Telah berlangsung workshop internasional di bidang kaji etik pada 22-23 Februari 2019 di Ruang Promosi Doktor FKM UI. Acara bertajuk International Workshop: Enhancing Quality of Ethical Review Committee (ERC) and Improving Capacity for Ethic Review on Public Health Research ini diinisiasi oleh Komunitas Global Health Initiative Indonesia dan CHAMPS FKM UI bekerja sama dengan Bergen School of Philosophy Norway.
Key note speech disampaikan oleh Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D. Dalam pidatonya beliau menyampaikan capaian publikasi jurnal Indonesia terindeks Scopus yang terus ditingkatkan kuantitasnya dari tahun ke tahun hingga mencapai angka 10.793 pada tahun 2017. Salah satu strategi dalam meningkatkan jumlah jurnal internasional adalah mewajibkan Profesor untuk menulis jurnal. Kedepannya target Indonesia selanjutnya adalah meningkatkan kualitas, impact factor, dan sitasi.
Rangkaian workshop ini menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai instansi di dunia. Salah satunya adalah Dr. Farukh Qureshi dari WHO yang menyampaikan perspektif WHO dalam kaji etik kesehatan masyarakat yang multidiensional.
“Public Health ethic is much broader than medical ethic. We should consider the appropriateness to disseminate the research not only the health ethics (beneficial, autonomy, non-maleficent, justice) but also the non-health dimension such as social, commercial, and political issue.”
“Etik dalam kesehatan masyarakat lebih luas daripada etik di bidang medis. Peneliti harus memperhatikan kepatutan ketika menyebarkan hasil penelitian tidak hanya dari etik kesehatan (beneficial, autonomy, non-maleficent, dan justice) namun juga dari dimensi lain seperti sosial, komersial, dan politik”, ujar Dr. Farukh Qureshi.
Selain pembicara dari WHO, workshop ini turut menghadirkan pembicara yang berkecimpung di bidang etik lainnya yaitu Prof. Dr. Reidar Lie dari National Institute of Health USA, Prof. Jaranit Kaewkungwal dan Pornpimon Adams dari Mahidol University Thailand, serta Dr. Triono Sundoro dari KEPPKN Kementerian Kesehatan RI.