Doktor FKM UI Teliti Faktor Risiko dan Model Prediksi Seropositif Imunoglobulin-G Toxoplasma Gondii pada Pasien Human Imunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome

Pada Jum’at, 10 Januari 2025 Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Sidang Promosi Doktor Epidemiologi bagi Promovendus Rizky Fajar Meirawan dengan Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., bertindak sebagai Ketua Sidang. Rizky Fajar Meirawan mempertahankan disertasi dengan judul “Faktor Risiko dan Model Prediksi Seropositif Imunoglobulin-G Toxoplasma Gondii pada Pasien Human Imunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome”.

Dalam disertasinya, Rizky Fajar menjelaskan hubungan antara perilaku seks oral dan konsumsi daging ruminansia bakar dengan seropositif Imunglobulin-G (IgG) dari toxoplasma gondii pada pasien Human Imunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Seropositif IgG mengindikasi adanya infeksi kronis toxoplasma gondii pada pasien HIV. Infeksi toxoplasma gondii dapat mengakibatkan kematian dan penyakit sistem saraf yang berbahaya, seperti meningitis (radang selaput otak) atau encephalitis (radang otak). Namun, gejala klinis dari infeksi toxoplasma gondii tidak muncul, ketika kondisi imunitas dari pasien HIV dalam kondisi yang cukup baik. Terutama dalam kondisi kadar CD4 masih di atas 200 sel per mm3.

Meningitis dan enchephalitis merupakan dua penyakit yang berbahaya, dampak dari infeksi toxoplasma gondii. Kedua penyakit ini muncul karena pelemahan pertahanan tubuh, yang salah satunya disebabkan oleh turunnya kadar CD4 hingga di bawah 200 sel per mm3. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya kedua penyakit tersebut adalah melakukan pemeriksaan serologi toxoplasma gondii, dan melakukan tindakan pengobatan infeksi, jika hasil pemeriksaan serologi menunjukkan hasil positif.

Dalam disertasinya, Rizky Fajar menjelaskan bahwa status serologi positif dari toxoplasma gondii dapat diprediksi melalui pengukuran hubungan seks oral dan konsumsi daging ruminansia bakar. Hubungan seks oral di definisikan sebagai perilaku seks oral dari pasien HIV dengan pasangan yang tidak menggunakan kondom, disertai perilaku menelan cairan ejakulasi dari pasangannya. Hubungan seks oral ini berhubungan dengan infeksi karena potensi ingesti (tertelan) toxoplasma gondii yang terdapat pada cairan ejakulasi.

Ruminansia merupakan kelompok hewan ternak dengan lambung majemuk, seperti sapi, kambing, domba, dan kerbau. Ternak ruminansia berpotensi terinfeksi toxoplasma gondii, karena memakan rumput dan hijauan yang tercemar ookista toxoplasma gondii. Sumber cemaran ookista tersebut adalah feses kucing yang mengandung ookista toxoplasma gondii. Di dalam daging ternak ruminansia yang terinfeksi, akan terdapat kista toxoplasma gondii.

Konsumsi daging ternak ruminansia dengan cara dibakar (sate/grill/steak) memungkinkan kista toxoplasma gondii yang berada di dalam daging tetap bertahan. Sehingga ketika pasien HIV/AIDS mengonsumsinya, maka ia dapat terinfeksi toxoplasma gondii. Oleh karena itu, toxoplasma gondii termasuk dalam food borne disease (penyakit bersumber makanan).

Rizky Fajar menyarankan, pemeriksaan perilaku hubungan seks oral dan konsumsi daging ruminansia bakar ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan HIV. Dalam disertasinya, Rizky Fajar telah merancang sebuah instrumen berupa kuesioner, untuk mengukur kedua perilaku tersebut pada pasien HIV. Pasien HIV yang memiliki perilaku berhubungan seks oral dan/atau mengonsumsi daging ruminansia bakar, sebaiknya mendapatkan rujukan untuk melakukan pemeriksaan serologi toxoplasma gondii, meskipun kondisi pasien belum menunjukkan gejala klinis. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit di fase awal (early detection), sehingga proses pengobatan dapat dilakukan lebih dini. Harapannya, tindakan early detection ini dapat meningkatkan angka harapan hidup dari pasien HIV, melalui pengobatan infeksi toxoplasma gondii.

Dalam disertasinya, Rizky Fajar menyarankan Kementerian Kesehatan dan seluruh pihak yang terkait dalam program pengendalian HIV di Indonesia untuk mengampanyekan perilaku seks, khususnya seks oral yang sehat. Penggunaan kondom ketika berhubungan seks oral, serta memasak daging ruminansia hingga matang merupakan 2 langkah yang mampu menurunkan risiko infeksi Toxoplasma gondii dari pasien HIV.

Dalam menyusun disertasinya, Rizky Fajar mendapatkan bimbingan dari Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, S.K.M., M.Sc., selaku Promotor, serta Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc., dan Prof. dr. Agnes Kurniawan, Ph.D., Sp.Par.K. (K) selaku Ko-Promotor. Rizky Fajar berhasil mempertahankan disertasinya, dari sanggahan tim penguji, yang diketuai oleh Prof. Dr. R. Budi Haryanto, S.K.M., M.Kes., M.Sc., serta tim penguji dalam sidang promosi ini beranggotakan Prof. Dr. dr. Evy Yunihastuti, Sp.PD, K-AI, FINASIM; Prof. Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, M.S.; Prof. Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M.; dan Prof. Dr. Besral, S.K.M., M.Sc. Atas keberhasilannya ini, Rizky Fajar Meirawan dikukuhkan sebagai Doktor dalam bidang Epidemiologi dari Universitas Indonesia. (prom)