Semol FKM UI Seri 5: Perkuat Peran Komunitas Lewat Seminar Simulasi Tanggap Darurat dan Evakuasi

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali menyelenggarakan Seminar Online Seri 5 dengan mengangkat tema “Simulasi Tanggap Darurat dan Latihan Evakuasi Berbasis Komunitas: Membangun Ketangguhan Melalui Kesiapsiagaan”. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Sabtu, 14 Juni 2025, sebagai bagian dari mata kuliah Kesehatan Lingkungan, Bencana, dan Tanggap Darurat yang diinisiasi oleh mahasiswa Magister K3 FKM UI.

Seminar dibuka secara resmi oleh Manajer Pendidikan FKM UI, Dr. Laila Fitria, S.K.M., M.K.M., serta Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D., selaku dosen pengampu mata kuliah. “Tema ini tidak hanya mencerminkan urgensi penguatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi risiko bencana, tetapi juga sejalan dengan visi FKM UI untuk menjadi pelopor dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan Masyarakat, termasuk di dalamnya adalah penguatan ketahanan komunitas dan sistem tanggap DARURAT berbasis bukti,” ujar Dr. Laila.

Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D., juga menekankan bahwa seminar ini merupakan upaya implementasi teori-teori yang diperoleh mahasiswa selama masa perkuliahan. “Melalui kegiatan seperti seminar dan workshop, mahasiswa diharapkan dapat merefleksikan pembelajaran dalam konteks nyata serta menyerap pengetahuan langsung dari para ahli dan praktisi,” jelas Prof. Bambang. “Hal ini merupakan bagian dari pendekatan pentahelix dalam penyelesaian permasalahan, khususnya di bidang kebencanaan,” sambungnya. Prof. Bambang menambahkan bahwa simulasi dan latihan evakuasi merupakan bagian integral dari siklus penanggulangan bencana, khususnya dari perspektif K3.

Seminar ini terbagi dalam dua sesi utama. Sesi pertama adalah pemaparan materi yang mengulas prinsip dasar simulasi dan Standar Operasional Prosedur (SOP) evakuasi berbasis komunitas, yang disampaikan oleh Avianto Amri, Ph.D., Ketua Umum Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI). MPBI merupakan organisasi nirlaba yang didirikan pada 3 Maret 2003. MPBI menjadi wadah bagi praktisi, ilmuwan, pemerhati, serta unsur pemerintah, lembaga internasional, dan LSM yang bergerak di bidang penanggulangan bencana. MPBI aktif dalam advokasi, kampanye, peningkatan kapasitas, penguatan kolaborasi, serta pengelolaan pengetahuan, dan telah bekerja sama dengan berbagai institusi nasional maupun internasional. Avianto Amri, Ph.D., menyoroti tren kejadian bencana di Indonesia yang terus meningkat dan semakin kompleks penanganannya. “Komunikasi peringatan dini yang efektif merupakan hal yang krusial agar masyarakat dapat mengambil tindakan yang tepat,” jelas Avianto. Ancaman bencana yang dihadapi Indonesia sangat beragam, mulai dari kekeringan, wabah penyakit, longsor salju, gempa bumi, banjir, gunung meletus, kebakaran, tsunami, hingga radiasi nuklir. Setiap jenis ancaman memerlukan penanganan yang spesifik, sehingga simulasi dan latihan evakuasi menjadi sangat penting.

Simulasi bencana memiliki peran penting dalam melatih kesiapan masyarakat agar mampu merespon situasi darurat tanpa kepanikan, mengenal jalur evakuasi dan titik aman, serta mengetahui peran masing-masing dalam skenario kedaruratan. Menurut Avianto, simulasi juga dapat melatih insting refleks dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kondisi kritis, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa aman. Jenis latihan yang umum dilakukan meliputi gladi lapangan, simulasi virtual, dan latihan di dalam ruangan. Setiap jenis bencana memiliki karakteristik tersendiri sehingga pendekatan penanganannya pun perlu disesuaikan.

Sebagai payung hukum, simulasi dan latihan tanggap darurat diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU ini menekankan bahwa penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara terencana dan terpadu, dengan menyertakan kegiatan simulasi sebagai bagian dari latihan kesiapsiagaan. Secara praktis, langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun simulasi bencana mencakup pembentukan tim siaga, penyusunan prosedur dan skenario latihan, penetapan jadwal, pelaksanaan simulasi, serta evaluasi dan perbaikan berdasarkan temuan di lapangan.

Sesi kedua seminar dikemas dalam bentuk talkshow yang interaktif dan informatif. Dalam sesi ini, pengalaman lapangan terkait pelatihan evakuasi dan pelibatan masyarakat dibagikan oleh dr. Ridwan “Jack” Gustiana, seorang dokter sekaligus pekerja kemanusiaan; Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D.; serta Avianto Amri, Ph.D. Diskusi ini memperkaya wawasan peserta terkait berbagai tantangan nyata di lapangan, seperti bahaya fisik, risiko kesehatan dan keamanan, hingga persoalan logistik dan komunikasi. dr. Jack menekankan pentingnya koordinasi dalam penanganan bencana, terutama pada fase akut yang terjadi dalam 24 jam pertama. “Koordinasi sangat penting dilakukan agar memastikan bahwa semua orang yang terdampak memang mendapatkan bantuan,” ujarnya. Menurutnya, fase ini merupakan titik krusial (critical point) yang menentukan efektivitas respon terhadap bencana.

Melalui seminar ini, FKM UI berharap dapat mendorong peningkatan kapasitas dan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi berbagai ancaman bencana, serta memperkuat kolaborasi lintas sektor demi terciptanya komunitas yang lebih siap dan tangguh. (DFD)