pandemi COVID-19 dapat tercapai”, ungkap Doktor Ede.
Manajemen pandemi terbagi menjadi tiga poin penting, yaitu to prevent, to detect, dan to response. Ketiga poin tersebut tak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Tentu ketiga poin tersebut harus bisa dilakukan mulai dari masyarakat, tenaga kesehatan, birokrasi dan dunia usaha, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat.
Peran masyarakat dalam manajemen pandemi sangat penting. Masyarakat adalah garda terdepan dalam menghadapi pandemi yang tentunya menjadi kunci dalam pemutusan rantai penularan. Hal tersebut dapat terjadi dengan melakukan berbagai upaya seperti PHBS, physical distancing, dan upaya lainnya mengingat belum adanya vaksin untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19 harus dilakukan dengan kesadaran masyarakat dan dibantu dengan tenaga kesehatan yang membina masyarakat. Harapannya, dengan upaya yang dilakukan, masyarakat menjadi tahu, waspada, mau, dan mampu mencegah penularan dari pandemi COVID-19.
Pengembangan Teknologi Penjernih Ruang Terkontaminasi Virus Corona
Teknologi untuk menjernihkan ruangan terkontaminasi virus corona sedang dalam tahap pengembangan yang dilakukan oleh Doktor Esrom beserta tim dari akademisi dan praktisi. Teknologi ini berfokus pada alat penjernih ruangan. Pembuatan alat ini dilakukan berdasarkan pentingnya kualitas udara yang bersih dari polutan, partikel, zat, racun, tak terkecuali virus.
Mengingat belum ditemukannya vaksin, teknologi penjernih ruangan dapat menjadi salah satu pilihan dalam menangani virus corona. Teknologi ini bernama COVID Buster Technology. Alat ini terbagi menjadi tiga komponen, yaitu UV Chamber, Air Purifier, dan Tower Fan. UV Chamber pada alat ini berfungsi untuk mensterilkan udara yang akan dialirkan kedalam Air Purifier. Lalu, udara yang masuk ke dalam Air Purifier difilitrasi dan ditingkatkan kualitasnya menjadi lebih baik dengan penambahan unit ion generator. Berdasarkan uji lab, alat ini sudah bekerja dengan baik untuk menjaga kualitas udara dengan memproduksi anion. Alat penjernih ruangan dapat menonaktifkan virus hingga 99% di udara dalam waktu satu detik. Selain itu alat ini juga dapat membunuh bakteri lewat penghancuran dinding sel.
“Secara gambaran, proses kerja alat ini adalah dengan cara mengubah komponen lemak, protein, dan asam nukleat dari virus dan membunuh patogen sehingga membuat virus menjadi tak berbahaya”, ucap Doktor Esrom.
COVID Buster Technology dapat digunakan untuk membunuh bakteri dan virus lebih baik dengan teknologi yang sudah ada sebelumnya. Nantinya, teknologi ini dapat digunakan di ruangan kantor, rumah hunian, ruangan publik, ruang isolasi pasien, ruang tim medis, hingga fasilitas umum seperti di kendaraan. (MFH)