Tekan Bertambahnya Kasus Baru Stunting di Lebak Provinsi Banten, Pengabdi FKM UI Bekerja Sama dengan Rumah Edukasi Kecamatan Kalanganyar Cegah Anemia pada Remaja

Stunting masih menjadi masalah kesehatan prioritas Pemerintah Indonesia dengan target prevalensi nasional sebesar 14% pada tahun 2024 mendatang. Meskipun demikian, prevalensi stunting di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, masih tinggi, yakni sebesar 26,2% menurut SSGI Tahun 2022. Angka ini pun masih jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar sekitar 21%.

Berbagai upaya penanggulangan stunting telah dilakukan, khususnya pada Ibu hamil dan balita, seperti pemberian makanan tambahan pada Ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) atau kurus dan balita gizi kurang, hingga pemberian ASI Eksklusif. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) juga telah menjadi program nasional sejak 50 tahun lalu, namun prevalensi anemia pada Ibu hamil masih saja tinggi, yakni mencapai 48,9% menurut data Riskesdas 2018.

Hal ini menunjukkan bahwa pencegahan dan penanggulangan stunting pada Ibu Hamil, meski dapat memberikan dampak, namun dirasa cukup terlambat. Hal ini mengingat perbaikan gizi pada ibu hamil yang diharapkan berdampak pada janin dan anaknya akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, upaya menekan bertambahnya kasus stunting baru di masa yang akan datang harus dilakukan lebih ke hulu.

Diketahui, 1 dari 4 remaja puteri Indonesia mengalami anemia (rendahnya sel darah merah dan/atau hemoglobin dalam darah). Tanpa penanganan yang tepat, remaja puteri yang anemia ini akan menjadi ibu hamil yang juga anemia dan menambah prevalensi stunting di masa yang akan datang. Tingginya angka pernikahan dini pun memperberat masalah ini, terbukti dalam sebuah penelitian oleh Fauziah (2018), salah satu desa di Kabupaten Lebak memiliki peningkatan kasus pernikahan diri dari tahun 2015 yang sebesar 42.10% menjadi 45,45% di tahun 2016 dan kembali meningkat pada tahun 2017 hingga mencapai 55,17%.

Memperhatikan hal ini, Nurul Dina Rahmawati, S.Gz., M.Sc., selaku dosen Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat mengetuai sebuah program Pengabdian Masyarakat yang bertemakan “Remaja Sehat (Teen Room): Upaya Inovasi untuk Meningkatkan Kesehatan, Gizi, dan Produktivitas Remaja” yang dilaksanakan di SMKN 1 Kalanganyar. Bekerja sama dengan Kecamatan Kalanganyar, Bayu Hadiyana T., S.IP., M.Si., Camat Kalanganyar, pada 2 Oktober 2023 menyampaikan gagasan terkait dengan penanganan stunting di Kecamatan Kalanganyar, melalui Rumah Edukasi Bagi Penanganan Stunting. Rumah Edukasi ini nantinya menjadi pusat kontrol, monitoring dan evaluasi kegiatan dalam rangka penanganan stunting di Kecamatan Kalanganyar sehingga seluruh kegiatan terkoordinasi dengan baik dengan seluruh pihak lintas sektor.

Stunting bukan hanya masalah tinggi badan, tapi juga dampaknya yang buruk terhadap perkembangan otak dan kecerdasan,” tutur Bayu. Hal ini ditegaskan kembali oleh Nurul Dina, “Stunting memberikan dampak lintas generasi: dengan rendahnya prestasi remaja, produktivitas di usia dewasa juga akan terhambat dan semakin memperbesar risiko lahirnya anak stunting kembali di masa yang akan datang”. Karenanya, sebagai calon ibu untuk generasi yang akan datang, remaja putri, khususnya, perlu memperhatikan kesehatan dirinya, agar terhindar dari anemia, selain juga menghindari pernikahan dini yang akan menambah beban fisik dan emosional bagi remaja.

Leave a Reply