Trifosa Rehuel Alfasan, mahasiswa Program Studi Sarjana Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) berkesempatan mengikuti misi pertukaran budaya di Korea Selatan dalam Program Youth Education and Cultural Tour South Korea Autumn Edition tahun 2023 oleh Garuda Nusa Foundation. Youth Educational and Cultural Tour (YECT) merupakan wadah bagi generasi muda untuk mengaktualisasikan diri dan berkolaborasi serta melihat perspektif luas dari kemajuan suatu negara yang kemudian dapat menumbuhkan mindset positif dalam membangun Indonesia. Salah satu tujuan dari YECT adalah menumbuhkan jiwa nasionalisme dan benchmark generasi muda agar mempunyai daya saing di level dunia. Hal ini selaras dengan tema YECT tahun ini yakni “Innovation to Increase the Global Competitiveness of Indonesian Youth”. Kegiatan misi pertukaran budaya ini menjadi wadah bagi Trifosa untuk memberikan inovasi terhadap isu yang berkaitan dengan Sustainable Development Goals (SGGs). Fokus pada program ini adalah peningkatan awareness terkait kebudayaan dan inovasi.
Di Indonesia permasalahan gizi masih menjadi permasalahan yang belum usai. Salah satu penyebabnya adalah tingginya ketergantungan masyarakat pada beras yang sebenarnya belum tentu dapat tumbuh di setiap wilayah. Contohnya, daerah Papua dan Maluku yang lebih cocok ditanami tanaman karbohidrat sejenis sagu. “Padahal, keragaman sumber pangan Indonesia yang tertinggi di dunia setelah Brazil adalah suatu potensi yang dapat dioptimalkan. Kekayaan yang patut dibanggakan serta cukup untuk memenuhi gizi masyarakat di seluruh penjuru negeri,” ujar Trifosa.
Belajar dari fenomena “Kwichon”, yakni banyaknya anak muda yang memilih menjadi petani ketimbang bersaing dengan biaya hidup mahal di perkotaan. Menurut Trifosa Indonesia juga perlu menghargai keanekaragaman hayati sebagai aset berharga. “Seharusnya kita perlu belajar menghargai petani karena sejatinya kehidupan manusia berakar pada makanan yang ditanam dari tanah. Modern tak melulu soal gedung bertingkat, tetapi masyarakat yang maju dengan kekayaan bangsa,” tambahnya.
Tidak hanya menyampaikan gagasan, program ini juga mengantarkan Trifosa bersama dengan delegasi lain berkunjung ke kantor KBS World dan Gangnam Medical Tourism Center, dan Seoul International Invention Fair. Selain itu, terdapat sesi sharing dengan mahasiswa di Ewha Womens University dan Yonsei University.
Dalam beberapa kesempatan Trifosa mengamati budaya masyarakat Korea Selatan yang sangat menghargai makanan dan kebersihannya. Terbukti dari kedai makanan streetfood yang tetap bersih walaupun ramai pengunjung. Selama tinggal di Korea Selatan, menu makanan yang ia dapatkan juga selalu didampingi dengan sayuran (baik sayuran fresh ataupun kimchi), dan menurutnya budaya kecil ini yang menjadikan orang-orang Korea Selatan secara fisik selalu terlihat sehat. Dokter dari Gangnam Medical Tourism Center juga mengatakan bahwa memang benar salah satu rahasia kulit cantik dan tubuh tinggi orang korea adalah dari makanan yang mereka konsumsi sehari-hari dan konsumsi vitamin yang rutin.
Saat berkunjung ke Seoul International Invention Fair, Trifosa bersama delegasi lain pun mengunjungi booth delegasi dari malaysia yang memiliki inovasi skincare dengan bahan-bahan sustainable, yakni beberapa bahan sumber daya alam yang umum ditemukan tetapi belum maksimal penggunaannya. Kesempatan ini sangat bermanfaat bagi Trifosa karena berkaitan dengan studi gizi yang sedang digeluti Trifosa. Pengalaman ini membuka fakta akan pentingnya menggali penggunaan sumber daya alam Indonesia dan memaksimalkan manfaat dari potensi-potensi yang mungkin sebelumnya belum diketahui. Tentu saja untuk membawa masa depan gizi Indonesia yang lebih baik. (DFD)